Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian cintai, yang selalu kalian jaga malah berjodoh dengan orang lain?
Ini kisah tentang Jean Arsa Anggasta seorang calon CEO muda yang ditinggal nikah oleh kekasihnya. Ia menjadi depresi dan memutuskan untuk tidak mau menikah namun karena budaya keluarganya apabila seorang anak laki-laki sudah berumur 25 tahun maka mereka harus segera menikah. Maka mau tidak mau ia harus menikahi Ashana Daryan Fazaira sepupunya. Seorang gadis yang juga telah dibohongi oleh kekasihnya yang telah berselingkuh dengan sahabatnya.
Lalu apa yang terjadi jika pernikahan tanpa cinta ini dilakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Raka datang mengunjungi rumah Mila untuk memberikan beberapa vitamin, namun begitu sampai disana rumah itu begitu sepi seperti tak berpenghuni. Bahkan halaman rumahnya banyak sekali sampah. Raka mengintip dari jendela, ia menyipitkan matanya saat melihat beberapa perabotan berantakan.
"Cari siapa mas?" Tanya seorang ibu yang kebetulan lewat di depan rumah itu.
"Saya cari mila Bu, tapi kayaknya ga ada dirumah ya?"
"Owalah mas, mereka udah pindah"
Raka terkejut.
"Pindah Bu? Sejak kapan?" Tanya Raka.
"Seminggu yang lalu" jawab ibu itu.
"Kalau boleh tau pindah kemana ya Bu?" Tanya Raka.
"Aduh kalau soal itu saya kurang tau yah mas, soalnya mereka pindahnya juga dadakan"
"Yaudah kalau gitu makasih banyak ya Bu" ucap Raka
Ibu itu pun pamit dan segera pergi dari tempat itu.
Raka mengecek handphone nya dan mencoba menghubungi Mila, namun tidak kunjung aktif.
Shima mematikan handphone Mila yang terus berdering dan menyimpan handphone itu di dalam tas nya.
"Mulai sekarang handphone kamu ibu yang pegang, gak akan ibu biarkan laki-laki itu hubungin kamu lagi"
"Ibuk tapi Raka itu ayah dari anak aku"
"Cukupppp Mila!!!! Berhenti bilang dia ayah dari anak kamu, kalau dia memang ayah dari anak kamu seharusnya dia bertanggungjawab dengan menikahi kamu bukan dengan cara seperti ini. Kalau hanya dengan bertanggungjawab sampai bayi ini lahir ibu juga bisa. Ngerawat kamu sama bayi kamu bahkan sampai nanti anak mu dewasa nanti"
Mila hanya menangis.
"Kamu lihat apa yang di lakukan perempuan itu sama kamu? Kamu hampir kehilangan bayi kamu" ucap Shima.
"Rasanya tiba-tiba aku gak menginginkan anak ini"
Shima semakin emosi mendengar perkataan Mila.
"Apa kamu bilang?? Gak menginginkan anak ini? Terus apa yang mau kamu lakukan? Menggugurkannya?"
Shima menghampiri putrinya yang sedang menangis, ia meredamkan emosi untuk menghibur putrinya.
"Apapun yang terjadi Mila, semua itu sudah menjadi kehendak Tuhan. Anak ini titipan, jangan sampai kamu berubah pikiran. Kamu sudah sejauh ini menjaganya dengan baik. Dia gak salah apa-apa"
Mila semakin menangis, ia memeluk ibunya dengan sangat erat. Hatinya begitu sakit.
"Nanti kalau anak ini lahir, biar ibu yang ngerawat. Kejarlah keinginan kamu, semua itu belum terlambat"
Shima mengelus kepala putrinya dengan sangat lembut.
***
7 hari lagi hari yang ditunggu-tunggu Shan untuk menjadi istri Raka akan segera tiba. Shan semakin tidak sabar untuk segera memakai gaun pengantinnya. Jean juga sering datang kerumahnya untuk membantu ayahnya. Shan juga memberikan design kartu undangan yang telah ia rancang bersama Raka sebulan yang lalu.
"Ini contoh design kartu undangan nya" ucap Shan kepada Jean.
"Oke nona", ucap Jean dengan wajah datar yang mengundang tawa geli Shan.
"Ihh Lo lucu banget" kekeh Shan.
"Seneng kan Lo nyusahin gue?" Kesal Jean.
"Emmm seneng bangettt"
"Gue jadi gak punya waktu tidur siang karena bantuin dekor buat hari pernikahan Lo. Lo harus bayar mahal ke gue" ucap Jean.
"Gue bayar pakai doa aja ya" Shan mengerjapkan matanya beberapa kali dan membuat Jean jijik.
"Gue gak butuh doa Lo, gk mujarab"
Disaat mereka tengah bercanda dan tertawa Raniya menghampiri mereka.
"Jeannnn" Raniya memegang lengan Jean dan bersikap manja pada pria itu.
"Tuh bini Lo datang" ucap Shan.
Mendengar itu Raniya tersenyum malu.
"Ihh Shan masih calon tauuu" ucap Raniya.
Jean hanya pasrah di tempeli Raniya sejak tadi walau sebenarnya pria ini sangat muak dan risih, ia masih belum terbiasa.
"Ehh ran mending lo ikut Jean nyerahin design kartu undangan gue ke percetakan"
"Ohh ya?? Kamu mau pergi? Aku ikut ya?"
Jean menatap sinis Shan, lalu beralih menatap Raniya dengan senyum palsunya.
