Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesialan Bertubi-tubi
"Miko sialan! Berani-beraninya dia merebut semuanya dariku! Awas aja, akan aku balas kamu!" umpat Kelvin sangat kesal. Pria itu kembali ke motornya dengan segala amarah yang ingin segera dia ledakkan.
Dengan emosi Kelvin langsung menyalakan motornya. Namun, sepertinya motor itu juga sedang tak bersahabat dengan pemuda yang mengemudikannya.
"Kenapa lagi ini motor?" Kelvin begitu heran karena mesin motor sama sekali tidak bisa dia nyalakan, meski Kelvin sudah mencobanya beberapa kali.
"Sial!" Kelvin membentak motornya sendiri. Namun Kelvin tidak menyerah. Pemuda itu berusaha kembali menyalakan satu-satunya kendaraan yang dia miliki saat ini.
"Kurang ajar!" Emosi Kelvin meluap. Pemuda itu langsung turun dari motor dan motor itu dihempaskan begitu saja.
Gubrak!
Tingkah Kelvin pun menjadi perhatian orang-orang ada di sekitar tempat itu, termasuk Miko.
Sedari tadi Miko terus senyum-senyum sendiri, menyaksikan nasib Kelvin yang dirundung kesialan bertubi-tubi.
Walaupun tadi Miko tidak mendengar, apa yang dibicarakan Kelvin dengan Micela. Namun, jika diperhatikan dari interaksi keduanya, Miko dapat menebak, kalau Micela sepertinya memutuskan hubungannya dengan Kelvin. Benar-benar tragis nasib anak manja itu.
Miko sama sekali belum ada niat untuk mendekat karena dia masih ingin menikmati momen yang sudah Miko nantikan sejak mereka berganti posisi.
"Kelvin!"
Kelvin yang sedang kesal kepada motornya sontak terperanjat begitu mendengar teriakan seseorang yang memanggil namanya.
Kelvin pun langsung menoleh dan dia cukup terkejut kala matanya menangkap sosok yang dia kenal sedang mendekat kepadanya.
"Pak Cakra," ucap Kelvin lirih.
"Kemana saja kamu, hah!" Bentak Pak Cakra sampai membuat Kelvin terperanjat. "Kamu ke kantor saya, sekarang juga, cepat!
Mata Kelvin sontak melebar, begitu mendapat sikap tak biasa dari pemimpin kampus tersebut.
"Anda berani membentak saya!" Kelvin jelas tidak terima. "Anda siapa, berani-beraninya nyuruh-nyuruh saya?"
Pak Cakra semakin murka. "Saya kepala kampus di sini dan kamu, mahasiswa yang harus mempertanggung jawabkan semua perbuatan kamu, mengerti!"
"Dan apa anda lupa siapa saya, Pak Cakra?" balas Kelvin tak kalah garang. "Apa perlu saya jelaskan agar anda paham!"
"Siapa? Kelvin Dixion? Hahaha..." Pak Cakra malah terbahak dan suara tawanya benar-benar mengandung ejekan. "Kamu sedang bermimpi apa gimana, Kelvin?"
Kelvin terperanjat.
"Sekarang kamu harus menanggung semua perbuatan kamu selama di sini, mengerti? Saya tunggu kamu di kantor, secepatnya, paham!" setelah memberi peringatan, Pak Cakra langsung pergi.
"Aaaaa...!"
Dak!
Dak!
Dak!
Kelvin teriak sangat kencang sembari menendang motornya berkali-kali
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian!" sumpah Kelvin.
Pluk!
"Aduh!" Kelvin tiba-tiba mengaduh. Dia merasakan ada yang menimpuk kepalnya. Tangan Kelvin spontan meraba kepala bagian belakangnya.
"Apa ini?" tanya Kelvin kala jari-jarinya merasakan sesuatu yang lengket
Pluk!
Pluk!
"Hei!" Kelvin langsung berbalik badan dan betapa terkejutnya pemuda itu, kala matanya menangkap beberapa sosok anak muda yang kuliah di kampus, yang sama dengan Kelvin.
"Kalian..." Kelvin tercekat
Ya, kami, kenapa? Kaget?" ucap salah satu dari mereka sinis
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Kelvin agak membentak.
"Ya sama, seperti yang pernah kamu lakukan pada kami," jawab pemuda yang sama.
Mata Kelvin sontak melebar.
"Bukankah dulu kamu sangat senang, melempari kami dengan apapun yang kamu mau? Sekarang, nggak salah kan kalau kami juga ingin, kamu merasakannya?"
"Apa..." Kelvin langsung syok.
"Teman-teman, serang dia!"
