My Cold Boyfriend-
Alletha Gracelyn, harus kehilangan kekasih yang sudah bersamanya 2 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal di saat akan merayakan Anniversary mereka, di saat kesedihan nya dia malah bertemu dengan laki-laki dingin namun selalu bersikap hangat di saat bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Kepedihan Aleta
..."Kematian meninggalkan sakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh siapa pun, cinta meninggalkan kenangan yang tidak dapat dicuri oleh siapa pun."...
Jonatan terus menemani Leta berada di kamar rawat inap, kondisi Leta yang lemah membuatnya harus di rawat.
Matanya menatap wajah pucat adiknya, kepedihan yang mendalam juga Jonatan rasakan. Bagaimana nanti saat Adiknya sadar pasti kembali histeris, rasanya sebagai seorang kakak Jonathan tidak bisa melihat adiknya terpukul seperti ini.
Jam terus berputar, namun belum adanya tanda akan kesadaran Leta membuat Jonathan semakin khawatir.
"Dek, bangun Honey, Abang tau kamu kuat bangun Dek." Lirih Jonatan mengusap rambut Leta.
Adzan subuh terdengar, sampai detik ini pun Jonathan sama sekali tidak meninggalkan Leta, terus duduk di kursi samping brankar tempat Leta terbaring.
Jonathan bahkan tidak sama sekali memejamkan matanya, dia tidak merasakan kantuk, kekhawatiran yang melanda dirinya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Adiknya.
"Eugh,," Leguk Leta membuka matanya.
"Dek, kamu udah sadar Honey. Apa yang sakit Abang panggil Dokter dulu ya."
Leta menggeleng, dia menahan tangan Jonatan.
"Ve- Vero ,, Bang Vero." Ucap Leta kembali menangis.
"Dek, kamu tenang ya."
"Vero Bang, ini cuma mimpi kan? Vero baik-baik saja kan Bang?"
Jonatan terdiam, dia mengusap wajah pucat Leta yang masih terlihat cantik.
"Kamu yang sabar ya Dek, Vero udah tenang di sana."
"Engga Bang, semua itu bohong kan?"
Leta terus berontak, dia bahkan akan mencabut infus di tangannya.
"Astaga Dek, jangan seperti ini."
"Aku mau ketemu Vero Bang"
Jonatan memeluk tubuh kecil Leta, mendekapnya dengan sangat erat, mengecup pucuk rambut nya berkali-kali. Dia berusaha menenangkan Adiknya.
"Aku mau ketemu Vero,," Lirih Leta dalam pelukan Jonatan.
"Iya Honey, tapi tunggu besok ya ini masih subuh "
"Mau sekarang Bang."
Jonatan terdiam, dia menatap wajah sendiri Aleta.
"Aku mohon,,"
Jonatan akhirnya mengangguk,,
"Tapi janji sama Abang, sebentar saja kamu masih harus istirahat."
Leta mengangguk,
Jonatan lantas membantu Aleta turun bahkan memapah Leta keluar.
Pemakaman Umum daerah Bandung.
Leta menatap gundukan tanah yang masih terlihat basah, banyak taburan bunga di atasnya membuat Isak tangis kembali terdengar dari bibir mungilnya.
Leta langsung terduduk lemas di samping gundukan makam. Menatap tidak percaya kearah Batu Nisa yang bertuliskan nama Savero Bintara.
Seperti mimpi buruk, namun Leta terbangun dengan merasakan dadanya yang begitu sesak.
"Kenapa kamu ninggalin aku, ini hari Anniversary kita, kamu bilang kita bakal terus bersama, kamu bakal ngejaga aku, tapi kenapa kamu pergi. Aku gak bisa hidup tanpa kamu Ver, gimana aku nantinya tanpa kamu."
Leta terus menangis dengan memeluk gundukan makam Vero, kekasihnya.
Jonathan mengusap bahu Leta, tangannya pun menyeka sudut matanya. Melihat Leta yang seperti ini membuatnya ikut sedih.
Leta terus menangis histeris di sana, Jonatan hanya bisa mengusap bahunya. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk saat ini.
"Dek, kamu jangan seperti ini. Vero bakal sedih liat kamu seperti ini."
Leta menggeleng, bahkan dia tetap memeluk erat gundukan tanah dan terus menangis.
"Ayo Dek, kita pulang ya.. Kamu juga harus istirahat."
"Gak mau Bang, aku mau di sini."
"Jangan seperti ini Dek, kasihan Vero pasti juga bakal sedih liat kamu."
