aku tidak tahu apakah pernikahanku akan berjalan sempurna atau tidak...
aku juga tidak tahu apakah aku mampu melewati pernikahan ini hingga akhir atau tidak...
hanya Tuhanlah yang tahu akhir kisah cinta pernikahanku ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembicaraan Yang Memojokkan
"Alishba ! Alishba ! Alishba !"
Terdengar suara Sulaiman memanggil dari arah tangga naik ke lantai atas.
Tap... ! Tap... ! Tap... !
Langkah kaki Sulaiman berderap keras saat menaiki tangga rumahnya.
"Alishba ! Alishba ! Alishba !"
Suara teriakan Sulaiman kembali menggema, membuat beberapa pelayan rumah teralihkan perhatiannya ke arah suara Sulaiman.
Tampak beberapa pelayan saling berbisik menggosip.
"Ada apa ?" bisik pelayan perempuan kepada rekan kerjanya.
"Apa yang terjadi ?" bisik pelayan lainnya.
Ada tiga perempuan sedang bercakap-cakap di tengah ruangan luas saat mendengar suara teriakan Sulaiman.
"Sepertinya akan ada perang dunia ketiga di rumah ini, mulai sekarang", bisik pelayan perempuan.
"Kau yakin bakal terjadi ?" tanya pelayan yang satunya.
Pelayan perempuan itu mengangguk pelan saat rekannya bertanya padanya.
"Woah !? Ku yakin rumah akan ramai tapi aku tidak yakin jika tuan Sulaiman tidak tertarik pada istrinya", sahut pelayan perempuan.
"Maksudmu ? Apa tuan Sulaiman menyukai istrinya atau tidak ?" kata pelayan lainnya.
"Aku rasa tuan Sulaiman sangat menyukai istrinya, dia sangat cantik sekali di banding orok-orokan sawah itu", ucap pelayan perempuan.
"Orok-orokan sawah !? Siapa maksudmu dengan orok-orokan sawah ???" sahut pelayan yang satunya.
"Dimana-mana semua sudah kenal dengan nona Nisa", kata pelayan lainnya.
"Oh, perempuan yang selalu mengejar tuan Sulaiman itu, katanya dia pacar tuan", sahut pelayan perempuan ke-1.
"Tidak, nona Nisa bukan pacar tuan Sulaiman melainkan anak dari rekan bisnis tuan besar yang dititipkan ke keluarga tuan Sulaiman", ucap pelayan perempuan ke-2.
"Gawat ! Kalau begitu semakin runyam ceritanya karena ada dua perempuan yang sedang bertempur nantinya di rumah ini !" kata pelayan ke-3.
"Mana bisa begitu, tuan Sulaiman sudah menikah dengan nyonya Alishba, tidaklah dia akan berpaling kepada nona Nisa yang standart itu", sahut pelayan perempuan ke- 2.
"Benar, lagian istrinya sangat cantik sekali dibanding orok-orokan sawah", kata pelayan ke-1.
"Hush ! Jangan asal bicara ! Nanti kedengaran tuan Sulaiman kalau kita mengatai nona Nisa dengan orok-orokan sawah !" sahut pelayan ke-3.
"Ya, ya, ya !" ucap ketiga pelayan itu bersama-sama.
''Hai ! Apa yang kalian bertiga lakukan disana !!!" teriak suara seorang pelayan tua dari lantai atas kepada ketiga pelayan yang sedang bercakap-cakap dilantai bawah.
Ketiga pelayan sontak memalingkan muka mereka ke arah atas.
Mereka bertiga terkejut pucat saat melihat kepala pelayan sedang menatap mereka dengan sinis.
"Kami sedang bercakap-cakap, kepala pelayan", sahut pelayan ke-3.
"Apa tidak ada kerjaan yang harus kalian selesaikan ?" ucap kepala pelayan seraya menatap tajam.
"Kami masih mencarinya, bu kepala pelayan", sahut pelayan ke-2.
"Mencarinya ??? Apa yang kau katakan itu ??? Cari pekerjaan tidak disana tapi di dapur !!!" kata kepala pelayan.
"Tapi kami mau bersih-bersih rumah", sahut ketiga pelayan perempuan kompak.
"Tidak harus berkumpul seperti itukan", kata kepala pelayan sambil berkacak pinggang.
"Ini kami masih bersiap-siap dan akan bekerja", sahut pelayan ke-2.
Tampak ketiga pelayan perempuan sama-sama menganggukkan kepala serempak.
"Dan kalian masih berdiam disana ???" ucap kepala pelayan.
"Ehk !? Ini, ini, ini kami mau mulai !" kata pelayan ke-3.
"Iya, iya, iya, kami akan segera mengerjakan tugas kami", sahut pelayan ke-1.
"Ayo ! Ayo ! Ayo ! Kerja !" kata pelayan ke-2 dengan sikap gugup.
Ketiga pelayan perempuan terlihat panik saat mereka memulai aktivitasnya bekerja di rumah ini.
Tampak kepala pelayan terus memperhatikan tingkah laku ketiga pelayan itu dari lantai atas lalu dia kembali bekerja.
Brak... !
Pintu kamar tidur terhempas keras.
Sulaiman melangkah gagah ke dalam kamar, dilihatnya Alishba terbaring di atas ranjang tidur dengan menangis tersedu-sedu.
