menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Sore itu, udara di resort terasa begitu segar, seolah-olah waktu itu berhenti untuk memberikan mereka momen indah yang bisa mereka nikmati tanpa gangguan. Langit tampak berwarna oranye keemasan, memancarkan cahaya hangat yang menambah kesan damai di sekitar villa. Cassi dan Jihoon baru saja selesai makan siang di teras yang menghadap ke danau, dan saat itu, Jihoon mengajak Cassi untuk berjalan ke kolam renang resort keluarga mereka.
Kolam renang itu terletak di bagian belakang villa, dikelilingi oleh pepohonan hijau yang memberikan keteduhan, dan beberapa kursi santai yang menghadap ke pemandangan pegunungan. Air kolam yang jernih mencerminkan langit yang cerah, seolah mengundang siapapun yang melihatnya untuk merasakannya.
Cassi, meskipun cemas dengan apa yang mungkin terjadi, merasa sedikit lebih lega berada di tempat ini. Suasana yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk dunia luar memberi kesempatan baginya untuk bersantai. Jihoon, yang sudah mengganti pakaian renangnya, mengajak Cassi untuk masuk ke dalam air, dan tanpa banyak berpikir, Cassi mengikutinya.
Mereka bermain air dengan ceria. Cassi merasakan segarnya air yang menyentuh kulitnya, dan meskipun awalnya ia sedikit canggung, ia mulai merasakan kebebasan. Jihoon dengan senyumnya yang khas menggoda Cassi dengan beberapa gerakan kecil, memercikkan air ke arahnya dan membuatnya tertawa. "Kamu tidak bisa mengalahkanku dalam permainan ini," katanya, matanya bersinar nakal.
Cassi membalas dengan menggigit bibir bawahnya, meluncur maju untuk menyemprotkan air ke arah Jihoon, menyebabkan mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Terkadang, mereka berenang ke sisi kolam yang lebih dalam, dan sesekali Jihoon mendorong Cassi agar ia melompat ke dalam kolam. Meskipun suasananya penuh dengan kegembiraan, ada suatu ketegangan tak terucapkan yang mulai terasa di udara, ketegangan yang berasal dari kedekatan mereka.
Suatu ketika, saat mereka berenang dekat ke tepi kolam, sebuah gerakan tak terduga membuat keduanya lebih dekat dari yang seharusnya. Cassi tanpa sengaja tersandung sedikit, dan dalam upayanya untuk menyeimbangkan diri, ia terjerat dalam pelukan Jihoon yang tanggap membantu. Keadaan itu membuat mereka saling bertatap muka, hanya beberapa inci jaraknya, dan untuk sejenak, dunia di sekitar mereka terasa menghilang.
Cassi bisa merasakan detak jantungnya yang lebih cepat, dan matanya tak bisa lepas dari Jihoon, yang sekarang terlihat begitu dekat, begitu nyata. Mereka berdua terdiam dalam suasana canggung yang tiba-tiba menyelimuti. Jihoon menatap Cassi dengan senyum tipis yang tak dapat disembunyikan, seakan menikmati momen itu.
Tanpa kata-kata, Jihoon perlahan menundukkan kepalanya, mendekatkan wajahnya ke wajah Cassi. Kedua tangan Cassi secara naluriah memegang bahunya, sedikit gugup, namun tak bisa menahan diri. Jihoon, dengan perlahan dan penuh keyakinan, mencium bibir Cassi sekali lagi, ciuman yang lebih lembut dan penuh dengan perasaan yang dalam, seolah menyampaikan lebih banyak dari yang bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Namun kali ini, respons yang diberikan Cassi berbeda. Alih-alih terkejut atau mundur, Cassi perlahan membalas ciuman itu, meskipun masih ada sedikit kebingungan di matanya. Tetapi, ada sesuatu dalam dirinya yang mulai menerima, sesuatu yang membuat hatinya berdebar lebih keras, merasa bahwa momen ini lebih dari sekadar kebetulan. Ciuman itu tidak hanya sekadar sebuah gestur, melainkan sebuah pengakuan tak terucapkan tentang perasaan mereka berdua.
Melihat reaksi itu, Jihoon tersenyum lebih lebar, rasa senang dan kepuasan tampak jelas di wajahnya. "Aku senang kamu tidak menghindar," bisiknya lembut, suaranya rendah dan penuh kehangatan. Ia bisa merasakan kedekatan yang berbeda sekarang, bukan hanya sebagai teman, tetapi lebih dari itu.
Cassi menatap Jihoon, masih merasa sedikit malu namun juga merasa anehnya nyaman dalam kedekatan itu. "Aku... tidak tahu harus berkata apa," ujarnya pelan, namun ada senyum kecil yang mulai menghiasi bibirnya.
"Kamu tidak perlu berkata apa-apa," jawab Jihoon dengan lembut, "Aku bisa merasakannya."
