Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 03
...*...
Di apartemennya Zando merasa bosan, tidak ada yang bisa dilakukannya. Akhirnya ia memutuskan untuk menyalakan televisi dengan harapan bisa mengusir kejenuhan.
Akan tetapi, baru saja layar LED persegi itu menyala, ia sudah disuguhi berita yang membuat kepalanya langsung berdenyut, serta dadanya terasa sesak.
"Apa-apaan mereka, membuat statement seenaknya saja, tanpa konfirmasi pada yang bersangkutan terlebih dahulu!"
Zando benar-benar merasa marah, kesal, kecewa, dan frustasi menjadi satu. Berkali-kali dia mengacak rambutnya serta menggeretakkan giginya, bahkan ia mengepalkan tangannya, lalu melampiaskannya pada sofa yang tidak bersalah.
"Aaaaggrrhh ...!!! Aku bisa gila kalau begini. Aku harus menghubungi Kamila. Aku takut dia akan salah paham!"
Lalu Zando menekan nomor WA Kamila, sayangnya di layar hanya tertera tulisan memanggil. Kemudian dia menghubungi lewat nomor biasa, dan hanya terdengar suara operator yang menyambutnya dan mengatakan nomor yang anda tuju sedang sibuk.
Zando mondar-mandir di ruang tamu, sambil berkacak pinggang. Sampai akhirnya terdengar bunyi seseorang memencet kode akses unit apartemennya.
Nino masuk dengan wajah lelah, dan langsung diberondong Zando dengan pertanyaan.
"Bagaimana beritanya bisa jadi seperti itu sih, No? Kamu ini katanya mau menyelesaikan masalah, kenapa malah menambah masalah? Bagaimana jika Kamila sampai tahu? Bisa-bisa tamat sudah semuanya!"
"Sabar dong, Do! Aku jelaskan satu persatu!"
Nino mendudukkan dirinya di sofa single, sementara Zando masih berdiri lalu melipat kedua tangannya di dada.
"Katakan apa yang terjadi, dan kenapa kamu juga berada di antara mereka?" tanya Zando penasaran.
"Sebentar, aku minum dulu. Haus nih," ujar Nino
"Tidak usah bertele-tele!" gertak Zando.
"Oke ...! Setelah aku pikir-pikir, ..." Nino lantas menceritakan percakapannya dengan Tuan Moreno secara gamblang tidak kurang tidak lebih.
"Cuma enam bulan kontrak rekayasa hubungan kalian. Lagipula kamu sama Shahnaz kan sudah saling kenal, kalian juga pernah main film bareng. Jadi tidak masalah, kan?"
"Apanya yang tidak masalah? Masa depanku dipertaruhkan di sini, No!"
"Bagus dong, Do. Tanpa kita bersusah payah, kita bisa memanfaatkan moment itu."
"Maksudku, hubunganku dengan Kamila yang dipertaruhkan, No! Aku merasa bersalah padanya. Aku sudah menghancurkan masa depannya!"
"Maksudnya?"
"Semalam, aku tidak tahu siapa yang mengerjaiku, dengan memasukkan obat laknat itu di minumanku."
"Lalu?"
Zando menarik nafas yang terasa berat. Lantas meraup mukanya.
"Aku sudah menodainya---"
"What ....? Ka-kamu serius, Do?" Nino merubah posisi duduknya, dan menatap tak percaya. Selama ini yang dia kenal, Zando adalah pemuda yang baik, bahkan tidak pernah ketinggalan ibadahnya, juga sangat menjaga pergaulannya. Nino menggelengkan kepalanya.
"Tolong aku, No. Carikan aku Pak Ustad untuk menikahkan kami. Aku tidak ingin jika terjadi sesuatu pada Kamila. Please, No, tolong aku!" Zando menatap Nino dengan memelas, lalu duduk di sofa.
"Coba ceritakan padaku, apa yang terjadi denganmu semalam!"
"Malam itu sesaat setelah minum orange juice...." Zando menceritakan apa yang dialaminya pada Nino.
"Terus kenapa kamu bisa ke tempat Kamila? Bukannya pulang ke tempatmu sendiri?"
"Kamu kan tahu, kalau aku merasa tidak enak badan, aku biasa minta obat sama dia. Jadi yang terpikirkan olehku, ya cuma dia."
Nino menatap artisnya itu prihatin. Dia tahu antara Zando dan Kamila, keduanya saling mencintai tapi memilih memendam rasa.
"Lagipula kalian itu lucu, saling suka tapi tidak ada yang berani ngomong!"
"Kamu kan tahu sendiri, aku terikat kontrak. Dan peraturannya seperti apa!"
"Lalu, kenapa kalian bisa...." Nino menggantung ucapannya.
"Saat itu, Mila mau kembali tidur. Akan tetapi, tidak sengaja kakinya menyandung kakiku, sehingga kami jatuh bersama di atas tempat tidur---"
"Dan akhirnya sahabatku ini bangun pagi-pagi, sudah tidak perjaka lagi sekarang, hahaha...."
"Please, No! Tolong carikan Pak Ustad yang bisa menikahkan kami. Yang penting sah di mata agama."
"Oke, nanti aku carikan untukmu. Dan untuk saat ini, lebih baik kamu jangan keluar dari apartemenmu dulu, sampai keadaan kembali normal. Aku akan memastikan kebutuhan kamu tercukupi."
Zando terdiam, dan menurut pada asistennya. Namun dalam benaknya, dia terus memikirkan Kamila. Pikirannya hanya dipenuhi oleh Kamila.
.
.
.
