~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Sepulangnya dari kantor Dimas langsung menuju ke rumah Tisya, ia menjemput Tisya dan mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.
"Kita mau kemana?" Tanya Tisya saat sudah duduk di kursi penumpang di samping Dimas.
"Nanti kamu juga tahu sendiri." Jawab Dimas.
Dimas mendekat ke arah Tisya membuat Tisya langsung mundur dan mendorong tubuh Dimas.
Dimas meraih sabuk pengaman Tisya yang belum terpakai lalu menguncinya.
Wajah Tisya memerah, ia merutuki kebodohannya. Bisa-bisanya dia berpikir kalau Dimas mau menyentuhnya. Ia menundukkan kepalanya sambil meremas-remas kedua tangannya.
Dimas melirik ke arah Tisya sambil tersenyum.
"Cantiknya masih sama seperti dulu" Ucap Dimas dalam hati.
Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam, larut dengan pikirannya masing-masing. Tisya terus mengamati ke arah luar jendela, melihat perubahan di kota ini.
"Kenapa?" Tanya Dimas.
"Engga" Jawab Tisya singkat.
Ia langsung menyandarkan punggungnya di head rest sambil membuka ponselnya.
Tak lama kemudian mobil Dimas berhenti, Dimas keluar terlebih dahulu kemudian membukakan pintu untuk Tisya.
'Klek'
Setelah pintu terbuka Dimas hendak membukakan sabuk pengaman Tisya namun dengan segera Tisya menolaknya.
Setelah Dimas mengunci pintu mobilnya mereka berdua langsung memasuki mall tersebut.
"Mau makan dulu?" Tanya Dimas.
"Maaf tadi sudah makan di rumah" Tolak Tisya.
"Baiklah kalau begitu." Jawab Dimas.
Mereka berdua berjalan beriringan tanpa bergandeng tangan. Mereka tidak terlihat seperti pasangan kekasih.
Dimas berhenti di depan toko perhiasan dan mengajak Tisya untuk masuk ke sana.
"Ngapain kita ke sini kak?" Tanya Tisya.
Dimas tidak menjawabnya, ia memanggil karyawan toko itu kemudian meminta satu set perhiasan keluaran terbaru.
"Ini pak bu koleksi terbaru toko kami, perhiasan ini dilengkapi dengan berlian asli yang mewah namun tetap terlihat elegan." Ucap karyawan toko itu
Dimas menarik tempat perhiasan itu dan mendekatkan pada Tisya.
"Kamu mau coba dulu?" Tanya Dimas.
"Kak apa-apaan sih" Ucap Tisya
"Saya juga mau satu pasangan cincin nikah" Ucap Dimas.
Dimas tetap memaksa supaya Tisya mau mencoba perhiasan itu namun Tisya tetep kekeh menolaknya.
"Minimal cincinnya kamu coba dulu ya." Ucap Dimas.
Dengan berat hati Tisya mengambil cincin itu lalu mencobanya.
"Alhamdulillah pas, cocok ditangan kamu." Ucap Dimas.
Tisya melepas cincin itu kembali lalu karyawan toko itu datang membawakan berbagai macam model cincin nikah.
"Silakan dipilih, ini model yang paling best seller di toko kami" Ucap karyawan itu.
Dimas kembali meminta Tisya untuk memilihnya namun Tisya terlihat seperti tidak tertarik.
"Terserah kakak aja." Jawab Tisya.
Dimas kemudian memilih salah satu model cincin itu kemudian membayarnya.
Ia menatap ke arah Tisya yang tengah berdiri menatap orang-orang yang berlalu-lalang.
"Mengapa bayangan Mas Bian selalu muncul ketika aku datang ke tempat yang pernah aku datengin sama Mas Bian" Ucap Tisya dalam hati.
"Mas aku mau perhiasan yang ada berliannya itu ya" Ucap Tisya.
"Itu jelek sayang, bagusan yang ada mutiaranya." Ucap Bian.
"Ihh tapi aku ga suka kalau ada mutiaranya, aku suka yang berlian" Ucap Tisya
Ketika Tisya tengah melamun, tiba-tiba Dimas berdiri di samping Tisya dan menyodorkan satu potong es krim.
Tisya kaget dan dengan reflek ia menepis tangan Dimas hingga es krimnya jatuh mengenai celana Dimas.
"Kak sorry sorry" Ucap Tisya.
