NovelToon NovelToon
RED FLAG

RED FLAG

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Eva Rosita

"Kita putus!"

"putus?"

"ya. aku mau kita menjadi asing. semoga kita bisa menemukan kebahagiaan sendiri-sendiri. aku pergi,"

"Silahkan pergi. tapi selangkah saja kamu melewati pintu itu ... detik itu juga kamu akan melihat gambar tubuh indahmu dimana-mana,"

"brengsek!"

"ya. itu aku, Sayang ..."


***

Bagai madu dan racun, itulah yang dirasakan Eva Rosiana ketika jatuh dalam pesona Januar Handitama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Rosita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03

"Jancok, kawanen aku!" (Sialan, kesiangan aku)

Ada kelas pagi dan Eva baru bangun. Buru-buru dia kekamar mandi. Mandi ala kadarnya. Begitu selesai mandi, Eva ganti baju dan langsung menyambar tas, ponsel dan dompetnya.

Sedikit bernafas legah saat melihat motor matic Ajeng masih ada di garasi. Sepertinya bestienya itu sengaja meninggalkan motornya karena dia kesiangan.

Ah, terbaik memang Ajengnya itu.

Hari apes memang tidak pernah ada dikalender. Jarak ke kampus tinggal 3 kilo dia sudah diberhentikan oleh polisi.

Dan begonya Eva, dia baru sadar kalau tidak memakai helm sangking terburunya.

"Selamat pagi, Mbak. Bisa menepi dulu?" ucap Pak Polisi itu dengan sopan.

Mau langsung tancap gas tapi spion sudah dipegang sama polisinya. Mau nyogok, iya kalau ini salah satu jenis "polisi oknum". Tapi kalau ini orang polisi jujur, apa nggak tambah berabe masalahnya.

Jangan hujat Eva ya, dia punya pikiran ngawur itu ya karena sering mendengar para oknum yang gampang diselipin duit.

"Alamat telat ini mah," gumam Eva.

"Bisa ditunjukkan surat-suratnya, Mbak?"

"Mampus!" Eva tepok jidatnya. Sudah pasti surat-suratnya ada di Ajeng. Ya karena ini motornya Ajeng. "Emm, Pak mohon maaf banget, Pak. Ini tuh sebenarnya motor teman saya. Dan surat-suratnya ada di teman saya, Pak," jawab Eva memelas, siapa tahu Pak Pol ini akan luluh dengan wajah melasnya.

"Kalau begitu, silahkan hubungi temannya dulu!"

Eva mengangguk dan segera menghubungi Ajeng.

Double kill, nomer Ajeng tidak aktif. Kebiasaannya Ajeng itu suka menonaktifkan ponselnya kalau ada kelas.

Oke, mari coba hubungi Budi atau Saroh.

Satu kali, dua kali, tiga kali sampai sepuluh kali tidak ada yang menjawab panggilannya.

Kampret!

"Bagaimana, Mbak?"

"Paak, teman saya tidak bisa dihubungi. Dia ada kelas, Pak," Eva meringis. Nanti akan dia getok palanya Ajeng, punya kebiasaan kok aneh.

"Mbaknya tau tidak, apa saja kesalahannya?"

Lagi lagi Eva meringis. Menganggukkan kepalanya pelan.

"Sebutkan!"

"Saya tidak membawa surat kendaraannya. Tapi saya buru-buru, Pak. Saya bangun kesiangan dan pagi ini saya ada kelas, Paaak."

"Sudah? Itu saja kesalahannya?" yaelah, apes bener lo, Va. Wajah melasmu tak dibutuhkan. "Mbaknya ini tidak memakai helm!"

"Iya, Pak," cicit Ajeng.

"Mbak saya tilang. Sesuai peraturan, karena Mbak tidak membawa STNK, motornya akan kami bawa ke kantor polisi!"

"Yaa, jangan dong, Pak,"

"Ini surat tilangnya. Sidangnya sesuai di tanggal yang tertera disana," Pak Polisi itu menyerahkan surat tilang setelah rekannya menulis di surat itu, "tolong tanda tangan dulu, Mbak!"

