Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Kasih, Daniel dan Aditya masih sangat terkejut dengan perkataan Rani.
Aditya masih mencoba mencerna perkataan Rani.
"Apa maksudnya Ran?." Kata Aditya dengan wajah terkejut.
"Dia mau kamu mas, dia mau aku ninggalin kamu." Kata Rani yang tampak sudah muak dengan keadaan.
Kasih dan Daniel masih diam mematung mencoba mencerna perkataan Rani yang begitu mengejutkan.
"Jadi penculik itu mengancam kamu, untuk meninggalkan Aditya Ran?." Tanya Daniel DNA dibalas anggukan oleh Rani.
"Aku,, aku nggak tau kalau ancaman dia bakal beneran kejadian."
"Vania diculik itu semua gara-gara aku, harunya dari awal aku cari solusi soal ancaman itu." Kata Rani diiringi tangisan.
"Vania maafin ibu nak " Kata Rani sambil terus memukul dadanya.
"Sudah nak." Kata Kasih menghentikan Rani yang terus memukul dadanya.
Aditya yang melihat Rani tampak sudah sangat rapuh mendekat dan memeluk tubuh lemah Rani, dengan sabar Aditya mengelus punggung istrinya itu.
...----------------...
Semua orang dir uang tamu sedang terdiam memikirkan bagaimana solusi ke depannya, tidak mungkin jika Rani meninggalkan Aditya hanya karena ancaman dari seorang yang tak dikenalnya.
Selagi keadaan semakin rumit, ponsel Rani terdengar bunyi notifikasi pesan baru yang masuk.
Rani yang mendengar notifikasi ponselnya segera melepaskan pelukan Aditya dan berlari ke arah ponselnya di dekat nakas.
Setelah membuka ponselnya dan membaca pesan yang masuk tampak terduduk lemas di lantai.
"Vania." Kata Rani sambil mengisi histeris.
Kasih yang melihat putrinya menangis histeris segera mendekat dan memeluk putrinya.
"Kenapa sayang? Vania kenapa?." Kata Kasih.
"Bunda Vania, bunda." Kata Rani.
Daniel bergegas mengambil ponsel dari tangan Rani.
'Lo mau ketemu Vania masih dalam keadaan masih bernyawa atau udah mati?' Kata pesan tersebut.
Daniel tampak menyadari sesuatu dari pengakuan Rani. Daniel segera menyeret Aditya keluar dari rumah.
"Lepasin gue brengsek!." Kata Aditya.
"Dengerin gue Aditya, Lo yakin ini bukan perbuatan Siska?." Kata Daniel mencurigai selingkuhan Aditya.
"Lo ngomong apa sih Daniel?!." Kata Aditya tampak geram.
"Siapa lagi selain Siska yang mau lo pisah sama Rani?."
"Itu pasti Siska."
"Atau Lo punya selingkuhan lain selain Siska?." Kata Daniel, Aditya yang tampak tak terima dengan perkataan Daniel segera memegang kerah baju Daniel dan meluapkan emosinya.
"Kenapa lo nuduh Siska? Apa karena mobil ayahnya yang menabrak Rani dan digunakan untuk menculik Vania?." Kata Aditya sambil terus mencengkram kerah baju Daniel.
Daniel tersenyum remeh di depan Aditya.
"Anak lo, Vania dia hilang, kenapa Lo disini malah bela Siska? Lo gila?!." Kata Daniel mendorong tubuh Aditya.
Ketika keduanya sedang ribut hebat Daniel menerima panggilan telpon dari Sony. Daniel segera menjauh dari Aditya.
"Halo son." Kata Daniel.
"Gue kesana sekarang." Kata Daniel.
Ketika Daniel hendak pergi meninggalkan Aditya, Rani tampak berlari keluar dari rumah sambil memegang ponsel di tangannya.
"Mas, Daniel. Penculiknya ngasih alamat." Kata Rani sambil menyodorkan ponselnya.
"Oke makasih Ran, kamu tunggu di rumah gue dan Aditya akan cari Vania sampai ketemu." Kata Daniel menenangkan Rani.
"Gue ikut." Kata Rani.
"Enggak lo tunggu sini."Kata Daniel tegas.
"Gue mau cari Vani El." Kata Rani pada Denial.
"Nggak." Kata Daniel tegas menolak.
"Mas, tolong aku mau ikut." Kata Rani.
"Kamu tunggu disini sayang, kalau Vania ketemu aku langsung kabarin kamu, aku janji." Kata Aditya.
Kasih yang mendengar perbincangan tersebut segera menarik lembut Rani.
"Ran biarkan suamimu dan nak Daniel membantu cari Vania, lagi pula mereka sudah bersama polisi, kalau kamu di sana kamu tambah menyusahkan nak." Kata Kasih dengan lembut.
Setelah situasi kondusif Daniel segera berlari menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah Rani.
Daniel berhenti sepersekian detik dan melihat ke arah Rani, keduanya bertukar pandang. Daniel memberikan tatapan bahwa Rani harus yakin pada dirinya dan menganggukkan kepalanya dan dibalas oleh Rani dengan anggukan.
"Ayo dit." Kata Daniel.
Aditya segera berlari menyusul Daniel, dan segera masuk ke mobil Daniel.
Daniel dengan cepat mengenakan sabuk pengaman dan melajukan mobilnya.
Daniel tampak melakukan panggilan telepon dengan Sony, di sengaja menggunakan pengeras suara agar Aditya tahu tentang info yang akan di berikan Sony.
"Dit."
"Ya." Jawab Aditya singkat.
"Dengerin gue baik-baik, kita akan ngikutin rute penculik Vania, kalau dugaan gue bener rute itu akan menuju ke alamat yang dikirimkan ke Rani tadi." Kata Daniel.