Tisya segera mengambil tisu dari dalam tasnya lalu memberikannya kepada Dimas.
Dimas menerima tisu itu kemudian membersihkan noda es krim di celananya itu.
"Maaf ya kak, habisnya kakak ngagetin sih" Ucap Tisya.
"Iya ga papa santai aja" Jawab Dimas.
Setelah celananya sudah lumayan bersih, Dimas kemudian mengajak Tisya berjalan mengelilingi mall itu.
Mereka berjalan memasuki toko tas branded dari luar negeri.
"Silakan pilih tas yang kamu mau" Ucap Dimas.
"Hah? Buat apa?" Tanya Tisya
" Seserahan" Jawab Dimas.
Tisya tidak menyangka Dimas bergerak secepat ini. Baru tadi pagi ia menerima wasiat Bian, sorenya dia mengajak berbelanja seserahan.
Sudah hampir dua jam mereka mengelilingi mall itu, dan akhirnya semua kebutuhan seserahan sudah di tangan.
Setelah selesai berbelanja, Dimas langsung mengantarkan Tisya pulang ke rumahnya, sebab sedari tadi Tisya terus mengeluh kecapekan.
Setibanya di rumah Tisya langsung mengambil air wudhu dan mengerjakan sholat magrib.
"Huh untung waktunya masih ada" Ucap Tisya.
Setelah selesai sholat Maghrib ia langsung berdzikir dan berdoa.
Ia mengutarakan semua isi hatinya pada Sang Pencipta. Ia juga memohon supaya jalan yang ia pilih ini benar.
Setelah selesai berdoa Tisya langsung mengerjakan sholat Isya sebab adzan isya sudah berkumandang.
"Seharusnya gue sholat istikharah dulu sebelum memutuskan sesuatu." Ucap Tisya.
Tidak ada kata terlambat, setelah selesai sholat Isya Tisya langsung melanjutkan untuk sholat istikharah, ia meminta petunjuk pada Tuhan.
......................
Sepulangnya mengantar Tisya, Dimas langsung mengeluarkan barang-barang dari bagasi mobilnya dan membawanya ke dalam apartmentnya. Saat ini Dimas masih tinggal di apartment sebab rumahnya belum selesai total.
Ia menyusun barang-barangnya kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
"Huh untung gue tadi udah sholat" Ucap Dimas lirih lalu ia terlelap hingga pagi.
Keesokan harinya sebelum berangkat ke kantor ia menyempatkan diri untuk mampir ke pemakaman Bian, tak lupa ia juga membawa satu keranjang bunga.
Setibanya Dimas di makam Bian, ia melihat ada taburan bunga yang masih segar, ia yakin ada seseorang yang datang sebelumnya.
"Pasti Tisya dari sini" Ucap Dimas lirih.
Dimas tetap menaburkan bunga yang ia bawa ke atas makam Bian.
"Assalamualaikum Bi, Bi gue sudah sampein wasiat lo ke semua yang bersangkutan. Terima kasih Bi lo udah ngasih gue kesempatan untuk bersama Tisya."
Hampir tiga puluh menit Dimas di sana, ia melihat jam yang melingkar di tangannya lalu ia berpamitan pada Bian.
Dari kejauhan Tisya memandangi Dimas yang sedang berziarah di makam Bian. Sebelum Dimas datang, ia datang terlebih dahulu namun tiba-tiba ia merasa haus lalu ia membeli minum di toko yang tidak jauh dari pemakaman itu. Namun ketika ia hendak kembali ia melihat ada seorang laki-laki yang duduk di samping makam Bian. Tisya memilih untuk menunggunya dari kejauhan.
Setelah Dimas pergi, Tisya langsung kembali menghampiri makam mendiang suaminya.
Di sana Tisya duduk di tanah sambil mengobrol dengan makam Bian.
Rutinitas ini Tisya lakukan ketika pagi hari. Setiap selesai sholat subuh Tisya langsung datang ke makam suaminya.
"Mas, aku tidak tahu apa maksud kamu membuat wasiat itu, bagaimana bisa kamu meminta sahabat mu untuk menikahi aku" Ucap Tisya.
"Tapi mas aku akan tetap thoat dengan perintah kamu, semoga itu bisa membuat kamu tenang di sana mas" Ucap Tisya.
TBC
Jangan lupa LIKE dan VOTE ❤️❤️
Eh itu yang bakal jadi ulet bulu kok banyak ya... Stefi dan Jesica.
lama gak up