"Pak, masa harus dibawa? Kalau motornya dibawa, saya terus gimana, Pak? Saya sudah telat 10 menit ini, Pak. Dosennya killer lagi, Pak. Tolong dong, Paak,"

"Itu konsekuensi atas keteledoran Mbaknya sebagai pengendara motor dan mahasiswa. Lain kali harus diperhatikan lagi, Mbak. Lebih disiplin lagi!"

Lah, malah dapat kultum dari Pak Pol.

"Eva?"

Merasa namanya dipanggil, Eva menoleh dan mendapati teman Budi yang baru kemarin ia kenal.

"Janu?"

Janu mengangguk ke Eva, lantas dia menoleh ke Polisi itu. "Maaf, Pak. Ini teman saya kenapa, ya?"

"Kena tilang, Mas. Teman Masnya ini tidak memakai helm dan tidak membawa STNK. Jadi motornya harus kami bawa ke kantor polisi,"

Janu mengangguk. Dia juga paham kalau tidak membawa STNK pasti kendaraannya akan dibawa.

"Tapi ada surat tilangnya kan, Pak?"

"Ada. Sudah saya serahkan ke Mbaknya!" jawab Polisi itu, "Motornya kami bawa ya, Mbak,"

Kepala Eva mengangguk pelan dengan bibirnya yang sudah mencebik sedih. Ini nanti pasti si Ajeng ngomel-ngomel karena motornya dibawa polisi.

Apes bener! Ini si Eva alamat harus bayarin ojeknya si Ajeng tiap pulang pergi kampus selama motornya tidak ada.

Mata Eva menatap nanar ke motor matic putih yang mulai menjauh itu.

"Mau ke kampus?"

Ah iya, Eva sampai lupa kalau masih ada manusia di sebelahnya. Manusia yang irit sekali bicaranya.

"Iya,"

"Ayo,"

"Kemana?"

"Lo maunya kemana?"

Eva cengo sebentar, menatap Janu tidak percaya. Ternyata manusia yang sering cosplay menjadi patung ini bisa bercanda juga ya? Batinnya.

Janu terkekeh samar melihat wajah cengo Eva.

Lah, kok makin cakep? 

First impression Eva ke Janu itu, keren. Kalau masalah fisik, jelas Eva tahu Janu itu tampan. Tapi tampan yang menurutnya juga berbeda. Tato yang ada di tangan dan piercing di telinga serta ujung bibirnya tak membuat penampilan cowok itu urakan atau slengean.

Malah terlihat sangat keren menurut Eva.

Eva sempat melongo kagum melihat Janu tertawa kecil begitu. Mata Janu semakin menyipit saat tertawa. Hidungnya Janu itu lucu, bangir tapi tak sebesar ukuran laki-laki pada umumnya. Jadi terlihat imut versi cowok. Bibir tipisnya juga semakin lucu jika tertawa.

Ternyata setelah diamati baik-baik, Janu diam dan Janu tertawa itu punya aura yang sangat berbeda.

Jika diam, Janu sedikit menyeramkan. Namun jika tertawa, Janu terlihat sangat imut.

Ada gitu ya manusia berubah bentuk begitu? Apa dia siluman bunglon? 

Ini semakin lama Eva memandang wajah Janu, bisa semakin tambah kongslet otaknya.

Untuk pertama kalinya Eva merasa tertarik ke manusia berjakun lebih tepatnya laki-laki dengan durasi waktu yang singkat.

Eva sadar, sepertinya memang ada yang tidak beres di otaknya, pertama kali melihat Janu sudah ada daya tarik tersendiri.

"Eva?"

"Hah? Ya?" Plis, jangan bego. Ini bukan lo banget, Va!

Janu tersenyum tipis, "berangkat sekarang?"

"Ayo!"

