Dinda tidak sadar sudah meninggal sampai dia berubah menjadi wanita tua dengan empat anak dan dua menantu perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Ketika anda membaca sebuah novel yang bergenre transmigrasi ,apa yang disukai sebenarnya adalah ruang angkasa.
Adinda tau dia tidak bisa serakah ketika mendapatkan sebuah sistem yang bagus. Tapi matanya tidak bergerak ketika melihat ruang jual beli di mana ada sebuah loker khusus.
Namanya loker jadi tidak begitu besar.
Ruang ini hanya satu kali satu meter saja. Tapi menurut deskripsi hal itu bisa dikembangkan di masa depan dengan beberapa persyaratan.
Syaratnya tentu saja adalah uang.
Baya pembeliannya cukup besar, sekitar lima perak yang sama seperti lima ribuan sen.
Belajar dari pengalaman sebelumnya,dia harus membawa kantong uang ke mana-mana. Alangkah bagusnya tidak memiliki loker sendiri jika tidak bisa menyimpan hal-hal yang besar ,dia masih bisa menyimpan uang di dalam loker dengan ukuran itu.
Saat ini yang paling berharga di tubuh seseorang adalah uang.
Jadi dia tidak begitu mempedulikan hal-hal yang di luar itu.
Hanya saja harga pembelian loker sangat mahal.Dinda hanya bisa memandang uang yang ada di dalam kantongnya dan membandingkan dengan harga loker.
Hati nya mencelos.
Ami dan ayu nggak tahu apa yang dipikirkan oleh ibu mereka tapi mereka hanya berpikir tentang apa yang akan dimakan malam ini.
Sudah cukup banyak pakis liar yang mereka petik.Tapi Ibu masih menggendong sekeranjang jamur yang tidak bisa dimakan.
Tapi ibu yang mereka pikirkan sebenarnya berhenti di sudut lahan.Ini adalah ladang sayur warga.
Ada lobak dan kubis tua.
"Ibu..maaf kebun sayur kita sudah habis.Tapi jangan khawatir Ibu setelah ini kita akan menanam lagi. Sekarang kita hanya bisa memakan pakis liar" keluh ayu.
Kebun pribadi tidak besar dan mereka sudah habis bulan lalu.Ibu menanam lagi tapi kondisi cuaca yang buruk membuat kebun sayur terlihat buruk.
Ayu bersedih tapi disini Dinda sama sekali tidak mendengar perkataan nya.Dia sedikit bengong karena di matanya ada layar yang berkedip-kedip dengan warna merah.
Tulisan merah berkedip-kedip di bawah layar"temukan lobak dan kubis murni tanpa kimia, apakah akan di jual?"
Sebenarnya sistem menawarkan diri untuk membeli produk.Wah rupanya begini lah cara untuk menghasilkan uang keras.
Dia menjual dan sistem membeli.
Bagus lah.
Dinda merasa kubis ini terlihat jelek. Wajar saja karena mereka tidak memakai zat kimia apapun. Tapi orang di era modern sangat menghargai sayur-sayuran tanpa pestisida. Jadi wajar jika kubis yang terlihat jelek Ini juga dihargai oleh sistem.
Dinda melirik harga yang tertera di layar.Satu kg kubis sebenar adalah dua sen.Dan wortel adalah dua sen untuk dua kg.
Dinda menelan ludah.
Semua adalah uang,uang.. hahaha.
"Ami temukan pemilik ladang ini dan tanyakan apakah mereka dijual?" kata Adinda dengan ceria.
Dia gembira tapi Mia dan ayu tercengang mendengarnya. Di desa ini siapa yang tidak menanam kubis dan wortel.Mereka juga memiliki sepetak kebun kemarin.Hal ini sangat umum di desa kan,tapi kenapa ibu terlihat lapar melihat itu.
Kubis adalah hal yang paling tidak berharga di desa.Tapi ibu mau membeli? pertanyaan nya, apakah ibu masih punya uang.
Jika punya, kenapa kemaren malah menjual anak bungsu.
Ada beberapa pertanyaan yang mengalir tiba-tiba di benak mereka berdua. Hanya saja mereka berdua tidak berani untuk bertanya.
Jadi Ami segera pergi sesuai diperintahkan Ibu terlepas dari Ibu memiliki uang atau tidak.
Ayu tidak tinggal dia juga menyusul kakak iparnya dengan cepat. Entah kenapa ibu terlihat aneh saat ini. Setelah bangun dari pingsannya, dia terlihat sangat berbeda. Karena itu ayu secara otomatis tidak ingin tinggal berdua dengan ibu yang aneh.
Adinda masih saja melirik layar yang tertempel di depan matanya, saat menantu perempuan dan anak gadisnya datang bersama seorang wanita separuh baya.
"Nyonya ding ,Apa yang kau lakukan di kebun sayur ku?" baru tiba dia sudah teriak seperti mercon.Ada banyak kosa kata yang tidak bisa di jelaskan disini karena terlalu vulgar.
