NovelToon NovelToon
Journey Love

Journey Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Melita_emerald

Sasa, seorang gadis SMA yang tertekan oleh ambisi ayahnya untuknya menjadi dokter, mendapati pelarian dalam persahabatan dengan Algar. Namun, persahabatan mereka berakhir tragis ketika Sasa menyerahkan keperawanannya kepada Algar, yang kemudian menghilang tanpa jejak. Terjebak antara tekanan ayahnya dan rasa kehilangan yang mendalam, Sasa harus mencari cara untuk mengatasi kedua beban tersebut dan menemukan jalan menuju kebahagiaan dan jati dirinya di tengah kesulitan.

Butuh support guys, biar author makin semangat upload-nya

Jangan lupa

* LIKE

* KOMENT

* VOTE

* HADIAH

* FAVORIT

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melita_emerald, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 3 (Lagi-lagi Mereka Pergi)

"Nyampe deh. Silahkan turun, Tuan Putri," ujar Algar dengan suara rendah, melempar senyum saat motor mereka berhenti di depan rumah Sasa. Malam sudah larut, angin dingin menerpa wajah mereka, seolah menandai akhir dari perjalanan yang menyenangkan.

Sasa tersenyum tipis, sedikit merasa geli dengan cara Algar memanggilnya begitu. Ia turun dari motor dengan hati-hati, merapikan rambutnya yang agak berantakan karena helm.

"Yaudah, masuk gih. Udah malam, gue juga mau pulang," lanjut Algar sambil mengusap lembut rambut Sasa. Gestur itu terasa akrab dan menenangkan.

Sasa menatapnya sejenak, ada sesuatu yang selalu menenangkan dari cara Algar memperlakukannya. "Lo hati-hati ya, kalau udah nyampe jangan lupa kabarin gue," balas Sasa dengan nada sedikit khawatir.

Algar hanya mengangguk, senyumnya kini lebih tipis sebelum ia melajukan motornya pergi. Sasa menghela napas panjang, seolah berat melepaskan malam itu, namun akhirnya ia melangkah masuk ke rumah.

"Sasa pulang," teriak Sasa, suaranya memenuhi ruangan kosong yang tampak sunyi. Namun, bukan suara mamanya yang menyambut, melainkan langkah kaki Mbak Rina, asisten mamanya

"Kamu sudah pulang, Sa?" tanya Mbak Rina, muncul dari ruang tengah sambil membawa beberapa dokumen. "Mama dan Papa kamu pergi ke luar kota, ada urusan kerja. Mereka titip pesan buat kamu," lanjutnya dengan nada datar, sudah terbiasa menyampaikan pesan serupa.

Sasa hanya mengangguk pelan. Lagi-lagi mereka pergi, batinnya. Ia sudah terlalu sering mendengar kabar seperti ini hingga rasa kecewa itu sudah tak lagi terasa asing. "Oke, Mbak. Gue tahu."

"Kamu mau makan apa? Mbak bisa suruh Bibik masakin," tawar Mbak Rina dengan lembut, namun Sasa sudah melangkah terlebih dulu menuju tangga.

"Gue nggak lapar, Mbak. Lo makan aja," jawab Sasa singkat, naik ke kamarnya dengan langkah cepat. Mbak Rina hanya menghela napas panjang, melihat punggung Sasa yang semakin jauh. Dia tahu, ada sesuatu yang sedang dipendam oleh anak itu, tapi tak pernah tahu harus bagaimana mengatasinya.

Begitu sampai di kamarnya, Sasa langsung melepaskan pakaian dan masuk ke kamar mandi. Air dingin mengalir, membasuh tubuhnya yang lelah. Ia merasakan sensasi menyegarkan yang sementara mengusir rasa sepi di hatinya. Usai mandi, Sasa membereskan kamarnya dengan malas, lalu mengambil biola kesayangannya. Alunan lembut nada biola mulai memenuhi ruangan, mengalir seperti obat untuk perasaan yang kacau.

Sambil memainkan biola, ponselnya berdering. Nama Andin muncul di layar. Dengan cepat, Sasa meletakkan biolanya dan menjawab panggilan itu.

"Oi, Sa! Lo udah di rumah?" suara ceria Andin langsung terdengar dari seberang.

"Udah nih, baru sampe. Lo sama Clara masih di luar?" jawab Sasa sambil berbaring di tempat tidur, memandang langit-langit kamarnya.

"Enggak, gue udah di rumah juga. Clara baru aja balik. Eh, tadi seru banget kan sama Algar? Kayaknya kalian makin deket deh," Andin menggoda, suaranya penuh tawa.

Sasa mengernyit, tertawa kecil. "Nggak gitu, Din. Gue sama dia ya gitu-gitu aja. Lo lebay deh."

"Ah, bohong! Clara aja tadi ngomong, ‘eh Sasa kok kelihatan makin dekat ya sama Algar." Andin terus menggoda dengan nada jahil.

"Apasih bisa aja kali, gue sama algar kan emang sahabat sejak kecil,lebay Lo." Sasa berusaha mengelak, tapi ia tahu, hatinya tak sepenuhnya menyangkal kedekatan itu memang lebih dari sekadar sahabat.