Janu berjalan lebih dulu ke arah mobilnya, dan hal tak terduga terjadi. Cowok itu membukakan pintu untuk Eva.

"Cih, player rupanya!" gumam Eva pelan. Menilai sikap Janu ini sama seperti buaya yang caper ke mangsanya.

Biar si mangsa terkesan.

"Gue denger, btw!" Eva sedikit tersentak karena suara mulut julidnya masih bisa ditangkap telinga Janu, "sepertinya lo sudah hatam sama tingkah para player ya," canda Janu sebelum menutup pintu dan dirinya beralih ke pintu satunya.

Wangi gila ini mobil. Bau bau horang keyong! Batin Eva.

Meskipun tak pernah punya mobil, tapi Eva tahu kalau mobil Janu ink bukan mobil murah atau mobilnya kaum mendang mending. Ini mobil sangat mahal.

Tapi memang sangat kentara kok kalau Janu itu berduit. Bau dari parfumnya saja orang bisa menilai kalau itu parfum mahal.

Wanginya bikin tenang dan candu. Eh?

Mobil itu sudah melaju ke arah kampus dengan suasana hening. Eva yang tidak bisa berbasa basi dengan orang baru, dan Janu yang juga sepertinya bingung mau membuka obrolan dengan gadis misterius ini.

Iya, bagi Janu, Eva itu misterius anaknya. Susah untuk ditebak. Ekspresi wajah dan tindakannya sangat tidak terduga menurutnya.

"Thanks ya!" ucap Eva setelah mobil Janu terparkir di fakultasnya.

Janu hanya mengangguk sebagai jawaban. Didalam mobilnya, Janu terus menatap kepergian Eva. Dengan tatapan yang sulit di artikan dan hanya Janu yang tahu.

***

Eva merasa sangat sia-sia pergi ke kampus. Baru satu langkah dia masuk kelas tapi langsung di usir oleh dosennya. Mau tak mau Eva harus keluar.

Untung saja kali ini bukan mata kuliah jurusannya.

Sekarang yang Eva lakukan duduk di gazebo sendirian. Dan baru saja duduk, dia mendapati pesan dari Intan, sepupuhnya di kampung.

Sepupuh Eva itu memberi kabar kalau adik bungsunya tidak mau sekolah karena minta ganti hp. Lalu adik laki-lakinya tertangkap polisi karena bermain dengan obat-obatan terlarang.

"Tuhaan. Begitu nikmat cobaan yang Kau beri," keluh Eva.

Eva kepikiran kedua orangtuanya, terutama Ibunya. Ibunya itu punya penyakit jantung, dan selalu kambuh jika adiknya membuat ulah.

Adik yang membuat ulah itu anak nomer 3 kedua orang tuanya. Jadi Eva itu anak nomer 2. Yang pertama laki-laki, yang ketiga laki-laki dan yang terakhir perempuan.

Dua adiknya itu masih sekolah. Yang laki-laki SMA kelas 1 dan yang perempuan masih SMP kelas 2. Kakak Eva sudah menikah tapi masih tinggal bersama orangtuanya.

"Dika sialan!" Eva mengumpati adiknya yang bernama Dika. Anak itu selalu saja bikin masalah. Tapi sayangnya kedua orangtuanya itu selalu memanjakan adik-adiknya.

Itu salah satu alasan yang membuat Eva nekat kuliah di Jakarta. Dia terlalu muak melihat drama adiknya itu. Dan dia juga sakit hati karena merasa disisihkan. Apa-apa bocah itu yang harus dituruti dan diutamakan.

Eva mendesah lelah melihat layar ponselnya yang menyala dan memunculkan nama adik bungsunya disana.

Sudah dia duga, pasti adiknya ini akan menelpon untuk mengadukan keadaan rumahnya.

"Kenapa, Nur?" Basa basinya.

"Mbaak.."

"Kenapa kamu nangis?"

"Mas Dika ketangkap polisi. Tadi malam digeledah kamarnya, ada ratusan butir obat terlarang Mbak.."

