NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 Akhir Interogasi: Kedatangan Utusan Sekte Mawar Putih

Wu Ruoxi akhirnya menghela napas panjang, seolah melepaskan seluruh ketegangan yang mengikat tubuhnya sejak awal pembicaraan.

Tatapannya yang semula tajam perlahan melunak. Ia melangkah ke kursi di sisi Wu Shen dan duduk, membiarkan keheningan singkat mengambil alih sebelum suaranya terdengar lagi, kali ini lebih hangat.

“Aku percaya padamu, Shen’er…”

Wu Shen mengangkat wajahnya, sedikit terkejut.

“Aku tahu Kitab Beladiri Tertinggi bukan hanya dongeng. Legenda tentang Wusheng memang selalu menyiratkan bahwa kekuatan sejati bukan hanya berasal dari satu elemen, tapi dari keberanian memahami semuanya.”

Wu Ruoxi menatap lurus ke depan, seperti melihat sesuatu yang jauh di balik cakrawala jingga.

“Tapi…” Nada suaranya kembali tegas. “Mulai sekarang, kau tidak boleh menunjukkan kekuatan itu pada siapa pun. Dunia ini kejam terhadap mereka yang berbeda. Mereka tidak akan mengagumi kekuatanmu, mereka akan mencurigainya… menginginkannya… atau bahkan menghancurkanmu karenanya.”

Wu Shen menunduk dalam. Ia tahu kalimat itu bukan lahir dari ketakutan, tapi dari kasih sayang Wu Ruoxi sebagai seorang ibu.

“Aku ingin kau berjanji, Shen’er,” kata Wu Ruoxi seraya menoleh. “Sampai kau cukup kuat untuk melindungi kebenaran itu sendiri… jangan pernah tunjukkan kekuatanmu. Pakailah hanya Seni Naga Api. Biarkan dunia percaya bahwa itulah satu-satunya yang kau miliki dan buat mereka terkejut pada waktunya kau mengungkap yang sebenarnya.”

Wu Shen mengangguk perlahan. “Aku berjanji, Bu.”

Suasana pun menghangat. Tegangan perlahan mencair, seperti es yang mencair di awal musim semi.

Namun, kehangatan itu tak berlangsung lama. Pintu kediaman mereka terbuka perlahan.

Wu Guan, dengan pakaian sederhana namun rapi, masuk dengan senyum khasnya yang tenang. Di baliknya, cahaya senja menyusup lembut.

“Maaf mengganggu suasana,” katanya dengan nada bercanda. “Tapi utusan dari Sekte Mawar Putih sudah sampai di pintu gerbang.”

Wu Ruoxi langsung berdiri. Sorot matanya berubah cerah, seperti anak kecil yang baru saja diingatkan tentang mainan favoritnya.

“Lin Shuelan?! Dia datang?” Wajahnya bersinar penuh antusias.

Wu Shen mengangkat alis, terkekeh pelan. Dari badai interogasi, langsung berubah menjadi angin musim semi hanya karena satu nama: Shuelan.

‘Bagaimana bisa seorang ibu secepat itu mengubah wajahnya?’ pikirnya geli.

Namun jauh di dalam hati, perasaan bersalah itu tetap menghantuinya. 'Sampai kapan aku bisa mempertahankan kebohongan ini?' pikirnya.

Wu Guan, yang menyadari perubahan ekspresi anaknya, mendekat dan merangkul bahu Wu Shen dengan hangat. “Kau terlihat murung, Nak. Kenapa tidak keluar dan sambut calon istrimu itu? Wajahmu akan lebih cerah, percaya padaku.”

Wu Shen tertawa kecil sambil menyingkirkan pelan lengan ayahnya. “Dia bukan tunanganku, Ayah…”

“Tapi ibumu sudah menganggapnya begitu,” sahut Wu Guan sambil tertawa.

Wu Shen menggeleng kecil, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. “Dia terlalu cantik untuk jadi calon istriku.”

Wu Ruoxi menyambar ucapan itu dengan suara yang lantang dari belakang. “Dan kau terlalu sombong untuk punya istri seperti dia! Ayo cepat bersihkan diri dan pergi menemuinya!”

"Baik baik."

Wu Shen akhirnya berdiri dan berjalan pelan ke luar ruangan. Senyumnya lembut, hangat, namun ada sedikit bayangan di matanya.

Untuk sekarang… aku akan menikmati ini. Suasana ini. Kehangatan ini. Aku akan melindunginya, sebaik mungkin. Sampai waktunya tiba…

Dan untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, Wu Shen merasa hatinya sedikit lebih ringan.

...

Di pintu gerbang Sekte Phoenix, terlihat beberapa murid sekte yang tengah istirahat latihan memperhatikan kedatangan kereta mewah yang ditarik oleh dua kuda salju langka.

Kereta itu dihiasi ukiran bunga mawar putih yang halus, menunjukkan jelas siapa yang tengah bertandang. Aura spiritual mengalir pelan dari lambang sekte di atas kereta, membuat siapa pun yang melihatnya tahu: ini bukan kunjungan biasa.

