NovelToon NovelToon
Obsession (Cinta Dalam Darah)

Obsession (Cinta Dalam Darah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ricca Rosmalinda26

Seorang mafia kejam yang menguasai Italia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki sisi gelap serupa dengannya. Mereka saling terobsesi dalam permainan mematikan yang penuh gairah, kekerasan, dan pengkhianatan. Namun, di antara hubungan berbahaya mereka, muncul pertanyaan: siapa yang benar-benar mengendalikan siapa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ricca Rosmalinda26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

01 Pertemuan Berbahaya

Dante Salvatore, ketua mafia paling berbahaya di Italia, menemukan mayat seorang pengkhianat yang dibunuh dengan cara sadis dan tidak biasa.

"Siapa yang menemukannya?" Tanya Dante saat melihat seorang mayat penuh darah menggantung di langit-langit gedung tua itu.

"Salah satu anak buah kita." Ucap Luca, tangan kanan Dante.

Ia menemukan pesan misterius di mayat tersebut. Hanya bahasa Sanskerta yang berarti "penghianat", menunjukkan bahwa lelaki yang mati itu adalah penghianat.

"Siapa yang melakukan ini?" Tanya Dante.

Luca menggeleng pelan. “Belum ada petunjuk jelas. Tidak ada saksi. Kamera pengawas di sekitar gedung ini juga sudah dirusak sebelum pembunuhan terjadi.”

Dante menyipitkan matanya, menatap mayat yang tergantung dengan leher hampir putus, tubuhnya penuh luka sayatan yang terlihat dilakukan dengan pisau kecil dan presisi. Ini bukan pekerjaan amatir. Ini eksekusi yang direncanakan dengan hati-hati.

Luca mendekat, menyodorkan secarik kertas yang ditemukan di genggaman korban. Kertas itu lusuh, tapi tulisan di atasnya masih jelas terbaca: "Darah dibalas darah."

Dante meremas kertas itu di tangannya. Bahasa Sanskerta. Sebuah pesan yang hanya orang tertentu yang bisa mengartikannya.

"Apa kita punya musuh yang menggunakan gaya seperti ini?" tanya Dante, nada suaranya tenang, tapi ada ancaman mengintai di baliknya.

Luca berpikir sejenak sebelum menjawab, "Tidak ada yang menggunakan Sanskerta... kecuali satu kelompok di Eropa Timur yang pernah berurusan dengan kita lima tahun lalu. Tapi mereka sudah dibasmi habis."

Dante menghela napas, matanya kembali tertuju pada tubuh tak bernyawa itu. "Lalu ini siapa?"

"Orang baru?" tawar Luca.

Atau... seseorang yang ingin mengalihkan perhatian.

Saat itu, salah satu anak buah Dante berlari masuk, wajahnya tegang.

"Tuan, kami menemukan sesuatu di luar gedung."

Dante dan Luca segera keluar. Di tembok belakang gedung, sebuah simbol besar terukir kasar di batu bata yang sudah tua—huruf V, dicat merah seperti darah.

"V?" Luca mengernyit. "Siapa yang memakai inisial ini?"

Dante memandangi simbol itu dengan ekspresi tak terbaca. Nama itu tidak familiar.

Luca mengamati simbol V yang tertulis di tembok, wajahnya penuh tanda tanya. “Ini bisa siapa saja, tapi aku tidak ingat ada musuh atau kelompok yang menggunakan inisial ini.”

Dante tetap diam, pikirannya berputar cepat. Ini bukan gaya pembunuhan biasa. Luka-luka itu terlalu bersih, terlalu terencana. Ini bukan pembunuhan karena emosi, tapi eksekusi.

“Tuan, kami memeriksa barang-barang korban,” salah satu anak buah mereka melapor. “Dompetnya masih ada, uangnya tidak diambil, tapi ada satu hal menarik.”

Luca mengambil barang yang diberikan anak buahnya—sebuah liontin kecil, sederhana, tetapi di belakangnya terukir nama Valeria.