Sementara di apartemennya, Kamila masih berdiri di depan cermin. Menatap bayangan dirinya sendiri di dalam cermin. Wajah sembab, mata bengkak, dan bibir pucat. Tidak ada yang menarik. Lalu ia kembali tersenyum getir.
Airmata tanpa ijin menerobos keluar, dan meluncur begitu saja. Tangan yang biasa ia gunakan untuk menolong pasien itu, kini memukul-mukul dadanya yang seakan terhimpit beban berat.
Beberapa saat yang lalu, Kamila berusaha menghubungi Zando, namun tidak ada satu pun panggilannya yang terjawab. Hanya suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang anda tuju sedang sibuk.
"Astaghfirullah al'adzim, astaghfirullah al'adzim, astaghfirullah al'adzim. Ampuni hamba, ya Allah." Kamila menggumamkan istigfar berulangkali.
"Aku tidak boleh lemah seperti ini, aku harus bangkit. Anggap saja semuanya tidak pernah terjadi. Dan aku harus melupakan Zando. Yah, aku harus melupakan dia!"
Kamila mencoba merajut kembali kepingan hatinya yang rapuh. Ia bertekad untuk melupakan Zando, lelaki yang mengisi hatinya selama ini. Lalu menatap tangan kirinya yang terluka, dan bergegas mengobatinya agar tidak infeksi.
Kamila keluar kamar, berniat membersihkan pecahan kaca yang berserakan. Setelah selesai, ia menghampiri meja, tempat menaruh makanan yang dimasaknya tadi.
"Sudah dingin."
Namun karena lapar, Kamila tetap menghabiskan makanannya. Dia butuh tenaga untuk menghadapi kenyataan pahit yang akan menghadang di depannya nanti.
Selesai makan, Kamila mencuci bekasnya makan dan juga peralatan masaknya. Lalu masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Dia bersiap untuk berangkat bekerja.
Butuh waktu setengah jam, Kamila sampai di rumah sakit tempatnya bekerja. Dia segera keluar dari mobil, lalu berjalan memasuki lobi rumah sakit. Namun suara seseorang yang memanggil namanya, berhasil menghentikan langkahnya.
"Dokter Kamila?"
"Iya...?" Kamila menyahut dengan canggung.
"Bisa kita bicara sebentar?"
Kamila melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada waktu satu jam lagi.
"Hanya sebentar, ini mengenai Zando. Mari ikut saya, kita bicara di tempat yang nyaman," ucap pria itu.
Kamila hanya mengangguk, dengan terpaksa ia mengikuti pria itu, memasuki sebuah kafe yang berada di dekat rumah sakit.
Begitu mereka duduk di tempat masing-masing, pria itu memperkenalkan dirinya.
"Nama saya Moreno William, pemilik agensi di mana Zando bernaung sebagai seorang artis. Saya akan langsung bicara pada intinya saja." Tuan Moreno menatap ke arah Kamila.
Sedangkan Kamila diam saja mendengarkan, sembari meremas jemari tangannya. Perasaannya mulai tidak enak.
"Tolong jauhi Zando! Dia aset saya yang berharga. Lagipula tidak sembarangan Zando akan mengencani wanita, selain yang selevel dengannya." Tuan Moreno lalu menyesap kopinya. Sepertinya dia berusaha menjatuhkan mental gadis di depannya.
Degggg
Kamila merasa jantungnya berdetak dengan cepat. Bukan karena jatuh cinta, melainkan karena mulai terintimidasi.
"Zando, artis yang namanya tengah bersinar. Tampan, terkenal, dan kaya tentunya. Sedangkan Anda, tentu sangat tidak sebanding dengannya!" Tuan Moreno tersenyum smirk, lalu melanjutkan ucapannya,"
"Apa yang bisa Anda banggakan, untuk bersanding dengan Zando? Atau Anda menggunakan tubuh Anda untuk menjerat Zando?"
"Jaga bicara Anda, Tuan! Saya tahu saya miskin, tapi bukan berarti saya merelakan tubuh saya dijamah oleh lelaki sembarangan," sergah Kamila.
"Woooww ... rupanya Anda wanita pemberani. Tapi apapun alasannya Anda harus tetap menjauhi Zando!" Tuan Moreno lantas mengeluarkan selembar cek kosong yang telah ia tandatangani, lalu menyodorkannya pada Kamila.
"Ambillah ini untuk bekalmu, dan pergilah sejauh mungkin, yang tidak terjangkau oleh Zando. Nasib Anda dan Zando ada di tangan saya. Jika Anda menolak, maka saya bisa melakukan hal apapun untuk menghancurkan kalian," ancam Tuan Moreno pada Kamila.
"Tanpa Anda minta menjauh pun, saya akan pergi jauh darinya. Permisi!" Kamila segera beranjak pergi dari kafe tersebut. Tak lupa ia membawa cek yang diberikan oleh pimpinan MW Entertaiment tersebut.
Tuan Moreno tersenyum dengan seringai licik. Apalagi Kamila tanpa sungkan mengambil cek darinya. Pria itu tampak puas menyingkirkan penghalang jalannya untuk menjadikan Zando sebagai ladang emasnya.
Sedangkan Kamila tampak berjalan lesu, menyusuri trotoar jalanan menuju rumah sakit. Dalam benaknya dipenuhi pemikiran antara pergi atau bertahan.
...*...
.
.
.
.
.
aku jaa yg denger pengen becek2 tu bocah.. gerem bangetttt
yang ada zando yang meminta kmu dibawa ke markas/Sweat//Panic/
trus gimana dgn bayinya