"Tidak!" Kelvin pun tidak bisa menghindar. Sedangkan tak jauh dari sana, Miko masih setia menyaksikan nasib Kelvin yang saat ini sangat memprihatinkan.
"Sepertinya, kamu sangat menikmatinya, Mik," tiba-tiba dari arah belakang ada suara seseorang yang mengejutkan Miko.
Miko pun langsung menoleh dan dia cukup terkejut kala salah satu temannya ada di sana.
"Belinda? Kamu di sini?" tanya Miko.
"Aku dari tadi di atas," jawab Belinda. "Apa itu semua rencana kamu?"
"Apanya?" Miko agak bingung.
"Yang menimpa Kelvin?"
"Oh," Miko nampak manggut-manggut. "Nggak juga. Spontan itu. Aku cuma tadi dapat kabar dari orang suruhan ayah kalau hari ini Kelvin ke kampus."
"Yakin?" Belinda menatap Miko penuh selidik.
"Tanya aja Didi sama Aldo. Tadi aku lagi sama mereka di dekat penjual batagor."
Belinda nampak manggut-manggut, dan kembali melempar ke arah Kelvin yang keadaannya sangat tragis.
"Terus, mereka tahu ada Kelvin dari mana?" tanya Belinda. "Kok mereka kaya sudah siap semuanya, buat ngerjain Kelvin?
"Ya nggak tahu. Aku sendiri juga nggak nyangka, mereka bisa sekompak itu." balas Miko. "Kenapa? Sepertinya kamu simpatik dengan keadaan Kelvin?"
Bibir Belinda sontak mencebik. "Kasihan aja melihat dia. Mungkin ini yang disebut karma."
"Kalau karma, harusnya dia menyesali perbuatannya. Tapi dia tidak. Tadi aja aku dengar, dia mengumpat nyalahin aku," ujar Miko.
Belinda pun langsung menoleh. "Mengumpat dimana?"
Miko menunjuk ke salah satu kursi. "Tadi teman-teman Kelvin ngumpul di sana. Entah apa yang mereka bicarakan. Pas aku ke sini, Kelvin sedang dihajar. Setelah teman-temannya pergi, Kelvin bangkit sembari mengumpat, menyebut namaku."
Belinda mengangguk paham.
"Aku sendiri juga dendam sama dia. Tapi nyatanya, yang dendam sama Kelvin bukan cuma aku saja. Jadi ya, biarlah, mereka duluan yang melampiaskannya. Aku belakangan aja," lanjut Miko.
"Jangan terlalu kejam membalasnya, Mik," Belinda menasehati. Dan Miko, hanya membalasnya dengan senyuman.
#####
Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di gedung pencakar langit yang memiliki logo Loin Heart, nampak William baru saja menyelesaikan rapatnya.
Pria itu keluar dari ruang rapat, melangkah menuju ruang kerjanya untuk istirahat karena sebentar lagi, waktu makan siang akan tiba.
"Siang ini, tidak ada jadwal lagi kan, Tom?" tanya William sembari membuka pintu ruang kantornya.
"Tidak ada Tuan," jawab Thomas. "Tapi di lobby ada tamu yang ingin bertemu dengan anda."
"Tamu?" Kening William agak berkerut. "Siapa?" pria itu bertanya sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa.
"Tuan Nelson."
"Nelson?" William semakin heran. "Apa kita ada janji dengan dia?"
"Tidak Tuan, mungkin dia datang, untuk membicarakan kelanjutan hubungan antara Nona Micela dengan Kelvin."
"Astaga... kenapa dia mau menemuiku? Jangan-jangan dia mau membicarakan hubungan anaknya dengan Kelvin?"
"Untuk saat ini saya belum menerima informasinya, Tuan. Tapi kemungkinan, hubungan mereka bakalan merenggang. Yang saya tahu, Tuan Nelson berambisi ingin berada di atas anda, Tuan."
"Itu dia, Thom, alasan aku, dulu menentang Kelvin berhubungan dengan Micela. Karena ambisi orang tuanya," balas William. "Tu anak memang selalu merepotkan. Untung dia bukan darah dagingku."
"Jadi gimana? Anda akan menerima Tuan Nelson atau menolaknya?"
"Suruh saja dia masuk. Dia sudah meluangkan waktu ke sini. Setidaknya, kita harus menghargainya."
"Baik," Thomas pun segera keluar untuk menjalankan tugas.
"Nelson? Mau apa dia ke sini?" gumam William penuh tanya.
dikhianati org yg disayang memang amat sangat sulit sembuh, cinta 100% akan berubah menjadi benci 1000%