Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya
Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.
Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.
Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arti Cinta
Sinar matahari menyinari keduanya. Dalton terbangun dengan kondisi ruangan yang berantakan. Semalam adalah adega yang ia tunggu-tunggu. Tetapi ada sesuatu yang masih kosong. Sepi, tidak ada tanda-tanda bahwa Anastasia masih di dalam. Yang ada hanya secarik kertas yang ditinggalkan di atas meja.
"Aku pergi dahulu untuk menyiapkan senapan paling bagus untuk membunuhmu."
Dia baru ingat jika semalam pria itu kelepasan. Seharusnya Dalton bisa menahan itu. Tetapi Dalton sadar ia dikuasai nafsu. Dorongan yang selama ini dirinya tahan meminta untuk dikeluarkan.
"Aku bodoh," gumam Dalton.
Pria itu bergegas membersihkan dirinya dan pergi ke kantor. Tidak adaa yang berubah dari kantor itu, semua bekerja dan selalu saja sibuk. Adaline sang sekretaris selalu melakukan tugasnya dengan baik. Dalton sadar jika wanita itu menyukainya, dan dirinya tidak peduli itu.
Waktu istirahat tiba, Dalton pergi ke sebuah restoran yang baru buka. Saat di perjalanan dan lampu menandakan warna merah, seorang perempuan yang ia kenali lewat. Rambutnya, cara berjalannya, dan tubuh itu, Dalton sangat mengenalinya.
Perempuan itu adalah Leana. Leana akan mengikuti audisi dalam mencari bintang. Leana dengan senyuman indahnya yang tidak pernah diberikan kepada Dalton. Bukannya ke tempat tujuan, Dalton malah mengikuti Leana. Leana masuk ke dalam sebuah agensi yang cukup terkenal. Pria itu mengotak-atikkan handphonenya dan tersenyum.
"Ternyata kau ikut casting," gumam Dalton.
Tanpa sadar, Dalton tersenyum. Ia memarkirkan mobilnya dengan rapi. Segera pria itu ikut masuk ke dalam gedung itu. Rasa penasarannya membuat dirinya masuk ke sini. Terlihat banyak orang yang berlatih untuk menampilkan yang terbaik sebagai bintang.
Dari kejauhan Dalton memperhatikan Leana. Timbul rasa penasaran dalam diri pria itu. Kabar perempuan itu, perempuan yang menjadi teka-teki untuknya. Hampir setengah jam Leana menunggu hingga akhirnya nomor urutnya dipanggil.
"Leana Lavonka!"
Senyuman menghiasi wajah perempuan itu dan ia masuk ke dalam ruangan lagi. Hampir lima belas menit Leana di dalam, perempuan itu keluar dengan senyuman yang lebar. Rambutnya yang terurai terlihat indah ketika ia melompat kecil.
Waktu saat itu seakan bergerak lambat. Dalton menikmati momen itu. Senyuman yang indah, gerakan tubuh dan pencapaian yang gadis itu raih terlihat begitu memesona. Dan Dalton sadar bahwa jantungnya kini berdetak tidak karuan.
"Apa yang terjadi padaku?" tanya Dalton kepada dirinya.
Seketika Leana yang bersenang-senang sadar bahwa Dalton ada di sana. Raut wajah Leana berubah drastis. Perempuan itu menarik dirinya jauh dari tempat Dalton berdiri. Terlihat ada amarah yang memancar dari kejauhan.
Lagi-lagi kebahagiaan itu tidak ditunjukkan kepada dirinya. Leana selalu menunjukkan kekesalannya kepada Dalton. Dalton tahu, dirinya hanya bingung cara bagaimana untuk mendapatkan semuanya. Mengenai Leana, selalu penuh hal rumit untuk dikejar.
Mengingat bahwa dirinya akan mengganggu Leana, dengan kesadaran diri Dalton menjauh dari tempat itu. Sedikit waktu yang ia habiskan dengan perempuan itu membuat ada rasa bahagia yang timbul. Rasa yang belum pernah Dalton rasakan. Dan sebuah rasa yang menjadi pertanyaan untuk langkah selanjutnya.
...****************...
"Aku melalukan kesalahan Wen," ucap Anastasia kepada Wen.
"Apa yang kau lakukan Anastasia?" tanya Wen dengan sangat lembut.
"Menyerahkan sebagian hidupku untuk membunuh hidupnya," jawab Anastasia.
Pria dengan wajah khas cina itu menghela nafas. Ia mengambil sapu tangannya untuk diberikan kepada Anastasia.
"Ini untuk apa?" tanya Anastasia ketika Wen menyodorkan sehelai sapu tangan.