"Alishba !" panggil Sulaiman.
Sulaiman mendekat ke arah tempat tidur seraya memperhatikan Alishba yang berbaring menelungkup di atas ranjang.
"Alishba !" panggil Sulaiman.
Namun Alishba tidak merespon panggilan dari Sulaiman dan tetap menangis menelungkup di atas ranjang tidur.
"Alishba kau dengar atau tidak...", ucap Sulaiman.
Sulaiman menarik paksa tangan Alishba hingga istrinya itu berbalik menghadap kepadanya.
Mereka berdua saling berpandangan satu sama lainnya sangat dekat.
Tidak ada ucapan diantara keduanya yang hanya saling bertatap muka sambil menahan nafas.
Alishba menatap dingin ke arah suaminya, terlihat jelas kemarahan tertahan dari ekspresi wajahnya saat melihat ke arah Sulaiman.
"Apa kau tidak mendengarku ?" tanya Sulaiman yang menggenggam erat-erat tangan Alishba.
"Apa maumu ???" sahut Alishba dengan emosi tertahan.
Wajah Alishba yang dipenuhi oleh air mata terlihat jelas jika dia habis menangis.
"Kau menangis ?" tanya Sulaiman.
"Apa ?" sahut Alishba tertahan.
"Untuk apa kau menangis ? Seharusnya aku yang menelungkup sedih disana bukannya kamu !" ucap Sulaiman.
"Lepaskan tanganku !" hardik Alishba yang berusaha melepaskan genggaman tangan Sulaiman dari tangannya.
"Baik ! Baik ! Baik !" ucap Sulaiman sambil mengangkat kedua tangannya seraya melangkah mundur.
"Jangan ganggu aku lagi !" kata Alishba dengan tatapan dinginnya ke arah Sulaiman.
"Maaf !?" sahut Sulaiman dengan menaikkan kedua alisnya ke atas.
Keduanya saling berpandangan satu sama lainnya tanpa bergerak.
"Apa tidak jelas yang aku katakan tadi ? Jauhi aku mulai dari sekarang !" kata Alishba yang mencoba tegas.
"Kenapa aku harus menjauh darimu ? Apa kau melupakan sesuatu diantara kita ?" tanya Sulaiman.
"Aku tidak pernah lupa dan aku masih ingat bahwa kita adalah suami-istri", sahut Alishba dengan wajah merah padam.
"Jika kau ingat statusmu sebagai istriku, seharusnya kau juga memahami tugasmu sebagai seorang istri'', kata Sulaiman.
"Jauhkan segera angan-anganmu itu dari pikiranmu karena aku tidak akan pernah mau melakukan tugasku itu !" sahut Alishba.
"Tapi aku bisa memintanya sesuai kemauanku dengan paksa", kata Sulaiman.
"Dengan tegas aku menolaknya !" sahut Alishba sembari menaikkan ujung dagunya.
Alishba berdiri dengan sikap anggunnya serta tatapan tajam ke arah Sulaiman.
Terlihat jelas dari bahasa tubuhnya jika Alishba tidak menginginkan Sulaiman mendekati dirinya.
Sulaiman tersenyum tipis sambil memalingkan muka.
"Kau sungguh naif ! Bagaimana bisa kau akan lari dariku sedangkan kau masih terikat pernikahan denganku ?" ucap Sulaiman lalu memandangi Alishba.
"Dan kau bisa melepaskan aku sekarang juga jika itu yang kau inginkan", sahut Alishba.
Mendengar perkataan Alishba, membuat Sulaiman terhenyak kaget dan tertegun.
"Kenapa ? Kenapa kau tidak bereaksi ? Kau kira aku takut kepadamu ?" kata Alishba dengan tatapan dinginnya.
"Ehk !? Bukan begitu...", sahut Sulaiman menjadi salah tingkah.
"Aku siap jika harus menyandang status janda darimu daripada hidup bersama wanita lainnya", kata Alishba.
"Dan kau tidak memikirkan akibat dari ucapanmu itu terhadap nasib perusahaan keluargamu", ucap Sulaiman.
"Kau mengancamku dengan perusahaan ?" kata Alishba.
"Jika terjadi perceraian maka nasib perusahaan milik keluarga Rayaz akan berada diambang kehancuran dan kau seharusnya ingat itu", sahut Sulaiman.
Alishba tercekat diam dan hanya memandangi suaminya dengan wajah pias.
"Dan kau juga seharusnya tahu jika kita berpisah maka saham terbesar perusahaan milik keluarga Rayaz akan seluruhnya berpindah tangan kepada perusahaanku, Alishba", ucap Sulaiman.
Sulaiman melangkah menghampiri Alishba lalu berdiri tepat dihadapannya.
Kali ini sorot mata Sulaiman benar-benar tajam saat dia menatap ke arah istrinya.
"Kau sadari jika pernikahan kita berdasarkan aliansi pernikahan belaka demi keselamatan perusahaan keluarga Rayaz dan kau tidak memungkirinya hal itu terjadi pada kita, pada pernikahan kita berdua, Alishba", kata Sulaiman dingin.
serem amat nikah kayak gini, thor !
aliansi pernikahan, gak ada tulus-tulusnya, gak ada cinta juga klo nikah seperti iniiii...