Dante menyipitkan mata. “Valeria?”

Luca menggeleng. “Tidak ada catatan tentang nama ini dalam daftar musuh kita.”

“Cari tahu,” perintah Dante. “Cari semua orang dengan nama Valeria di kota ini. Aku ingin tahu siapa dia.”

 

Sementara itu, Valeria duduk di sebuah kafe kecil di Roma, menikmati secangkir kopi tanpa tahu bahwa namanya baru saja menjadi pusat perhatian salah satu mafia paling berbahaya di Italia.

Dia tidak menyesal membunuh pria itu. Dia sudah mengkhianatinya. Pria itu telah menjual informasi penting yang hampir membuat Valeria terbunuh. Dia tidak akan membiarkan pengkhianatan itu begitu saja.

Namun, dia tidak pernah menyangka bahwa mayatnya akan ditemukan oleh Dante Salvatore.

Dan kini, tanpa Valeria sadari, Dante sedang memburunya.

Malam itu, pesta gala diadakan di salah satu hotel paling mewah di Roma. Para tamu mengenakan pakaian terbaik mereka, menikmati alunan musik klasik dan anggur mahal. Lampu kristal berkilauan di langit-langit, sementara pelayan berlalu-lalang membawa nampan berisi sampanye.

Di antara keramaian itu, Valeria berdiri anggun dengan gaun hitam berbelahan tinggi, segelas anggur merah di tangannya. Matanya mengamati sekeliling dengan tenang. Dia tidak menyangka akan datang ke pesta ini, tapi undangan dari rekannya terlalu menarik untuk ditolak.

Yang tidak ia sadari, di sudut ruangan, Dante Salvatore sedang memperhatikannya.

Luca berdiri di samping Dante, mengangkat dagunya ke arah Valeria. “Itu dia.”

Dante tidak langsung bereaksi. Matanya mengamati wanita itu dengan penuh minat. Cantik. Elegan. Dan tidak terlihat seperti seorang pembunuh. Tapi dia tahu lebih baik daripada menilai seseorang hanya dari penampilan.

Dante menyesap anggurnya, lalu berbicara pelan, “Apa kita sudah mendapatkan informasi tentang dia?”

Luca mengangguk. “Namanya Valeria Moretti, pengusaha seni. Tidak ada catatan kriminal, tapi memiliki koneksi dengan orang-orang yang cukup berbahaya. Dan yang menarik, tidak ada bukti bahwa dia mengenal korban yang kita temukan.”

Dante tersenyum tipis. “Tapi namanya ada di liontin pria itu.”

“Ya, itu yang jadi misteri.”

Dante menaruh gelasnya di meja dan melangkah santai ke arah Valeria. Luca hanya menghela napas dan membiarkan bosnya melakukan apa yang diinginkannya.

Ketika Dante mendekat, Valeria baru menyadari kehadirannya. Matanya bertemu dengan mata Dante—tatapan tajam penuh kekuasaan.

Dia tidak mengenal pria ini. Tapi, entah kenapa, ada sesuatu tentangnya yang membuat perutnya sedikit bergejolak.

Dante tersenyum tipis dan mengulurkan tangan. “Bolehkah aku menemani Anda minum malam ini, Signorina?”

Valeria menatapnya dengan hati-hati, sebelum akhirnya menganggukkan kepala. “Tentu. Dan Anda siapa?”

Dante tersenyum lebih lebar. “Dante Salvatore.”

Valeria merasa jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Dia pernah mendengar nama itu. Tapi kenapa seorang pria seperti dia ingin bicara dengannya?

Tanpa sadar, malam itu menjadi awal dari permainan yang jauh lebih berbahaya dari yang Valeria bayangkan.

1
nurzzz
ceritanya bagus banget semoga bisa rame yah banyak peminatnya
nurzzz
wow keren
nurzzz
wah keren
Naira
seruuu kok ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!