Eva diam, dia benci situasi ini. Situasi dimana matanya tiba-tiba memanas dan menghasilkan genangan air dipelupuk matanya.

"Ibu gimana?"

"Ibu nangis terus, Mbak. Bapak cuma diam aja, kayak orang linglung,"

Sialan, menetes sudah air matanya. Andai dia ada dikampung, mungkin sudah Eva berikan bogeman ke wajah Dika.

"Mas Dika bisa bebas asal---"

"Nur, dengerin Mbak. Kalau Ibu sampai demam, langsung bawa ke puskesmas. Kamu jangan sampai ninggalin Ibu. Nggak usah main. Diem-diem aja dirumah!" Eva potong ucapan adiknya saat ingin membahas Dika.

Eva muak. Muak sekali dengan dua saudara laki-lakinya itu.

"Iya, Mbak. Mbak, Ibu mau ngomong.."

"Iya,"

"Nduuk, adiikmuu.. adikmu, nduuk. Adikmu ketangkep. Gimana nasib adikmu, nduk, kasihan. Kok ya begini sekali jalan hidup adikmu,"

Eva makin tergugu, sebisa mungkin dia membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan isakan tangisnya. Hatinya semakin sakit mendengar tangisan ibunya yang masih saja memikirkan nasib Dika.

"Adikmu bisa bebas karena masih dibawah umur. Tapi polisinya minta tebusan, nduuk.."

"Biarin, Buk. Biar dia jerah. Ini sudah kedua kalinya dia ketangkep. Ibu mau sampai kapan memebela kesalahan dia?" Sudah tidak bisa dikontrol lagi emosinya.

Eva benar, ini sudah kedua kalinya bocah sialan itu tertangkap polisi dengan kasus yang sama. Mengedarkan obat terlarang. Tapi bukan obat obat terlarang yang mahal-mahal itu. Ini jenis obat penenang yang sering disalah gunakan oleh remaja-remaja dikampungnya.

"Kamu kok jahat. Kamu tega liat adikmu dipenjara?"

Apa jahat katanya? Selama ini Eva selalu mengalah, kebutuhannya selalu disisihkan hanya karena Adik dan Kakaknya itu meminta ini itu yang tak penting.

"Terus aku harus apa, Buk?"

"Polisinya minta uang tebusan 25 juta. Ibu cuma punya simpanan 7 juta. Ibu minta tolong, kalau kamu ada uang, tolong bantu ibu ngeluarin adikmu,"

Dari 25 juta ibunya hanya punya 7 juta, dan sisanya harus Eva begitu yang bayar?

Ibunya ini apa tidak mikir kalau Eva harus pontang panting diperantauan agar bisa menyambung hidup. Uang tabungannya juga tidak banyak.

Ya Tuhaan, guman Eva.

"Aku nggak janji, Bu. Tapi aku usahakan ada uangnya! Tuut, Eva mengakhiri panggilan sepihak dari Ibunya.

Dia sudah tidak kuat mendengar tangisan Ibunya. Ternyata Ibunya masih saja sama, menganggap apa pun yang dilakukan adiknya itu masih diwajarkan.

"Bangsat!!" peduli setan jika ada yang melihatnya menangis dan mengumpat.

Seet.

Eva yang sedang menutkp wajahnya dengan tangan, bisa merasakan ada sesuatu yang diletakkan di atas pahanya. Dia mengangkat wajah, menemukan Janu yang tiba-tiba duduk disebelahnya.

Ternyata cowok itu meletakkan satu kotak tisu kecil di atas pahanya.

Janu tidak sengaja mendengar percakapan Eva di telepon. Setelah terlihat Eva menyudahi telponannya, Janu meminta tisu ke temannya yang kebetulan lewat.

"Ngapain lo?" Eva menatap Janu kesal, dia tidak suka jika moodnya buruk ada orang disekitarnya. Terlebih lagi orang itu tau jika dirinya menangis.