"Bersiap-siap untuk menghapus air matamu," jawab Wen di luar prediksi.
Mendengar gurauan itu membuat hati Anastasia sedikit menghangat. Hanya Wen yang selalu mengerti dirinya dan tidak pernah berubah. Wen yang selalu menjadi alasan untuknya bisa terus berkembang. Anastasia selalu bertanya kapan Wen bisa mencintainya padahal ia tidak tahu jika cintanya itu terbalaskan.
Mereka bodoh, karena takut kecanggungan malah memilih untuk menyembunyikan rasa itu. Tidak ada keberanian di antara keduanya untuk mengungkapkan rasa itu.
"Aku mencintaimu Wen, sangat mencintaimu," ucap Anastasia dalam hatinya berharap sorot matanya bisa dibaca dengan jelas.
"Sorot matamu, selalu sendu ketika membahas perihal Dalton. Apakah pria itu selalu menyakitimu?" tanya Wen yang berusaha menerka sorot mata Anastasia.
Sayangnya sejauh apapun Anastasia memberi kode-kode itu, sampai saat ini tidak ada satupun kode yang sampai dalam pikiran Wen. Pria itu terlalu pemalu dalam menggapai semua itu.
"Wen aku akan membunuh Dalton setelah pulang ini."
"Apa?!"
Anastasia terkekeh melihat raut wajah kaget menghampiri Wen. Pria itu terlihat lucu ketika dalam keadaan kaget.
"Dia berhasil menyentuhku. Katanya aku bisa membunuhnya ketika dia melewati batas. Tetapi batas itu telah dia lakukan. Otomatis aku akan memberinya sebuah neraka."
"Kau serius Anastasia?"
"Bukankah kau ingat rencanaku pertama kali Wen? Ini salah satu bagian dari ini. Ini baru awalan Wen."
"Aku harap kau tidak akan salah langkah Anastasia. Jika kau salah langkah, aku di sini," ungkap Wen dengan tulus.
......................
Hidup memang sebuah pilihan, dan Dalton memang memilih ini. Sebatang rokok di kala senja cukup untuk menenangkannya hari ini. Pria dengan tubuh tinggi dan kekar itu sedang berperan batin. Ia bertanya arti cinta pada dirinya sendiri.
Penuh tanya dan banyak cemas memenuhi pikirannya. Tidak ada ruang untuk memikirkan hal lain kecuali cinta ini. Sebenarnya siapa yang dia cintai? Anastasia atau pelayan yang bukan apa-apa itu.
Melihat kondisi Dalton yang cukup semeraut membuat Bastian sadar bahwa Dalton dihadapi dilema. Tetapi siapa suruh Dalton mengambil keputusan yang salah? Bastian tidak bisa banyak membantu untuk ini.
Di sisi lain, nyonya Merry merasakan keanehan tuannya. Harusnya Dalton lebih banyak bersenang-senang dengan status pernikahan ini, namun kini Dalton lebih banyak merokok di tiap waktu seperti ini. Nyonya Merry sangat tahu jika Dalton mulai begini, artinya pria itu berada dalam kegalauan. Merasa sedih, nyonya Merry memutuskan untuk mendekati tuannya.
"Apa yang terjadi Tuan?" tanya nyonya Merry sembari membawakan secangkir kopi hangat.
"Banyak hal Bibi," jawab Dalton yang langsung mematikan rokoknya. Dalton memiliki kesadaran bahwa orang lain tidak boleh terkena asap rokoknya.
"Akhir-akhir ini kau sering merokok," sahut nyonya Merry.
"Benar, aku sedang suka merokok," jawab Dalton.
"Apa yang kau pikirkan Tuan? Aku melihat kau selalu banyak pikiran setelah menikah. Aku tidak ingin ikut campur, tetapi jika aku tahu mungkin aku bisa membantu."
"Apa yang akan kau lakukan Bibi jika kau sudah mempunyai suami tetapi jantungmu berdetak karena orang lain? Pikiranmu melayang jauh hanya memikirkan orang itu?" Dalton bertanya kemudian menyesap kopinya.
"Maka aku akan menjauhi orang itu! Suamiku tidak boleh diduai hanya karena cinta yang tidak jelas arahnya." Nyonya Merry menjawab pertanyaan itu dengan sedikit kesal.
"Cinta?"
"Begitu cara cinta bekerja, tidak tahu kapan datangnya. Apakah mereka menikah karena dijodohkan? Jika iya maka cinta orang itu untuk orang lain itu dan bukan istrinya."
Semuanya semakin rumit, Dalton semakin harus menyelam lebih dalam untuk menemukan titik terang perasaannya ini.
"Jika aku memiliki wanita simpanan, apakah kau akan marah Bibi?"