Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Dokter Evan mengusap wajahnya dengan kasar, baru kali ini dari sekian ratusan bahkan ribuan, hanya Mahira yang membuat Dokter Evan tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Mahira sosok wanita yang kuat Dokter Evan mengagumi kegigihan nya.
Flashback On
"Dokter Evan, ini ada pasien baru untuk Anda." ucap Meera.
Dokter Evan tersenyum dan mempersilahkan Mahira untuk duduk. Dokter Evan memperhatikan Meera yang tidak beranjak pergi.
"kamu mengusir ku? Mahira ini adikku. Aku ingin tahu kesehatan kandungan nya.
Dokter Evan bergantian menatap ke arah Mahira. Wajahnya tidak mirip itu yang ada dipikiran Dokter Evan.
"kami kakak adik yang bertemu saat dewasa benarkan Ra???? Tanya Meera sambil merangkul Mahira.
"Hahaha.... baiklah, baru kali ini kamu ke dokter kandungan Bu Mahira???" tanya Dokter Evan.
Mahira mengangguk Dokter Evan menyuruh Mahira untuk berbaring di ranjang, Saat Dokter Evan meminta untuk membuka perutnya Mahira menggeleng, Dia trauma akan laki laki.
"Bu Mahira saya harus melakukan USG."
"kak Meera, bisakah mencari dokter kandungan yang perempuan saja? Tanya Mahira.
"Mahira, hari ini tidak ada jadwal untuk bidan. Mereka sedang melakukan operasi Caesar pada pasien. ada dokter lainnya namun laki laki dan berumur 50 tahunan kamu mau?" Ucap Meera.
Bu Mahira, saya hanya memeriksa saja, itu pekerjaan saya, Bu Mahira tidak perlu takut ya!!" ucap Dokter Evan.
Dokter Evan mulai menaikan kaos Mahira, namun Mahira berteriak, Dia langsung beranjak dari tempat tidur dan kabur keluar. dokter Evan heran. Sedangkan Meera hanya bisa menghela nafas kasar.
"Mahira korban P****n, makanya dia trauma dengan laki-laki." Ucap Meera.
"P*******n? Siapa yang tega melakukannya pada gadis cantik itu? Dilihat dari wajahnya dia masih sangat muda.
"Suami ku yang melakukan nya." Ucap Meera yang mulai meneteskan air matanya.
Flashback off
Pagi hari, Nando sudah memakai jas nya dan bersiap untuk pergi ke kantor, namun sebelumnya dia akan ke rumah sakit untuk menjenguk putri nya.
Mahira membuat kan sarapan untuk suami nya bubuk ayam yang sangat lezat. Nando mencoba bubur ayam buatan Mahira dan doa menyukai nya.
Mahira menemani Nando makan , dalam hati kecil nya dia sangat bahagia ketika sang suami mau makan masakan nya apalagi kini Nando bersikap manis dengan nya.
Kenapa diam saja tidak ikut makan?" Tanya Nando.
"Saya sudah makan Tuan."
Nando pun melanjutkan makannya dengan lahap sampai suatu ketika dia teringat akan membawa Mahira meeting bersama koleganya.
Nando menyuruh Mahira pukul 11 nanti untuk mandi dan berdandan secantik mungkin, karena Nando akan memperkenalkan Mahira pada koleganya nanti.
"Tuan Nando, aku mencintaimu." Ucap Mahira.
"Aku juga." Jawab Nando lalu dia maju dan mengecup kening Mahira.
Mahira sangat senang sekali karena bisa merasakan rasa keluarga yang dia impikan selama ini.
Nando sudah mau berubah untuk Mahira adalah kebahagiaan yang tak terbayangkan.
Selama ini Mahira merindukan sosok ibu dan sosok ayah , namun apa daya Mahira sudah tidak hidup bersama nya.
Walaupun ayah Mahira masih hidup, belum tentu Mahira mau tinggal bersama ayahnya.
Karena pria itu tak bertanggung jawab itu sudah dengan teganya menghancurkan hidup Mahira dan Ibunya.
Nando berpamitan untuk berangkat, Mahira mengantar nya sampai depan pintu. Sekali lagi Nando menunjukkan sisi romantis, ia mengacak rambut Mahira dan mencubit pipinya dengan lembut.
"Cantik banget sih kamu Rah, Mas jadi gemes ." ucap Nando.