"Lo tahu dari mana rute itu?." Kata Aditya heran, pertanyaan Aditya sama sekali tidak dijawab oleh Daniel.
"Halo pak bos." Kata Sony.
"Gimana son? Ke mana rutenya?." Kata Daniel sambil terus memandang ke arah jalan raya.
"Berdasarkan CCTV yang sudah kita pantau pak bos, mobil penculik itu di wilayah pembangunan ulang di jl. Melati Kuning No.45." Kata Sony.
"Polisi juga otw ke alamat itu pak bos."Kata Sony
Dan benar saja alamat tersebut adalah alamat yang sama dengan alamat yang diberikan penculik itu pada Rani lewat pesan.
"Oke masih son." Kata Daniel setelah itu mematikan telepon.
"Kenapa di ngasih kami alamat itu? Dia mau lepasin Vania segampang itu?." Batin Daniel gelisah.
"Lo yakin nggak ada yang dendam Sam Lo dit?." Kata Daniel.
"Gue yakin nggak ada El." Kata Aditya.
"Siska dimana?." Kata Daniel masih mencurigai Siska.
"Lagi dinas luar." Kata Aditya.
Daniel masih tidak bisa mempercayai Siska.
Daniel segera mempercepat laju mobilnya agar Samapi lebih cepat.
Setelah beberapa menit Daniel akhirnya sampai di alamat yang diberikan, dan benar saja ketika turun dari mobil Daniel melihat sebuah mobil hitam mewah terparkir di depan gedung yang hendak dirubuhkan.
"Vania."
"Sayang." Kata Aditya memanggil putrinya.
Aditya mengintip ke dalam. Mobil tapi tidak menemukan tanda-tanda Vania di dalam mobil tersebut.
Aditya dan Daniel dengan yakin memasuki gedung kosong tersebut.
"El, gue cari di lantai satu lo cari di lantai dua." Kata Aditya dan dibalas anggukan oleh Aditya.
Daniel segera berlari menuju lantai dua, dia mencari setiap ruangan begitupun dengan Aditya.
Setelah keduanya berpisah beberapa menit, Aditya tampak naik ke lantai dua.
"Ada Vania El?." Kata Aditya dengan nafas yang naik turun.
"Belum." Kata Daniel.
Lalu di pojok ruangan Daniel melihat sebuah koper kuning besar.
"Kenapa ada koper besar disini, ini akan gedung kosong." Batin Daniel sambil mendekat ke arah koper tersebut.
Fikiran Daniel sudah berpikir kemana-mana pada saat itu.
Aditya yang melihat Daniel mendekat ke arah koper tersebut mengikuti di belakang Daniel.
Daniel berusaha membuka koper tetapi ternyata koper tersebut digembok.
"Dit, cari batu dit." Kata Daniel.
Aditya lalu mengambil batu yang lumayan besar.
Aditya mulai menitikkan mata, bagiamana jika yang ada di dalam koper tersebut adalah Vania?
Aditya berusaha membuka gembok itu dengan air mata yang bercucuran.
Daniel yang melihat Aditya sudah berfikir negatif segera menyadarkan Aditya.
"Aditya!."
"Lo kenapa?."
"Jangan berfikir negatif, cepat buka kopernya!." Kata Daniel melihat cara Aditya membuka gembok koper tersebut, Tenaga Aditya tampak sudah terkuras habis.
"Sini biar gue yang buka." Kata Daniel meminta batu yang dipegang Aditya.
Aditya yang merasa dirinya sudah tak mampu menyerahkan batu tersebut. Dengan sekali percobaan Daniel langsung bisa membuka gembok tersebut.
Dengan perasaan campur aduk Daniel membuka resleting dari koper tersebut, dan ketika dibuka benar saja tubuh Vania berada di koper tersebut Dnegan kondisi badan menekuk dengan tangan memegang lutut serta kondisi tubuh yang sudah memar-memar.
Daniel tampak mundur beberapa langkah melihat Vania dengan kondisi yang mengiris hati, sedangkan Aditya tampak mematung sambil menatap ke arah wajah putrinya.
"Vania anak ayah." Kata Aditya berteriak.
Aditya hendak mengangkat tubuh Vania.
"Aditya jangan! Tunggu pihak medis! Jangan sentuh apapun!." Kata Daniel.
"Tapi itu Vania Daniel! Anak gue." Kata Aditya histeris.
Aditya tampak menangis sambil terus memaksa hendak mengangkat tubuh Vania tetapi di tahan oleh Daniel.
Untungnya tidak lama kemudian Sony datang bersama dengan polisi dan ambulance.
"Sony lantai dua!." Kata Daniel berteriak.
Sony dan petugas yang mendengar panggilan Daniel segera berlari menuju ke lantai dua.
"Vania putri ayah, maafin ayah nak." Kata Aditya tersungkur ke lantai penuh debu sambil terus memukul dadanya yang terasa sesak.
Petugas medis yang melihat kondisi Vania segera berlari dan mengecek keadaan Vania.
Wajah petugas medis tampak menggambarkan segalanya dengan langkah pelan salah satu petugas mendekat ke arah Aditya yang masih terduduk di lantai.
"Pak anak bapak sudah berpulang." Kata petugas dan sedetik kemudian Aditya menangis histeris sambil terus memanggil nama Vania.
Bersambung,,,
jangan lama-lama Up nya...biar gak lupa jalan ceritanya 😁🙏🙏🙏
jangan lama-lama Up nya... nanti lupa jalan ceritanya 😁🙏🙏🙏🙏
lanjjjjuuuuttttttt lagiiii donggg 💪💪🙏🙏