Dinda sedikit tidak sabar mendengar tata bahasa yang kurang ajar dari wanita separuh baya itu. Tapi kemudian mendapatkan informasi dari pemilik tubuh di mana mereka sebenarnya satu generasi.
Namanya nyonya wu.
Pemilik tubuh tidak pandai berbicara dan selalu disalah artikan oleh warga desa.Melihat Dinda yang bengong Nyonya wu tidak bisa tidak, meremehkan Dinda.
Masih labu kuning yang membosankan.
"Nyonya wu, Aku hanya ingin bertanya apa kau menjual sayuran? jika mau aku akan kembali semuanya ,tetapkan harga oke"kata Adinda kesal.
Bukan bahagia mendapat tawaran itu, Nyonya wu tertawa terpingkal pingkal. Siapapun di desa mengetahui jika keluarga ini sangatlah miskin sampai dia terpaksa menjual anak demi mengisi perut.
Tapi apa katanya sekarang.
Dia ingin membeli sayuran, hahaha.
Membeli atau meminta?
"Nyonya ding ,Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Sayuranku ini sangat mahal, tapi aku tidak menerima putra orang lain karena aku sudah memiliki Putra ku sendiri,kau tau!"
Adinda masih belum sadar dengan kondisi. Tapi setelah mendengar perkataan itu ,dia mulai mengerti arah pembicaraan wanita di depannya ini.
Rupanya dia berpikir jika adinda adalah orang yang miskin.
Memang seperti itu aslinya tapi itu sebelum dia datang. Sekarang dia adalah orang berbeda dengan sistem yang bagus.
"jual atau tidak, jika tidak sudahlah aku akan mencari orang lain" Kata adinda kesal.
Nyonya wu merasa muak dengan kepura-puraan Nyonya ding. Tapi dia meletakkan kedua tangannya di pinggul dan berkata," jika kau mau membeli tidak apa-apa tapi semuanya adalah 4 sen, Apa kau sanggup?"
Haaaa...
Ami dan ayu menahan nafas mendengar harganya. Empat sen sangat mahal ,hanya orang bodoh yang akan membeli sayur-sayuran yang tidak berharga itu.
Tapi ini bukan giliran mereka untuk mencegah ibu membeli.
Hanya saja ini adalah empat sen yang berharga.
Nyonya wu tertawa senang di dalam hati ,karena dia sudah meletakkan harga setinggi langit.Sayuran nya saat ini sedikit layu dan sepertinya akan mati. Ada beberapa daun yang menguning di sana sini. Biasanya mereka warga desa terkadang memberikan sedikit jika ada tetangga yang meminta.
Tapi ini adalah nyonya ding yang bodoh dan labu yang membosankan. Dia tidak mungkin membelinya karena tidak punya uang.
Tapi dia tidak tahu jika adinda saat ini malah merasa seperti kejatuhan Pai dari langit.
Ladang sayur tidak besar tapi paling tidak ini ada puluhan kg.Empat sen bukanlah cuman beberapa kg lobak.
Wah .
Jika dia bisa menjualnya kepada sistem dia akan mendapatkan keuntungan yang besar.Hanya saja dia tidak bisa memamerkan kekayaan begitu saja.
"Tiga sen, jika mau,aku bayar sekarang"katanya.
Giliran nyonya wu yang tercengang.
Labu kuning ini benar-benar ingin membeli sayuran busuk.Apakah kuping nya sedang bermasalah.
Sementara itu Ami dan ayu merasa ingin pingsan mendengarnya.
Ibu,tiga sen Bu.
Ayu menarik tangan ibunya dan berbisik," Ibu sayuran ini sudah tua, lagi pula kita tidak punya tiga sen "
"Ibu..ini.."
"Nyonya wu sebenarnya hanya bercanda. Dia tidak benar-benar ingin menjual sayurannya dan berpikir akan membawa beberapa anak-anak untuk membersihkan ladang. Sayuran nya terlalu tua dan tidak enak.
Tapi..
"Oke,tiga sen cukup bagus.Tapi bayar di tempat" katanya.
Tiga sen lumayan.Bisa beli banyak beras hitam.Adinda setuju tapi dia minta agar sayuran di kirim ke pintu. Setelah naik gunung dan memetik beberapa jamur ,sebenarnya punggungnya sudah sekarat.
Dulu dia berpikir , meskipun datang dengan tubuh wanita tua sebenarnya dia masih bisa begitu energi. Tapi sekarang dia mulai menyadari jika usia tidak pernah berbohong.
Nyonya wu merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Tapi ketika melihat tiga sen tergeletak dengan rapi di tangannya ,baru dia menyadari keseriusan masalah ini. khawatir jika nyonya ding berubah pikiran. Dia buru-buru memanggil anak-anaknya untuk bekerja sama mengemas ladang sayur.
Sejatinya mereka akan mengemas ladang ini besok pagi. Tapi karena uang sudah ada di tangan ,lalu kenapa dia harus menunggunya.
