NovelToon NovelToon
Valdris Academy : Rise Of The Fallen

Valdris Academy : Rise Of The Fallen

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Teen School/College / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:833
Nilai: 5
Nama Author: Seojinni_

Akademi Valdris. Medan perang bagi calon jenderal, penasihat, dan penguasa.

Selene d’Aragon melangkah santai ke gerbang, hingga sekelompok murid menghadangnya.

"Kau pikir tempat ini untuk orang sepertimu?"

Selene tersenyum. Manis. Lalu tinjunya melayang. Satu tumbang, dua jatuh, jeritan kesakitan menggema.

Ia menepis debu, menatap gerbang Valdris dengan mata berkilat.

"Sudah lama... tempat ini belum berubah."

Lalu ia melangkah masuk. Jika Valdris masih sama, maka sekali lagi, ia akan menaklukkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik

Dengan kemenangan Selene, pertarungan lainnya juga berakhir. Akhirnya, tibalah saat yang dinanti-nantikan—pengumuman nama-nama yang lulus ujian.

Seseorang muncul di tengah podium. Kepala Akademi Valdris, Regis Vermillion. Pria misterius yang jarang menunjukkan wajahnya kini berdiri di hadapan semua orang.

Selene mengernyitkan alisnya. Akhirnya pria ini muncul juga ke permukaan.

Dengan kehadiran Regis, Dewan Akademi memintanya untuk mengumumkan siapa saja yang lulus ujian. Regis mengambil daftar nama dan mulai menyebutkan murid-murid yang berhasil lolos, membagi mereka ke dalam beberapa kelas sesuai nilai dan status keluarga mereka. Bagi mereka yang gagal… itu adalah akhir perjalanan mereka di akademi ini.

Nama demi nama disebutkan tanpa hambatan, sampai akhirnya—

"Selene d'Aragon, Elite Class."

Sejenak, seluruh aula terdiam. Namun, dalam sekejap, bisik-bisik memenuhi ruangan. Selene menangkap kilatan senyum licik di wajah Regis.

"Heh, dia meremehkan aku rupanya?"

Sementara itu, murid-murid lainnya mulai ribut.

"Tunggu, siapa gadis itu?"

"Apa aku tidak salah dengar?"

"d’Aragon?"

Kehebohan mulai memenuhi aula. Mereka tidak menyangka bahwa Selene adalah putri Gideon d'Aragon. Siapa yang tidak mengenal Gideon? Tangan kanan Selene Everhart, jenderal terkuat di kekaisaran. Ia adalah pria yang berada di peringkat kedua setelah Selene Everhart sendiri.

Dan kini, mereka menyadari sesuatu.

Nama gadis itu juga Selene.

Beberapa murid dari faksi Pangeran Kedua, Ditrian Mukai, melirik Selene dengan penuh arti. Mereka sudah mendengar desas-desus bahwa pilar terkuat telah kembali dan mendukung Putra Mahkota Lucian. Dan ternyata, gadis ini adalah putrinya?

Namun, Selene tetap santai. Dia berjalan menuju barisan kelas tanpa peduli dengan semua kehebohan itu.

Di atas podium, Adeline tersenyum. Ia sudah mengagumi Selene sejak awal, dan kini rasa kagumnya semakin besar. Meski memiliki latar belakang yang luar biasa, Selene masih mau menolong bangsawan kecil sepertinya.

Sementara itu, Kyle merasa bangga. Gideon d’Aragon adalah sosok idolanya, dan sekarang dia baru sadar—orang yang mengalahkannya adalah putrinya sendiri.

"Wajar saja jika dia sehebat itu."

Akhirnya, pembagian kelas selesai, dan semua murid diwajibkan meninggalkan aula utama.

***

Uang Pertama Selene

Saat berjalan santai menuju asramanya, Selene bertemu Adeline yang tiba-tiba menyerahkan selembar cek sepuluh juta.

Selene terdiam sejenak. Lalu—

"Hahahahaha! Uang pertamaku!"

Ia tertawa terbahak-bahak, ekspresinya penuh kebahagiaan.

Adeline sedikit terkejut. Ia sama sekali tidak menyangka seseorang seperti Selene ternyata sangat mencintai uang.

Selene merangkul Adeline dengan senyum lebar. "Kita harus merayakan ini! Makan besar malam ini, traktiranku!"

Adeline terkikik. "Baiklah, kalau begitu, aku tidak akan menolak."

