Vanesa, Gadis muda yang menerima pinangan kekasihnya setelah melewati kesedihan panjang akibat meninggalnya kedua orang tuanya, Berharap jika menikah sosok Arldan akan membawa kebahagiaan untuknya.
Namun siapa sangka semuanya berubah setelah pria itu mengucapkan janji suci pernikahan mereka.
Masih teringat dengan jelas ingatannya di malam itu.
"Arland, Bisa bantu aku menurunkan resleting gaunku?"
Sahut Vanesa yang sejak tadi merasa kesulitan menurunkan resleting gaun pengantin nya.
Tangan kokoh Arland bergerak menurunkan resleting di punggung istrinya dengan gerakan perlahan.
"Terima kasih"
Sahut Vanesa yang menatap Arland di pantulan cermin yang ada di hadapannya.
Arland menarik ujung bibirnya, Menciptakan senyum mengerikan yang membuat Vanesa melunturkan senyum miliknya.
"Vanesa, Selamat datang di neraka milikku"
Ucap Arldan pada saat itu yang kemudian meninggalkan Vanesa begitu saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
Vanesa jelas saja terkejut mendengar apa yang dikatakan bibi Sumi baru saja.
Dia hamil anak pria lain? Apa apaan itu, Dia hanya melakukannya dengan Arldan di jepang, Pertama dan terakhir kali hingga hari ini, Lalu bagaimana bisa dia di tuduh selingkuh.
"Tapi bibi aku tidak selingkuh"
Sahut Vanesa cepat
"Nona, apakah tuan Arldan pernah mempercayai nona?"
Timpal bibi Sumi dengan cepat pula.
Mendengar itu membuat Vanesa terdiam, Ya kapan Arldan mempercayai dirinya? Dia rasa tidak pernah.
"Nona pikirkan dengan baik, Saat ini nona tidak memiliki waktu yang banyak"
Bibi Sumi menghela nafasnya kasar.
"Sejak dulu bahkan sampai sekarang tuan Arldan tidak pernah mempercayai nona, Baik saat nona tidak bersalah atau bahkan tidak melakukan kesalahan apapun"
Ucap bibi Sumi yang kini menggenggam tangan Vanesa dengan erat, Percayalah dia merasa kini waktu mereka semakin terjepit.
"Dan saat ini nona Nova memiliki bukti yang cukup kuat hingga membuat tuan Arldan semakin percaya dan memihak kepadanya, Bukti tentang usia kandungan nona yang mungkin sudah di manipulasi"
Lanjut wanita tua itu dengan cepat.
"Nona saat tuan Arldan kembali nona pasti bisa menebak apa yang akan terjadi, Dan satu hal yang nona harus tau"
Bibi Sumi memejamkan matanya beberapa waktu.
"Tuan Arldan ingin melenyapkan bayi dalam perut nona karna berfikir jika itu adalah bayi pria lain"
Ucap bibi Sumi yang menatap Vanesa dengan penuh kesedihan.
Sedangkan Vanesa yang mendengar perkataan bibi Sumi jelas saja terkejut tubuhnya langsung menegang. Seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh bibi Sumi baru saja.
Arldan akan membunuh bayinya? Anaknya? Tidak, Dia tidak mau itu terjadi, Selama ini dia telah kehilangan tujuan hidupnya. Namun semenjak mengetahui jika dirinya hamil dia seolah mendapatkan tujuan hidup yang baru, Tujuannya menjadi ibu yang baik untuk anaknya kelak.
"Bagaimana caranya aku pergi dari sini, Bibi"
Tanya Vanesa kemudian.
Berat rasanya, Tentu saja, Dia bahkan tidak tau harus kemana jika dia keluar dari rumah ini. Namun dari pada membiarkan Arldan membunuh bayinya dia memilih pergi dari rumah ini. Menyelamatkan bayi dalam kandungannya yang akan menjadi satu satunya yang dia miliki di dunia ini, Satu satunya orang yang mungkin akan melindungi dan tidak akan meninggalkannya di masa depan.
Bibi Sumi tersenyum dalam kesedihannya.
"Besok adalah ulang tahun tuan Arldan, Katakan pada pelayan jika nona ingin membeli beberapa bahan kue di depan"
Sahut bibi Sumi, Anggaplah dia gila karna sudah nekat mencari masalah dengan majikannya sendiri. Namun dia benar benar sudah tidak sanggup lagi melihat tindakan gila tuannya yang selalu menyiksa gadis yang sangat baik itu.
"Jangan membawa apapun nona, Cukup bawa tas kecil anda, Ponsel dan kartu kartu anda, untuk menghindari kecurigaan semua orang"
Lanjut bibi Sumi yang kini meraih tas kecil Vanesa yang di gantung di belakang pintu.