Ini hanya masalah mempercepat waktu.
Adinda tidak mau tahu bagaimana caranya keluarga itu mengemas ladang sayur. Pada saat ini dia dengan cepat ingin kembali ke rumah dan beristirahat karena pinggangnya serasa ingin patah.
Huhuhu, kenapa tidak nyaman menjadi orang tua.
Setelah tiba di rumah, adinda langsung meminta Ami memanaskan air karena dia ingin mandi.
Dia adalah orang modern yang tidak bisa berbaring di ranjang dengan tubuh sekotor itu.
Ami dengan cepat melakukannya.Dia dibantu oleh ayu mengemas barang-barang yang mereka dapatkan di gunung.
Nanti mereka juga harus mulai menyiapkan makan malam.Jadi keduanya bekerja sama dengan cepat.
Hanya adinda yang bersandar di dinding rumah sementara menunggu air mandinya siap.
Sambil bersandar dia memikirkan bagaimana cara menjual lobak dan kubis itu . Ada begitu banyak lobak dan kubis yang bisa dia jual namun jika barang-barang itu menghilang begitu, saja bagaimana bisa menjelaskan kepada anak-anak.
Sistem adalah rahasia terbesarnya dan dia tidak ingin mengungkapkan begitu saja di depan orang lain.Termasuk dengan anak anak nya.
Toh dia belum begitu mengenal mereka.
Lama bersandar, Dinda di kejutkan dengan suara keras.
"Nyonya ding Apa kau Apa yang kau lakukan?"
"Ahh , kakak ipar, Aku baru saja turun gunung . Jadi hanya bersandar sebentar karena lelah" katanya.
Wanita di depan ini, masih di keluarga ding. Jadi dia harus menyebutnya sebagai kakak ipar Ding.
Kakak ipar ding seolah-olah tidak peduli dia langsung masuk ke halaman dan duduk di sampingnya seraya berkata dengan lirih."aku mendengar kau membeli sayuran busuk dari keluarga wu, apa itu benar?"
Dinda terkejut sesaat.
Rupanya informasi dari mulut ke mulut,masih lebih cepat dari bandingkan dengan internet. Tapi adinda tidak menyembunyikannya sama sekali.
"Aku kemarin begitu dibutakan oleh lemak babi. Hanya karena beberapa kg beras aku tega menjual putraku sendiri. Tapi kemudian sadar jika aku salah dan sekarang aku akan menjalani hidup yang baik dengan anak-anakku. Kakak ipar,ada sedikit uang di rumah dan aku tidak akan menyimpannya kecuali dalam kondisi terdesak"
"Jadi apa yang kau lakukan dengan sayuran sebanyak itu?"tanya nya.
"kakak ipar selagi memiliki uang, ku pikir aku akan membeli dan mengeringkan sayuran itu terlebih dahulu. Kami bisa memakannya perlahan-lahan kan"jawab adinda.
"Tidak ada apapun di dapur, dengan acar lobak, anak-anak masih bisa mengunyah kan"Tambah nya lagi.
Beberapa hari yang lalu, makanan habis.Keluarga ini hanya bertahan dari acar lobak dari ibu mertua.Pemilik asli sangat pemalu,dia tidak bisa membuka mulut karena kemiskinan.Jadi datang lagi ide untuk menjual anak.
"Tapi tiga sen itu sangat mahal, lagi pula sayurannya sudah menguning dan membusuk. Kenapa kau tidak katakan sebelumnya ,jika kau ingin membeli, beli saja sayuran ku. Memang tidak banyak tapi dia sen cukup "
Baru adalah adinda faham tentang tujuan lawan bicaranya.Tapi bagus juga, semakin banyak lobak makan semakin banyak uang yang dia dapatkan.
"Bisa , berapa?" kata Adinda cepat.
Wajah kakak ipar segera cerah.Memang sayuran di ladang pribadi penting untuk menambah makanan.Tapi ini bisa di ganti dengan sayuran liar.
Jika sayuran pribadi bisa di ubah menjadi uang, dia bisa meminta anak anaknya mencari sayuran gratis di gunung sebagai gantinya.
Ini dua sen lho.
"Punya ku lebih banyak dan lebih bagus,ada kacang polong juga jika kau mau ada juga daun bawang. Bagaimana jika empat sen? tidak..aku juga akan mengantar sampai ke pintu,Bagaimana?"
Adinda segera berbinar mendengar nya.Katanya dia punya lebih banyak dari hal di bandingkan dengan keluarga wu.Artinya dia bisa menghasilkan uang lagi.
"Oke , antar saja,ada barang baru ada uang"
Kakak ipar tersenyum , dia tidak tinggal lama.Jadi dia segera pulang mengemas ladang sayur nya.
Jarang ada orang bodoh yang mau membeli hal yang sia sia seperti yang di lakukan oleh Dinda.
Cepat, sebelum si bodoh berubah pikiran.
terus lanjut update nya thorr
terus lanjut update nya thorr