"Jualan tisu!" jawab Janu asal. Dagunya bergerak menunjuk tisu yang masih belum Eva pegang, "lap tuh ingus, jorok!"

Eva melotot. Gila ni cowok, apa pula bikin dirinya malu saja.

Dengan hati yang dongkol Eva mengambil tisu itu, dan langsung mengelap air mata plus ingusnya.

Janu bohong kok, Eva tidak ingusan.

"Bolos?" tanya Janu.

"Lebih tepatnya di damprat sama dosen!" sarkasnya ketus.

Janu mengangguk anggukan kepalanya, "sama. Gue juga!"

"Kagak nanya!"

Gadis ini benar-benar galak, tapi sayangnya Janu semakin tertarik.

Menurut Janu, Eva itu punya daya tarik dan aura yang kuat.

"Mau ikut gue nggak?"

"Kita nggak seakrab itu, btw!"

Gila, baru pertama kali ada seorang cewek yang menolak ajakan seorang Janu.

"Gue jamin lo nggak bakalan nyesel. Dari pada nangis disini kayak orang gila,"

Janu itu selalu mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Dengan jentikan jarinya saja dia bisa mendapatkan yang dia mau.

Dan cowok tampan yang bertato ini sangat tertarik ke Eva. Dia ingin gadia galak ini menjadi miliknya.

Maka dari itu, dia tidak akan mundur untuk memilikinya.

"Kampret juga lo ternyata!" sudah kepalang malu karena kepergok menangis, Eva putuskan saja mengiyai ajakan Janu.

"Mau kemana?" tanya Janu karena Eva berdiri.

Eva memutar bola matanya malas.

"Tadi siapa sih yang ngajak gue cabut?!" sarkasnya membuat Janu ikut berdiri dan memasang senyum tipisnya.

1
Nia Arizani
seruuuu banget,, doble up dong thor😍
Ita Retno
gokil si ipe👏👏💪🔥
Ita Retno
dari cerita Ajeng jd tau cerita Eva👍❤️🔥
tati hartati
benar pasangan yg cocok sama emosian
Novita Ambarwanti
Thor lupa ya ada kontrakan disini 🫠
eva rositadewi: `nggak lupa. tapi pikun. hoho
total 1 replies
Vtree Bona
haha Eva di lawan
Vtree Bona
duh kemana aja kak thor
Arumi Putri
di lanjut gak nih padahal novel nya bagus loh
Arz Kaf
ya ampun kasiang juga si eva berarti yg masih beruntung hanya ajeng ya disayang mama dewi walau tiap hari ribut berdebat masalh yg gak genah tapi eva ternyata selalu dibedakan 😌😌va knapa nasibmu ngenes sih ga punya ibu tapi pilih kasih 😭
Arz Kaf
awasin ya di ipe ntar ada yg nyelakain kan repot apa perlu si bang janu yg jagain eva 🤭
Arz Kaf
gegara si janu nih terlalu seksih jadi baca kesini eh ternyata si markojeng teman nya si ipe toh😁😁😁
Safa
belum up lagi kah ?
anak meong
kaya nya memang ga di lanjut lagi sih cerita ini..
Aleea24
kereen siih ini novel.. semangat terus kaa...😊😍
Anonymous
nah uda keliatan ni red flag nya si januu
Rica Eldagita
akhirnya kesini juga 😊
anak meong
kak kata gw emang kurang panjang ih 😭😭
kak kenapa ga di fizo aja sih novel ini..
Anonymous: nah iyaaa. kenapa gak di pijo ajaa 😭😭😭
total 1 replies
Sri Wahyuni
bagus banget
Novia Herlina
Ho'oh...
Anonymous
aku nebak2 judul dan dimana letak red flag nya si Janu. Sejauh ini dia manis, tapi kayaknya dia bakal pecemburu bgttt Krn kecintaan atau bahkan seobses ituu sama si Eva. thorrr, makasih ya Uda up
✨litlestar🌟: belum kali kak ini kan masih awal, biasanya kan manis2 dulu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!