"Jadi saya boleh panggil Mas." Tanya Mahira.
Nando mengangguk, Mahira langsung memeluknya. Kebahagiaan nya sangat nyata namun ia harus tetap menerima fakta kalau dia hanya istri kedua yang sewaktu waktu akan tersingkir kan..
"Hati hati Mas! Nanti jam 11 saya sudah berdandan cantik sesuai permintaan Mas."Ucap Mahira.
Setelah Nando berangkat kerja. Mahira bermain ponsel untuk menghilangkan rasa jenuh nya. Sesekali berkirim pesan pada temannya itu mengisyaratkan Mahira untuk pergi dari Nando sebelum terlambat.
Hati Mahira menjadi goyah kembali, namun dia masih memikirkan bayi twins nya. Saat bersamaan Meera mengirim pesan.
[Meera : Ra, keluarga kami sedang tidak harmonis, bisakah kamu menjauh dulu dari Mas Nando? Putri ku sedang sakit dan putra ku malah harus berurusan dengan polisi lagi, kami sangat membutuhkan Mas Nando]
[ Mahira : Bukannya dulu Kak Meera berharap saya bisa rukun dengan Mas Nando? Tapi kenapa sekarang malah jadi begini.]
[ Meera : Kamu tidak akan pernah mengerti keadaan keluarga mu, Mahira aku mohon beri Mas Nando ruang untuk kami]
[Mahira:Saya tidak akan marah karena saya sadar jika saya inti dari ketidak harmonisan keluarga kalian. Maafkan saya]
[ Meera : Mahira, setelah anak anakku tidak bermasalah, kamu boleh dengan Mas Nando lagi]
[Mahira : Sudah tidak perlu lagi Kak Meera,Saya sudah tidak mau menjadi beban lagi bagi kalian]
[ Meera : Mahira maksud Kakak bukan begitu]
Mahira tak menjawab pesan Meera lagi, ia mengusao air matanya dan mengemasi barang-barangnya setelah itu ia keluar dari apartemen dan tak tahu harus kemana.
Pikiran nya sangat kacau dan tentu saja membuat nya tak bisa berfikir jernih.
Mahira sadar sifat Meera yang baik selama ini ternyata tidak rela berbagi suami dengan nya.
Mahira tersenyum getir, apa yang diharapkan jika terus bertahan dengan Nando? Hanya kepahitan yang akan ia dapatkan karena pasti lambat laut Meera akan merebut kembali Nando.
Namun ataukah Mahira istri Kedua yang tak tahu diri? Entahlah disini Mahira hanya korban.
Mahira berfikir untuk menelpon Dokter Evan namun pasti saat ini dia sedang bekerja.
Mahira bingung harus kemana dan memutuskan untuk berjalan kaki sampai menjauh dari gedung apartemen.
Disini Mahira sudah tidak punya siapa siapa lagi untuk dimintai bantuan. Dia enggan merepotkan orang lain.
Mahira memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya.
Keesokan harinya
"Mbak bangun!!" Ucap kernet bus antar provinsi yang membangun kan nya.
Mahira merasa sangat capek setelah sehari semalam duduk di bus. Saat ia tersadar rupanya hari masih gelap segelap hatinya.
Mahira melihat jam di tangan nya masih menunjukkan pukul 2 pagi .
Mahira langsung beranjak dan tak lupa membawa tas nya. Hawa dingin sangat menusuk kulit nya dan dia segera turun dari bus. .
Suasana masih terbilang sepi , ia mencari angkot sebuah angkot mobil bak terbuka ia naiki , karena itulah satu satunya transportasi untuk menuju desanya.
Nando tak henti hentinya menelpon nya namun Mahira tak mengangkat nya. Pesan beruntun ia dapatkan sampai saat ini , Mahira merasa bersalah karena langsung pergi tanpa pamit.
Setelah menempuh perjalanan satu jam, Mahira sampai di desanya. Desanya tidak banyak berubah. Dia segera menuju rumah peninggalan Ibunya yang ditinggali nenek beserta paman nya yang sudah berdinding nampak baru itu terlihat berbeda di mata Mahira.
sakit hati ku baca nya...
semoga ending nya Mahira dgn laki² lain yg lebih menyayangi nya dgn tulus...
semangat Kaka.. karyamu bagus..