Reyhan tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terperangkap oleh permainan yang di ciptakan boss tempat dirinya bekerja, berawal dari ia mengantarkan dokumen penting pada bossnya tersebut, namun berakhir dirinyaenjalani hubungan yang tidak masuk akal,, wanita itu bernama Sabrina tiba tiba meminta dirinya untuk menjadi kekasih wanita itu
sementara itu Sabrina tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan harta peninggalan ibunya, terpaksa ia melakukan cara licik untuk membuat Reyhan mau menerima permintaanya.
tanpa Sabrina sadari ternyata Reyhan adalah pria berbahaya dengan begitu banyak pesona, pria itu mengajak Sabrina ke banyak hal yang tidak pernah sabrina lakukan, Sabrina tenggelam dalam gelora panas yang Reyhan berikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
Setelah perjalanan panjang, Reyhan akhirnya tiba di rumah keluarganya. Ia disambut oleh dua adik perempuannya, Bella dan Diana yang langsung berlari mendekatinya dan memeluk erat tubuhnya.
Ibu tirinya, Rosa tersenyum ke arahnya dan menyapa ringan, "Selamat datang kembali, Reyhan."
Ayahnya bernama Hendra hanya mengangguk pelan dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.
Begitu masuk ke ruang tamu, suasana yang tadinya hangat berubah serius. Hendra memulai pembicaraan, "Kau tahu, Reyhan, Bella dan Diana akan segera masuk kuliah. Kita perlu membahas tentang biaya pendidikannya."
Reyhan mengangguk, memahami bahwa memang sudah saatnya untuk membahas hal tersebut. Namun, ia terkejut ketika Rosa tiba-tiba berkata, "Reyhan, kami berharap kamu bisa membantu membiayai kedua adikmu ini. Mereka adalah tanggung jawabmu juga sebagai kakak."
Wajah Reyhan berubah, ia merasa keberatan dengan permintaan Rosa. Ia bisa menerima untuk membiayai , adik kandungnya Diana, namun ia merasa tidak seharusnya ia membiayai Bella, adik tirinya, karena Bella masih memiliki ayah kandung yang hidup dan mampu memberikan dukungan.
Reyhan menatap ayahnya, "Pa, aku bersedia membantu Diana, tapi untuk Bella... bukankah seharusnya ayah kandungnya yang membantu?"
"Dan juga aku sedang mengumpulkan uang untuk membuka bisnis kecil kecilan, dan juga biaya untuk berobat ayah setiap bulan membutuhkan uang banyak?"
Hendra menundukkan kepalanya, seolah bingung dengan pilihan yang harus diambil. Hendra akui gaji Reyhan memang besar, namun itu semua selama ini habis untuk pengobatan dirinya setiap bulan dan untuk kebutuhan hidup keluarganya karna Reyhan tulang punggung.
Rosa mengejek Reyhan, "Kamu ini tidak adil. Mereka sama-sama adikmu, kenapa kamu membedakan mereka?"
Reyhan mengepalkan tangannya, ia tahu keputusannya mungkin akan mengecewakan sebagian keluarga, namun ia merasa sudah cukup memikul tanggung jawab.
Ia menatap tajam Rosa, "Ibu, mereka memang sama-sama adikku, tapi Bella masih punya ayah yang seharusnya bertanggung jawab. Aku sudah cukup membantu keluarga ini selama ini, tolong hargai keputusanku."
Pak Hendra akhirnya angkat bicara, "Baiklah, Reyhan. Aku mengerti keputusanmu. Kita akan mencari cara lain untuk membiayai Bella"
Mereka akhirnya mengakhiri pembicaraan itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Reyhan berharap keputusannya tidak merusak hubungan keluarganya, namun ia yakin bahwa ia sudah membuat keputusan yang tepat.
Selama ini gajinya cukup besar namun entah pergi kemana uangnya, selama ini ia yang menjadi tulanv punggung semua kebutuhan keluarga dirinyalah yang menanggung.
Keluarganya memang bukan orang miskin, cukup berada, namun ada ada saja kebutuhan yang membuat uang ditabunganya harus keluar banyak untuk keluarganya.
Sore itu, suasana di ruang tamu keluarga Reyhan yang biasanya hangat dan penuh tawa, kini terasa begitu berbeda. Reyhan duduk di sofa sambil memandangi foto keluarga di atas meja. Ia menghela nafas panjang, mengingat keadaan yang telah berubah sejak ia mengaku tidak mampu membiayai kuliah adik tirinya.
Rosa yang kini duduk di kursi berseberangan, mulai mengungkapkan keluh kesahnya dengan nada tinggi. "Sejak ayahmu sakit, aku yang merawatnya tiap hari. Susah, Reyhan, kau tidak tahu betapa beratnya," katanya sambil menatap tajam ke arah Reyhan.
Reyhan merasakan ketegangan di ruangan itu. Wajah ibu tirinya yang biasanya lembut, kini tampak tajam dan penuh kekecewaan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah menuduh dan membuat Reyhan semakin merasa bersalah.
Dalam hati, Reyhan menggeram. Ia tidak tahan mendengar bagaimana ibu tirinya terus menerus berbicara tentang pengorbanannya. Namun, demi kedamaian keluarga, Reyhan mengalah.
"Baik, Bu. Saya akan mencari cara untuk membiayai kuliah Bella. Saya tidak ingin melihat keluarga ini terpecah hanya karena masalah finansial," ucap Reyhan dengan suara berat.
Mendengar itu, Hendra yang selama ini terdiam, menatap Reyhan dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Nak. Kamu memang anak yang bertanggung jawab," ucap ayahnya dengan suara serak.
Rosa tampak terkejut, tetapi perlahan senyum menghiasi wajahnya. "Terima kasih, Reyhan. Aku tahu ini tidak mudah bagimu," katanya, suaranya kini lebih lembut.
Atmosfer di ruangan itu perlahan berubah. Apa yang sebelumnya terasa dingin dan keras, kini mulai hangat dengan penerimaan dan pengertian. Reyhan tahu, meski keadaan sulit, keluarga adalah tempat untuk saling mendukung, dan hari itu, ia telah membuktikan bahwa ia akan melakukan segala yang bisa untuk menjaga keluarganya tetap utuh.