Tak lama, Clara bergabung dalam panggilan grup. "Eh, gue denger nama gue dipanggil nih. Apaan sih lo pada ngomongin gue?"

Andin tertawa keras. "Nih, Clara. Gue bilang ke Sasa, tadi dia keliatan makin dekat banget sama si Algar. Terus Sasa ngeles katanya itu kn dah bisa sambil bawa embel embel sahabat dari kecil lagi."

"Haha, iya bener sih. Gue liat sendiri kok, mata lo kayak nggak bisa lepas dari dia, Sa," Clara menambahkan, tak kalah jahil.

Sasa merasa pipinya mulai memanas. "Yaudah deh, terserah kalian mau ngomong apa. Gue beneran cuma sekedar sahabat doang. Lagian, lo pada tahu kan, dia tuh sahabat terbaik gue."

"Tapi kedekatan lo itu beda, Sa. Kayak ada ‘sesuatu’ gitu. Jangan bohong deh sama perasaan lo sendiri," kata Clara dengan nada serius, seolah ingin memastikan Sasa jujur pada dirinya.

Sasa hanya bisa mendesah pelan, tersenyum sedikit. "Gue nggak tau, Clar. Kadang gue sendiri bingung perasaan gue ke dia kayak gimana. Mungkin gue terlalu sering bareng dia, jadi ya gitu deh."

"Yaudah, santai aja. Nikmatin aja perasaan lo. Kalau emang beneran suka, nggak ada salahnya kok," sahut Andin dengan nada bijak.

Setelah ngobrol panjang tentang hari itu, mereka bertiga mulai membahas rencana hangout lagi akhir pekan nanti. Sasa merasa sedikit terhibur dengan candaan teman-temannya. Namun, setelah telepon berakhir, kesunyian kembali menguasai kamarnya.

Saat Sasa turun ke bawah untuk menemui Mbak Rina, suasana di rumah terasa lebih lengang. "Mbak, gue nggak perlu diawasin terus kayak gini. Gue udah gede, gue bisa jaga diri," ujar Sasa tiba-tiba.

Mbak Rina, yang sedang duduk di ruang tamu, mengangkat wajahnya. "Tapi Mama kamu yang minta, Sa. Gue cuma jalankan tugas," jawabnya, nada suaranya penuh pengertian.

Sasa menggeleng, merasa sedikit frustrasi. "Mbak, gue udah kelas 12. Gue bisa urus diri sendiri. Gue nggak suka kalau setiap kali orang tua gue pergi, gue harus dijagain kayak anak kecil."

Namun, Mbak Rina tetap teguh. "Mbak cuma nurut sama perintah Mama kamu. Mereka khawatir, Sa. Kamu tahu kan, orang tua mana yang nggak khawatir sama anaknya?"

"Ya, gue ngerti. Tapi, gue juga butuh ruang. Gue nggak selalu butuh dijagain terus,lagi ni kalau mereka emang khawatir sama gue, ya mereka jangan terus-terusan ninggalin gue sendiri kek ginu" sahut Sasa, nada suaranya mulai terdengar capek.

Akhirnya, Sasa memutuskan kembali ke kamarnya, kali ini dengan perasaan yang sedikit berat. Di satu sisi, ia paham kekhawatiran orang tuanya, namun di sisi lain, ia merasa semakin terkurung dalam situasi yang tidak bisa ia kendalikan.

Keesokan harinya, Sasa ingin mengunjungi Algar di rumahnya, namun niatnya terhenti lagi ketika Mbak Rina melarang. "Sa, kamu harus belajar.setelah libur ini kamu akan menginjak kan kaki ke kelas12, jangan main terus."

"Mbak, gue cuma sebentar kok. Nggak lama. Lagi pula, gue juga butuh refreshing," jawab Sasa dengan nada sedikit memohon.

"Refreshing boleh, tapi nanti-nanti aja ya. Sekarang fokus belajar dulu," tegas Mbak Rina. Perdebatan kecil pun kembali terjadi, dan akhirnya Sasa menyerah. Dia kembali ke kamarnya, mengambil biola lagi untuk menenangkan diri.

Beberapa menit kemudian, pintu kamarnya diketuk. "Sa, Mbak mau ke pasar dulu sama Bibik. Kamu tunggu di rumah ya," ucap Mbak Rina dari luar.

"Iya, Mbak," jawab Sasa datar.

Kini rumah terasa benar-benar sunyi. Sendirian di rumah besar itu, Sasa merasa seperti terjebak dalam kesendiriannya sendiri. Ia tahu, bebas tidak selalu berarti bahagia. Tapi, apa artinya tetap berada di bawah bayang-bayang kekhawatiran yang terus menghantuinya?

Tq All, jangan lupa dukung.

LIKE

KOMENT

VOTE

HADIAH

FAVORIT

#Typo bertebaran

...

..

.

.

.

1
SammFlynn
Jangan tanya lagi, ini adalah cerita yang harus dibaca oleh semua orang!
Melita_emerald: ahh makasih, jangan lupa pantau terus yaa 🤍🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!