“Pengawalan sebesar ini? Apa yang sebenarnya terjadi?” gumam salah satu murid.

"Lambang itu, kurasa utusan dari Sekte Mawar Putih. Tapi untuk apa sekte kultivator datang ke tempat ini?" sahut murid lainnya.

Kedatangan Lin Shuelan yang sebelumnya bisa dibilang bukanlah kedatangan formalnya, sehingga tidak banyak orang yang tahu jika putri dari penatua Sekte Mawar Putih datang berkunjung, kecuali keluarga Wu Shen dan beberapa petinggi.

Namun sekarang, Lin Shuelan berkunjung dengan lebih formal, lebih resmi.

Di antara tatapan penuh rasa penasaran itu, tirai kereta disibakkan, dan wajah Lin Shuelan muncul — tenang, lembut, dengan senyum yang membuat udara di sekeliling terasa lebih hangat.

Para murid yang melihat penampilan Lin Shuelan langsung terkesima. Gadis itu tampil memukau dalam balutan gaun putih keperakan yang memeluk tubuh remajanya dengan anggun.

Rambut merah panjangnya diikat rapi dengan gaya konde setengah naik, dihiasi jepit perak berbentuk bunga yang tampak seperti mekar di antara helai-helai rambutnya. Beberapa untaian rambut dibiarkan tergerai, membingkai wajah lembutnya yang berhias riasan tipis dan alami.

Ia bukan hanya sekadar cantik—ada aura menenangkan namun kuat yang menyertainya. Sebuah pesona yang membuat orang sulit memalingkan pandangan, namun tetap merasa segan untuk mendekat sembarangan.

Mata indah Lin Shuelan segera menemukan Wu Shen di kejauhan, berdiri bersama Wu Ruoxi dan Wu Guan. Sorotnya melembut, dan tanpa ragu, ia menepuk pelan sisi kereta sambil berkata pada pengemudi, “Berhenti di sini saja.”

Beberapa penjaga dari Sekte Mawar Putih dengan cepat mengitari sisi kereta, namun Shuelan sudah lebih dulu membuka pintu dan menuruni tangga kecil dengan gerakan anggun. Gaunnya yang berwarna putih berkibar halus seiring langkahnya.

Wu Shen menegakkan tubuhnya secara refleks. Ia belum sempat menyusun kata sapaan, begitu juga dengan Lin Shuelan yang langsung gugup ketika berhadapan dengan Wu Shen.

Sebelum gadis itu sempat membuka suara, Wu Ruoxi sudah terlebih dahulu bergerak.

“SHUELAN!” serunya, begitu keras hingga beberapa burung di atap terbang kaget.

Wu Ruoxi langsung memeluk Lin Shuelan erat, nyaris melompat seperti remaja putri yang bertemu sahabat lama.

“Ahh, kau benar-benar datang! Lihat dirimu, kau semakin cantik! Apa kau sengaja berdandan seperti ini hanya demi membuat anakku terpukau?”

Shuelan tertawa kecil, gugup namun bahagia. Pipinya yang sudah memerah makin terlihat di antara pelukan itu.

“Bibi Ruoxi, Anda terlalu bersemangat… saya bahkan belum sempat memberi salam…”

Wu Shen menutup wajahnya dengan tangan, tak bisa menahan senyum geli. Sementara itu, Wu Guan hanya menggeleng dengan wajah penuh pengertian.

Wu Ruoxi akhirnya melepaskan pelukan hangatnya, membiarkan Lin Shuelan menarik napas lega. Gadis itu tersenyum malu-malu, menunduk sedikit sebagai bentuk penghormatan pada Wu Guan.

“Paman Guan… senang bisa berkunjung kembali.”

Wu Guan membalas dengan anggukan hangat. “Kami lebih senang bisa melihatmu lagi, Shuelan. Rumah kami selalu terbuka untukmu.”

Wu Shen berdiri di sisi, diam-diam menikmati interaksi itu. Entah kenapa, melihat ibunya yang sebelumnya kaku dan tegang bisa tertawa lepas seperti ini membuat hatinya terasa hangat.

“Wu Shen,” suara Lin Shuelan akhirnya terdengar, lembut dan agak canggung, “apa kabar?”

Wu Shen tersenyum kecil. “Lebih baik setelah kau datang.”

1
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
Rinaldi Sigar
lnjut
Yuga Pratama
begitu lebih baik
y@y@
dan akhirnya harus rela menunggu chapter berikutnya🤣
Caveine: sabar bang wkwkw 😂
total 1 replies
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
harusnya guru Ye harus pakai gaya Kuda" Lumping..🤣🤣🤣
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
y@y@
👍🏿🌟👍🏻🌟👍🏿
y@y@
⭐👍👍🏻👍⭐
y@y@
🌟👍🏿👍🏻👍🏿🌟
y@y@
👍⭐👍🏻⭐👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!