Mereka berdua terdiam sejenak, hanya menikmati kedamaian di sekitar mereka. Suara gemericik air dari kolam dan deru angin yang berhembus melalui pepohonan menjadi latar yang sempurna untuk momen ini. Dalam kebersamaan itu, di antara tawa dan keheningan, mereka berdua tahu bahwa hubungan mereka telah melangkah ke arah yang baru. Tidak ada lagi keraguan yang mengganggu, hanya perasaan yang mulai saling mengisi.
Malam pun mulai turun dengan lembut, langit yang semula cerah kini dipenuhi bintang, dan keduanya duduk di tepi kolam, menikmati suasana bersama. Jihoon dengan lembut menyandarkan kepalanya di bahu Cassi, sementara Cassi hanya tersenyum, merasa sedikit lebih ringan, meskipun hatinya masih berdegup kencang.
---
Malam itu, suasana resort terasa begitu tenang, seakan dunia di luar sana berhenti berputar. Hanya ada Cassi dan Jihoon, bersama dengan penjaga resort yang jarang terlihat dan beberapa pelayan yang sudah menyelesaikan tugas mereka. Semua orang lain sudah kembali ke rumah masing-masing, meninggalkan dua orang ini dalam kedamaian yang hampir sempurna. Lampu-lampu di sekitar resort redup, sementara angin malam yang sejuk meniupkan aroma segar dari pegunungan.
Cassi dan Jihoon menikmati kebersamaan mereka, tanpa gangguan, tanpa interupsi dari dunia luar. Setelah makan malam yang santai dan penuh tawa di teras, mereka memutuskan untuk berjalan menuju kolam renang resort yang terletak agak jauh dari villa utama. Hanya beberapa langkah dari villa, dan mereka berada di sana—kolam renang yang luas dan jernih, yang kini dikelilingi oleh bayangan malam dan cahaya rembulan.
Di tepi kolam, Jihoon mengambil ponselnya dan dengan diam-diam memotret kolam yang tenang. Air kolam yang jernih memantulkan cahaya bulan yang hampir penuh, menciptakan pemandangan yang begitu damai. Di sudut foto, ada sepasang sandal rumah wanita yang tergeletak di tepi kolam, sebuah detail kecil yang menyiratkan kehadiran Cassi beberapa saat sebelumnya. Jihoon tersenyum tipis melihat foto itu, merasa seolah-olah foto ini menceritakan kisah mereka berdua tanpa perlu kata-kata.
Tanpa berpikir panjang, ia mengunggah foto tersebut ke akun media sosial pribadinya. Ia menambahkan caption dalam bahasa Korea, yang menekankan perasaan yang tiba-tiba begitu jelas untuknya. "오늘 밤, 누군가 특별한 사람이 여기에 와 있습니다." (Malam ini, seseorang yang spesial hadir di sini.) Dengan satu sentuhan, foto itu terunggah, dan Jihoon memandangi layar ponselnya, perasaan hangat mengalir di dadanya.
Sementara itu, Cassi berdiri di kamar, menghadap ke jendela besar yang menghadap kolam. Meskipun sedikit canggung dengan kenyataan bahwa mereka hanya berdua, ia merasa lebih nyaman di tempat itu, jauh dari keramaian dan gangguan. Ia memutuskan untuk berbagi momen itu dengan cara yang lebih pribadi, dan dengan cepat mengarahkan ponselnya untuk memotret kolam dari angle yang berbeda, fokus pada riak air yang tenang.
Dia kemudian mengunggah story itu ke Instagram, menambahkan caption dalam bahasa Inggris, "The sweet guy from Korea." (Pria manis dari Korea.) Meski tidak menyebut nama Jihoon, siapa yang tidak tahu siapa yang dimaksud? Sederhana, namun penuh makna. Cassi menyentuh layar ponselnya, merasakan sedikit getaran di dadanya saat ia tahu Jihoon pasti akan melihat story itu. Hanya dengan beberapa kata itu, Cassi merasa lebih dekat dengan Jihoon, dan dengan dunia yang sepi di sekitar mereka, perasaan itu terasa lebih nyata.
Beberapa menit kemudian, Jihoon melihat story Cassi yang baru diunggah. Tertawa pelan melihat caption yang singkat namun penuh arti, senyum hangat muncul di wajahnya. "Pria manis dari Korea," bisiknya pelan, merasa sedikit lebih dekat dengan Cassi, meski hanya melalui sebuah story sederhana. Jihoon menatap kolam di depannya, merasakan ketenangan malam itu semakin mendalam. Mungkin tak perlu kata-kata untuk menyampaikan perasaan mereka—sebuah foto, sebuah caption, sudah cukup untuk menggambarkan apa yang mereka rasakan.
Di tengah keheningan resort yang hanya dihuni oleh mereka berdua, kedekatan mereka semakin terasa. Tanpa ada yang mengganggu, tanpa suara dari orang lain, hanya ada mereka—dan kenangan yang mulai terbentuk di malam yang tenang itu.
---