SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. LHO KOK
“LHOOO JANCHOOOK!”
“OPO OPOAN INI AAAAAAARRGGHHH!”
“AAAAAAAAAAAARRRRKKKKK!
“KONTILAKU HILAAAANG!”
Aku terjengkang, terduduk di dalam kamar, jelas terlihat nggak ada kontila di tengah syelangkanganku!
Panik!
Bingung!
Cuma panik dan bingung saja yang tiba-tiba aku rasakan.
Kulihat sekali lagi di tengah syelangkangankuh nggak ada apa-apanya, telornyapun nggak ada…
Dimana kuntila kesayanganku…. !
Apa yang terjadi dengan ku…!
Tiba-tiba kepalaku terasa berat dan sakit sekali, pandanganku berkunang kunang……………………….
“Mas, bangun mas…..”
“Ayo bangun mas, jangan tidur disini!”
Kudengar lirih seperti suara orang yang sudah tua, pundaku pun bergoyang seperti ada yang menggoyang pundakku.
“Ayo mas bangun, ngapain mas tidur di pinggir hutan gini mas”
“Ayo ke rumah saya saja, sepertinya masnya ini bukan berasal dari daerah sini ya”
Kubuka mataku perlahan, uugh tubuhku rasanya sakit sekali, tulangku rasanya kayak habis di tindih gajah bengkak.
Gendeng!....
Aku ada di pinggir jalan, aku nggak tau ada di mana, pokoknya sekelilingku gelap sekali, dan di depanku ada bapak tua dengan kopiah yang sedang menatapku.
“Ugghh iya pak. Eh saya ada di mana ini pak?”
“Lho yang tanya harusnya saya nak, kamu ini dari mana dan mau kemana nak, kok tidur di pinggir jalan hutan”
“Lho, saya ada dimana pak, kenapa saya ada di sini?”
“Sudah sudah, ayo ikut saya”
“Kamu bisa cerita dan istirahat di rumah saya nak. Sudah hampir tengah malam, bahaya disini nak, ayo saya papah kamu”
“Kamu bisa jalan kan nak?”
Aku bingung, siapa bapak tua ini, dan kenapa aku ada disini, dan apa yang sudah aku lakukan disini. Jampot, bingong aku.
“I…iya pak, s..saya bisa jalan pak”
Kanan kiriku pohon besar, dan aku ada di pinggir jalan berbatu, bapak tua ini mengulurkan tanganya membantuku untuk berdiri.
Aku bisa lihat wajahnya karena saat ini cahaya bulan sedang terang, wajah orang tua yang sudah keriput, mungkin umurnya sekitar tujuh puluh tahunan.
Dia memakai kaos lusuh warna kuning dengan gambar pohon beringin, kayaknya kaos hadiah dari sebuah partai.
Di bagian bawahnya dia memakai sarung dengan warna gelap. Senyum ramah dan wajah yang bersahabat terlihat olehku.
“Rumah saya nggak jauh dari sini nak, itu disana setelah hutan itu ada perkampungan, saya tinggal disana nak”
Aku cuma diam aja, aku nggak bisa ngomong apa-apa, aku takut.
Keadaan ini mengerikan, aku seolah ada di tempat yang bukan berasal dari jamanku.
“Tenang saja nak, jangan takut”
“Ayo kita jalan agak cepat nak”
Bulu kuduku berdiri, aku nggak berani tolah toleh.
Aku nggak peduli kenapa ada disini, yang sekarang aku takutkan adalah beberapa bayangan aneh yang ada di balik pohon-pohon besar di kiri dan kanan jalan.
“Jangan tolah toleh nak, pandangan ke depan saja!”
“Jangan menoleh ke belakang!” bisik pak bapak tua tanpa menoleh ke arahku
Udara disini sangat dingin, bukan dingin seperti di pegunungan gitu, tetapi dingin seperti ada sesuatu yang menyelimuti diriku.
Kami berjalan agak cepat, bapak tua berjalan sedikit di depanku, tangan kanannya memegang lenganku. Tangan dia rasanya hangat.
Langkah kaki bapak tua ini cepat dan tegap, dan anehnya langkah kakiku juga bisa serasi dengan langkah kaki bapak tua ini.
Tenagaku yang tadinya lemes, entah kenapa sekarang bisa kuat lagi.
“Panggil saya Wito, namamu siapa nak?”
“Saya Pariji pak”
Tidak ada pembicaraan lagi, pak Wito berjalan cepat tanpa menoleh kiri kanan, akupun mengikuti langkah kaki pak Wito.
Semakin lama pohon di kiri kanan semakin jarang, dan di kejauhan nampak nyala cahaya kelap kelip, kayaknya itu cahaya lampu atu obor dari rumah.
Langkah kaki pak Wito pun semakin perlahan dan akhirnya kami berdua jalan santai.
“Nah rumah saya sudah dekat nak”
“Maaf tadi nak Pariji saya ajak jalan agak cepat, eh nanti di rumah akan saya kasih tau apa alasanya nak”
Aku hanya mengangguk, aku nggak berani dan nggak ada kemauan untuk tanya apa yang sedang atau tadi terjadi.
Tadi ketika di tengah hutan, sekilas aku lihat ada bayangan orang yang pernah aku kenal. Tapi aku lupa bayangan siapa itu.
Pokoknya aku merasa penah kenal dengan bayangan yang hanya sekilas saja.
Kami sudah masuk ke perkampungan, satu rumah sudah kami lewati.
Rumah-rumah disini sangat sederhana, berbahan kayu dan gedek, di depan halaman rumah ada nyala obor yang apinya meliuk liuk kena angin.
“Rumah saya yang disana itu nak” tunjuk pak Wito ke sebuah rumah yang letaknya agak jauh dari rumah yang pertama kami lewati
“Jarak rumah disini agak berjauhan ya pak”
“Iya nak, disini cuma ada delapan rumah saja nak”
Pak Wito mempercepat langkah kakinya, hingga sampai di depan sebuah rumah berbahan kayu dan gedek.
Tidak ada pagar di depan rumah pak Wito, hanya ada tiang bambu yang di atasnya ada nyala obor saja.
“Ayo masuk nak” ajak pak Wito sambil membuka pintu rumah
Pintu rumah tidak dikunci, pak Wito hanya mendorong daun pintu yang entah warnanya apa, Bau pengab langsung menyeruak ke hidungku.
Aneh rumah ini baunya kayak rumah yang lama nggak ditempati, aku hanya berdiri di depan pintu rumah pak Wito.
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