***

Rencana Emilia

Di tempat lain, Vivianne dan Emilia duduk dengan tenang.

Emilia menyeruput tehnya dengan anggun, sedangkan Vivianne tampak tegang, kemarahan terlihat jelas di matanya.

"Emilia, apa kau akan membiarkan dia begitu saja?" tanya Vivianne.

Emilia meletakkan cangkirnya dan tersenyum tipis. "Kau terlalu terbawa emosi. Itulah sebabnya kau kalah."

Vivianne mengepalkan tangan. "Gadis itu akhirnya menjadi kelas elite. Apa kau tidak takut dia menghancurkan hierarki yang ada?"

Emilia tersenyum sarkastik. Ia tidak menjawab, namun dalam hatinya, sebuah rencana sudah terbentuk.

"Ini baru awal. Masih banyak ujian lain yang akan dia hadapi. Dan apakah dia bisa bertahan? Kita lihat saja nanti."

Vivianne bergidik melihat tatapan Emilia. Ia tahu betul, gadis ini tidak akan tinggal diam.

***

Hari Pertama Kelas Politik

Hari berlalu. Kelas resmi dimulai...

Selene berjalan keluar dari asramanya, memegang daftar mata pelajaran yang telah ia pilih. Dua kelas utama yang ia ambil adalah Politik dan Pedang.

"Aku cukup baik dalam berpedang, tapi selalu ada langit di atas langit. Dan kekuatan saja tidak cukup. Dunia terus berubah, kebijakan politik mengalami pergeseran. Jika aku ingin lebih unggul, aku harus menguasai strategi di baliknya."

Ia melewati kelas strategi, memilih untuk tidak mengikutinya karena ia merasa sudah memiliki pengalaman yang cukup.

Namun, hari ini, ia menghadapi masalah baru.

Guru kelas politiknya adalah—Cecile.

Wanita yang pernah ia permalukan sebelumnya.

Cecile menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. Lalu, dengan suara yang terdengar terlalu manis, ia berkata, "Dunia ini begitu sempit. Bukankah begitu, Nona Selene?"

Selene tersenyum santai. Oh, dia masih menyimpan dendam rupanya?

Murid-murid lain menahan napas. Mereka kini sadar siapa Selene sebenarnya dan tidak berani macam-macam dengannya.

Cecile mengawali kelas dengan tenang, namun jelas ada nada sindiran dalam cara ia mengajar.

Namun, Selene hanya tersenyum sinis.

"Ohh, ternyata akademi juga menerima sampah untuk mengajar?" ucapnya sarkastik.

Murid-murid lain menahan napas.

Cecile mengepalkan tangannya. "Jika kau tidak suka kelasku, kau bisa keluar. Tidak ada yang memintamu untuk tetap di sini."

Selene terkekeh. "Tidak masalah. Meskipun sampah itu bau busuk, aku bisa menutup hidungku agar tidak mencium baunya."

Cecile hampir meledak. "K-Kau...!!"

Selene menaikkan bahunya. "Atau… haruskah aku membuangnya? Bukankah sampah harus dibuang agar tidak mencemari lingkungan?"

Seluruh kelas tegang. Cecile menggigit bibirnya. Napasnya memburu, wajahnya memerah karena marah. Ia membuka mulut, berusaha membalas—

Namun—

"K-K-Ka-kau… se-se-selalu… a-a-aku… k-kau t-tidak… ah, sial!"

Kata-katanya belibet parah, hingga terdengar seperti orang gagap.

Seisi kelas terdiam sejenak. Lalu—

"PFFT—HAHAHAHA!"

Suara tawa meledak di seluruh ruangan. Bahkan beberapa murid yang awalnya takut pun tidak bisa menahan tawa mereka.

Selene menyeringai. "Oh? Kau baik-baik saja, Bu Cecile? Sepertinya, kau perlu belajar berbicara dengan benar sebelum mengajar politik."

Wajah Cecile merah padam. Ia merasakan tatapan penuh ejekan dari murid-murid lain. Rasa malu itu seperti tamparan keras yang menghancurkan harga dirinya.

Ia menggertakkan giginya, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Selene hanya bersedekap, menikmati momen ini dengan santai.

"Oh, ini akan menjadi kelas yang menyenangkan."

1
Maria Lina
yg lama aj blm tamat thor buat cerita baru lgi hadeh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!