"Aku akan meminta mang ujang untuk menyiapkan mobil di depan toko itu, Kuncinya akan di letakkan disana"
Ucapnya lagi yang kini menyerahkan tas milik Vanesa.
Vanesa menatap tas tersebut beberapa waktu, Kemudian mengambilnya dengan menatap wajah bibi Sumi dengan bola mata yang berkaca-kaca.
"Bagaimana dengan bibi?"
Tanya Vanesa, Dia khawatir dengan wanita tua itu, Wanita yang begitu menyayanginya sampai saat ini layaknya putrinya sendiri.
"Jangan khawatirkan bibi nona, Bibi akan baik baik saja, Tuan Arldan tidak mungkin menyakiti bibi"
Jawab bibi Sumi yang berusaha meyakinkan wanita di hadapannya.
Dia jelas bohong, Dia bahkan tidak tau apa yang akan di lakukan tuan Arldan padanya jika pria itu tau jika dia yang membantu Vanesa atau bahkan memberi ide Vanesa agar pergi dari kediaman santoso. Dan dia tau betul bagaimana tempramen tuannya. Namun dia tidak ingin membuat wanita di hadapannya khawatir dan ragu meninggalkan kediaman mengerikan ini.
"Nona, Pergilah dengan cepat, Jangan berbalik atau kembali lagi di rumah ini, Nona"
Sahut bibi Sumi kembali yang kemudian menangis terisak.
Dia membawa Vanesa kedalam pelukannya, Vanesa juga menjatuhkan air matanya, Rasanya begitu berat meninggalkan wanita tua itu.
"Cepat pergi nona"
Ucap bibi Sumi lagi yang kini melepaskan pelukannya.
Vanesa menganggukkan kepalanya, Sebelum keluar dari kamarnya dia menghapus air matanya lebih dulu agar tidak membuat orang orang curiga.
Begitu Vanesa keluar dari kamarnya, Bibi Sumi menangis dengan suara tertahan, Dia benar benar tidak tega melihat kehidupan wanita itu.
"Aku berdoa nona, Semoga saat kamu keluar dari rumah ini, Kebahagiaan segera menghampiri anda"
Gumam bibi Sumi dengan lirih.
Di luar sana, Vanesa mulai menuruni anak tangga dengan langkah cepat, Dia takut jika Arldan akan kembali sebelum dia pergi dari rumah ini.
Dan saat dia hendak melangkah keluar rumah, Suara pelayan mengejutkan dirinya.
"Nona, Anda ingin kemana?"
Pelayan tersebut menghampiri Vanesa, Membuat wanita itu terkejut.
Vanesa menghela nafasnya pelan, Kemudian mencoba setenang mungkin agar pelayan tersebut tidak curiga.
"Aku akan keluar sebentar, Besok adalah ulang tahun suamiku, Aku ingin membuat kue untuknya dan kakek yang akan datang besok"
Jawab Vanesa yang mengembangkan senyum terbaiknya. Dia sengaja menyebut nama kakek suaminya agar pelayan tersebut tidak memiliki pilihan lain selain mengijinkannya.
"Cepat kembali nona, Tuan Arldan akan marah jika anda pergi terlalu lama"
Ucap pelayan tersebut dengan sopan.
Vanesa menganggukkan kepalanya
"Aku akan cepat"
Sahutnya lantas secepatnya pergi dari sana, Begitu kakinya melangkah keluar dari gerbang rumah Santoso, Wanita itu langsung mempercepat langkahnya, Berlari ke arah sebuah toko seperti yang di katakan Bibi Sumi sebelumnya.
"Nona anda ingin kemana?"
Sebuah suara mengejutkannya, Saat wanita itu membalikkan badannya dia melihat security yang berjaga di gerbang Santoso terlihat menghampirinya.
Vanesa jelas saja terkejut, Di banding memilih diam dan menunggu security itu dia memilih mempercepat langkah kakinya agar segera pergi dari sana.
"Nona anda ingin pergi kemana?"
Teriak security itu yang juga berlari mengikuti langkah Vanesa.
Vanesa jelas semakin panik, Berusaha berlari secepat mungkin dimana detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Tuhan aku mohon bantu aku kali ini saja"
Batin wanita Vanesa yang semakin gelisah
Matanya menatap ke arah toko yang di maksud bibi yang kini tidak jauh di hadapannya, Dan pandangannya jatuh pada sebuah mobil tua bewarna hitam terparkir telat di depan toko tersebut.
Vanesa yakin jika itu adalah mobil yang di maksud oleh bibi Sumi, Tanpa menunggu lagi dia segera masuk kedalam mobil tersebut, Syukurnya dia cukup pandai mengendarai mobil.
Vanesa langsung membunyikan mobil tersebut ketika melihat kuncinya juga berada di dalam sana. Tanpa menunggu lagi wanita itu menginjak pedal gasnya pergi dari sana meninggalkan security di belakang sana yang terus memanggilnya.