Cinta yang habis di orang lama itu, nyatanya bukan karna belum move on, tapi karna dia punya ruang tersendiri.
-anonim-
Kisah cinta pertama yang harus berakhir bukan karena tidak lagi saling mencintai.
"Aku terdiam menutup mataku, berpikir apa yang akan kukatakan. Akhhh Malika... kenapa ini begitu sulit? Tuhan tau betapa keras usahaku untuk melupakanmu, tapi sepertinya kini hanya dinding yang ada di hadapanku. Dulu ada satu titik, kita yakin pada kata selamanya, saat kamu meninggalkanku, rasanya aku menjadi seperti zombie. Aku yakin aku telah melewatinya tapi melihatmu kembali dihadapanku, kenapa aku jadi menggila seperti ini?."
Full of love,
From author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Mama sedang merencanakan pernikahannya dengan seorang duda. Jadi hari ini aku, mama dan calon papa tiriku mengantarkan undangan pernikahan ke rumah tante Mur. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kakiku lagi di Jakarta. Selama perjalanan dari bandara ke rumah tante Mur banyak kenangan manis bersama Carlo terlintas dalam benakku. Seperti apa tampang Carlo sekarang? Apa ia sudah memiliki pacar? Bagaimana seandainya jika kami bertemu?. Aku masih suka menulis buku harian dan cerita. Semua ceritaku, aku masukkan kedalam platform digital. Aku tidak mengharapkan imbalan berupa uang, aku hanya ingin menuangkan isi hatiku, impian dan anganku saja.
......................
POV Carlo.
Karena sedang libur akhir semester, aku janjian dengan teman SMU yang berkuliah di Yogyakarta. Semua teman SMUku yang berkuliah di Yogyakarta tau selama ini aku suka sesekali datang untuk berharap bisa bertemu dengan Malika. Cinta habis di orang lama, pepatah yang mereka sering ucapkan saat mengejekku mengenai lawan jenis.
Saat aku menunggu temanku datang menjemput di bandara, aku seperti melihat sosok Malika di kejauhan. Aku berlari berusaha mendekatinya, benar itu adalah Malika, sosok yang selama ini aku rindukan. Ia berjalan berdampingan dengan seorang pria. Mereka tampak mengobrol dengan akrab sambil tersenyum. Sudah lama aku tidak melihatnya terseyum, Malika tampak sangat cantik. Pria itu mengambil tas dan koper dari tangan Malika dan mamanya lalu memasukannya ke bagasi.
Untuk sesaat aku hanya berdiri mematung melihat pemandangan itu di depan mataku, saat Malika berjalan ke arah kursi depan mobil, aku baru menyadari bahwa aku hanya mematung disini. Aku berlari sambil memanggilnya, "Malikaaa...!", namun jarak kami cukup jauh, belum lagi kebisingan disekitar kami. Ia tidak mendengar panggilanku sama sekali, sampai akhirnya aku melihat mobil itu berjalan menjauh.
Aku berusaha mencerna apa yang baru terjadi. Malika bukan orang yang mudah akrab apalagi dengan lawan jenis, apa ia sudah memiliki pacar? Seingatku ia tidak memiliki sepupu laki-laki. Tadi pria itu tampak dekat dengan mama Malika, jadi benar dia pacar Malika kah?. Seketika aku merasa marah dan kecewa, kenapa bisa Malika tersenyum dan akrab dengan pria lain. Dulu waktu sekolah ia selalu membatasi diri, berbeda dengan apa yang baru saja aku lihat. Betapa naifnya aku berpikir kalau ia juga sama sepertiku, Malika pasti sudah melupakanku.
......................
POV Malika.
Dari pernikahan mama, sekarang aku memiliki 2 saudara laki-laki. Kakak tiriku yang pertama sudah menikah dan memiliki bayi perempuan sedangkan kakak tiriku yang kedua hanya berbeda 1 tahun denganku, ia bernama Aryo. Kak Aryo berkuliah di Yogyakarta, jadi ia tinggal bersama mama dan papa.
Mereka menerimaku sebagai adik baru mereka dengan kehangatan, aku yang selama ini selalu sendiri sangat bersyukur untuk itu.
Kak Aryo memiliki beberapa teman dekat yang 1 universitas denganku, jika ia sedang datang ke Malang ia suka mengajakku jalan bersama teman-temannya. Jika melihat kak Aryo bersama teman-temannya, kadang mengingatkanku pada Carlo. Kak Aryo jago bermain basket dan memiliki kharismanya sendiri. Banyak teman perempuanku yang diam diam mengagumi kak Aryo.
"Kak Aryo besok aku boleh bawa beberapa teman ga?", tanyaku melalui telepon.
"Ya boleh aja sih tapi mobil kakak muat ga? Kamu mau ajak berapa orang Ka?".
"2 Orang kak".
"Mmm... bisa sepertinya, cuma sempit sempitan ya".
"Ok kak, terima kasih", lalu aku menutup teleponku.
"Bagaimana Ka?", tanya teman-temanku.
"Boleh kata kak Aryo".
"Waaa.... makasih Ka, aku kesampaian bisa jalan bareng cowok cowok keren", ucap temanku.
Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Kami berangkat dari pagi agar tidak terlalu panas, karena tujuan kami adalah air terjun Coban Rondo. Tidak hanya menawarkan air terjun disana juga ada beberapa permainan.
Saat kami bermain air, kulihat kak Aryo berdiri agak menjauh karena akan merokok.
"Kak...".
"Ngapain kamu disini? Aku mau merokok Ka".
"Aku nemenin kak Aryo aja".
"Apa kamu mau menjauhi salah satu temanku?", ucap kak Aryo sambil memasang wajah usilnya.
"Apaan sih kak...".
"Aku baru beres membaca 'First Love', itu tentang mantanmu kan?".
"Kakak tau darimana buku itu? Mama ya?".
"Iya mama. Apa kamu belum bisa melupakan mantanmu itu?".
"Dasar nih mama", gerutuku tapi tidak menjawab pertanyaan kak Aryo.
Kak Aryo mungkin bisa menebak jawabannya sendiri, karena kemudian ia berkata,
"Kalau kamu memang mau menjadikannya masa lalu, bagaimana dengan membuka hati untuk cowok lain? Awalnya ya coba aja dekat dengan cowok yang mendekati kriteriamu, manfaatkan cowok-cowok yang mendekatimu untuk melupakan mantan kamu itu, siapa tau salah satu dari mereka itu jodohmu Ka".
Aku mengangguk sambil bermain air disamping kak Aryo. Kak Aryo tersenyum sambil mengacak acak rambutku.
"Menyenangkan juga ya punya adik perempuan, bisa jadi sok tua, bisa jadi tameng buat tebar pesona juga".
"Astaga kakak", ucapku sambil tersenyum.
Sambil melihat ke arah rombongan bermain air, aku memikirkan kata-kata kak Aryo. Mau sampai kapan aku dibayang-bayangi oleh Carlo, apa yang terjadi antara aku dan Carlo sudah sangat lama berlalu, ia pasti sudah memiliki pasangan entah sejak kapan. Mungkin saran kak Aryo ada benarnya, ini saatnya aku benar-benar melupakannya.