"Hemm iya"
"Yaudah Shan, kita pergi ya"
"Hati-hati kalian..." Shan melambaikan tangannya pada mereka, Jean berjalan dengan sangat cepat mendahului Raniya yang membalas lambaian tangan pada Shan.
***
"Gimana mas? Kamu udah dapat sekretaris?" Tanya Vera.
"U.. udah, tapi..." Jovan menggantung perkataannya.
Jovan menutup laptopnya saat Vera menghampiri nya.
"Kenapa mas?" Tanya Vera.
Jovan menarik istrinya agar duduk dipangkuan nya.
"Sekretaris nya cewek" ucap Jovan.
"Terus?" Tanya Vera.
"Kamu gak marah?" Tanya Jovan lagi.
"Ya masa mau marah, habisnya udah lama juga kan kamu cari sekretaris" ucap Vera.
"Iyah sih, tapi beneran gapapa kan?" Tanya Jovan.
"Iya gapapa, emang siapa sih sekretaris kamu? Siapa namanya? Dia udah nikah atau belum? Tinggalnya dimana?" Tanya Vera dengan cerewet.
Mendengar itu Jovan semakin menelan ludah saking gugupnya ketika istrinya bertanya.
"Jovan? Kamu kenapa? Pertanyaan aku cuman sedikit kan? Atau kebanyakan ya?"
"Nggak kok" Jovan menurunkan istrinya untuk duduk disebelahnya. Jovan lalu memberikannya sebuah map berisi CV sekretaris barunya.
"Kamu baca aja" ucap Jovan.
Vera pun membuka map itu dan menganbil selembar kertas berupa CV dan membacanya.
"Raditha Anggraini?"
"Mantan tunangan kamu?" Tanya Vera.
"Iya"
Vera hanya mengangguk lalu membaca CV itu lagi.
"Dia belum menikah?" Tanya Vera.
"Belum" jawab Jovan.
"Bukannya dia ninggalin kamu karena mau menikah sama orang lain ya?"
"Dia gak jadi nikah"
"Kenapa?" Tanya Vera.
"Mas nggak tau Vera, udah lah itu bukan urusan kita untuk mengetahui kehidupan pribadi dia" ucap Jovan.
"Ihh siapa juga yang mau tau, aku kan cuman tanya"
Jovan mengambil lembar CV itu dan kembali meletakkannya kedalam map.
"Ehh aku belum siap baca" ucap vera
Jovan lalu menatap kedua mata istrinya.
"Kamu jangan berpikiran negatif ya"
"Nggak lah, itu bukan aku banget" ucap Vera.
Jovan terkekeh.
"Kenapa ketawa? Lucu kah?" Vera terlihat kesal
"Aku sama Ditha hanya rekan kerja, hanya sebatas bos dan sekretaris"
"Tapi kalau dia belum move on dari kamu gimana?"
"Ya itu urusan dia, bukan urusan aku"
"Kenapa harus dia sih? Ga ada yang lain?" Tanya Vera.
"Ngga ada"
"Kalau aku gak tanya soal sekretaris kamu gak bakal kasih tau aku kan kalau mantan kamu kerja di kantor kamu"
"Sebelum kamu tanya soal itu, aku juga mau ngasih tau kamu tentang itu. Ehh udah keduluan sama kamu"
"Itu karena firasat aku gak enak, eh ternyata bener kan"
"Kamu gak usah mikir yang aneh-aneh, kurangin nonton drakor. Jadi overthinking Mulu kan"
"Mas sekarang tuh lagi viral tau, bos pacaran sama sekretaris nya. Sekretaris ngejar-ngejar bos nya dan akhirnya bos nya jatuh cinta terus mereka pacaran dan menikah"
"Itu kan karena bos nya belum punya istri, beda dong? Aku kan udah punya kamu"
Jovan menahan tawa ketika melihat raut wajah Vera yang terlihat serius, Jovan berniat ingin mencium pipi istrinya namun Vera segera menoleh kearahnya.
"Pokoknya setiap hari aku bakal datang ke kantor kamu. Mulai besok kamu makan siangnya sama aku"
"Iyah" ucap Jovan.
Jovan mengusap lembut puncak kepala istrinya.
"Janji sama aku, kamu jangan ganjen sama dia"
"Astagfirullah Vera, aku tau itu dosa"
"Bagus"
Jovan hanya geleng-geleng kepala.
"Kamu marah ya sama aku?" Tanya Vera secara tiba-tiba.
"Haa? Marah kenapa?"
"Ya habisnya tiba-tiba aku jadi nyebelin iya kan?"
"Emang aku ada bilang kamu nyebelin? Nggak ada sayang"
"Kamu kalau marah, gapapa marah aja. Marahin aja aku"
"Loh kok tiba-tiba jadi gini sih? Ohh aku tau... Kamu pasti mau datang bulan kan makanya kayak gini? Apa sih namanya? Pms ya?"
Vera hanya diam, ia masih sibuk dengan imajinasi nya sendiri.
Jovan melihat kalender di handphone nya dan ya istri tercinta nya ini sedang mengalami masa pms.
Jovan lalu memeluk Vera dan mencium pipi istrinya berkali-kali.
"Mau jajan Van" ucap Vera.
"Yukk" ajak Jovan dengan tersenyum.
***
Endingnya kayak terlalu maksa sih Thor, harus nya buat Ampe ratusan episode Thor... sayang banget Thor 😭 bakal kangen Ama jean and Shan huhuhu /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/