Leta menggeleng dan terus memeluk erat gundukan makam Savero tanpa merasa kotor ataupun jijik.
Jonatan terus membujuknya hingga akhirnya Leta pun mau dengan janji jika setiap hari dia akan datang berkunjung.
"Aku pulang dulu, tapi aku janji bakal terus kesini."
Jonatan membantu Leta beranjak, namun Leta kembali menatapnya. Rasanya ini terlalu sakit.
Bagaimana dengan hari-hari nya nanti, di sekolah biasanya Vero akan selalu menemani nya, mengajak nya jalan, makan juga belajar bersama. Apa Leta bisa melalui semua ini sendiri, tanpa kamu, tanpa kekasih tanpa Savero.
"Ayo Dek.."
Leta mengangguk dan mereka berjalan menuju mobil.
*******
Sama Halnya dengan keluarga Bintara.
Lita berada di dalam kamar milik Vero, memeluk erat pakaian yang sering di pakai Vero, memeluk erat foto putranya.
Isak tangis bahkan terdengar begitu pilu, dia harus kehilangan putranya dengan cara tragis seperti ini. Bayangan bagaimana Vero yang hangat, terkadang manja membuatnya semakin merasa sedih.
"Ma, sudah jangan terus menangis kasihan Vero di sana. Dia juga pasti akan sedih lihat Mama yang terus menangis seperti ini."
"Kenapa Vero begitu cepat meninggalkan kita Pa, dia masih muda, masih memiliki cita-cita. Mama masih ingat bagaimana antusias dia mengejar cita-citanya. Bagaimana dia selalu bercerita soal impiannya. Terus sekarang dia sudah pergi. Ninggalin kita semua."
Vito memeluk Lita erat.
Dia berusaha tegar dihadapan istrinya, bagaimana pun dia harus menenangkan Istrinya.
"Ma-
Suara seseorang membuat Liat mendongak.
Laki-laki tampan, tinggi dengan wajah yang begitu tegas, berjalan masuk.
"Cakra- Ucap Lita yang langsung memeluk Putra pertamanya.
Pasangan Vito Bintara bersama Lita Maheswari memang memiliki dua orang putra, dan Savero adalah putra kedua mereka.
Cakra yang memang putra pertama mereka langsung membalas pelukan Lita, dia pun sama halnya terpukul atas kepergian Vero adik kandungnya.
Walaupun setiap harinya mereka jarang bertemu, karena Cakra tinggal di Jakarta namun kedekatan mereka tetap terjalin.
Cakra yang memiliki sifat pendiam, tetapi memiliki sifat hangat terhadap keluarganya.
"Kenapa Vero pergi ninggalin kita Cakra,,
Cakra tidak bisa menjawabnya, dia hanya terus memeluk erat tubuh Lita.
Cakra Langsung terbang ke Bandung saat Vito menghubungi nya tadi malam.
"Vero pasti sedih liat Mama terus nangis, sekarang Mama makan ya." Ucap Cakra namun Lita menggeleng.
"Mama tidak lapar"
"Sedikit saja Ma, Cakra mohon."
Lita menatap wajah putranya.
Cakra yang berlutut di hadapan Lita membuat Lita menangkup wajah tampan putra pertamanya.
Sekarang hanya Cakra yang dia miliki.
"Cakra suapi."
Vito mengambil nampan yang berisi makanan, dia lantas memberikan nya kepada Cakra.
Dengan sabar dan telaten Cakra menyuapi Lita.
"Sudah, Mama sudah kenyang."
"Tapi ini masih banyak Ma, sedikit lagi ya." Ucap Vito yang khawatir dengan keadaan istrinya.
"Mama sudah kenyang Pa."
"Ya sudah, sekarang Mama istirahat."
"Mama mau tidur di kamar Vero."
Cakra membantu Lita, bahkan menyelimuti tubuh Lita yang berbaring dengan terus memeluk foto Vero.
"Mama istirahat, Cakra di luar." Ucap Cakra mengecup kening Lita dan berjalan keluar.
Vito mengikuti Cakra keluar dan membiarkan Lita istirahat. Semalaman Lita tidak tidur dan terus menangis.
"Papa juga istirahat, biar Cakra yang jagain Mama."
"Kamu juga istirahat, Kamu juga tidak tidur dari semalam."
Cakra mengangguk dan duduk di sofa ruang tengah.
Dia menyandarkan tubuhnya, memejamkan matanya sembari memijat pelipisnya.