Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.
Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....
Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!
Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Anak Haram!
Di gunung belakang Klan Jiang, dua sosok bergerak cepat menuruni lereng. Seorang pemuda dan pelayan wanita berjalan terburu-buru, mencerminkan kecemasan yang mendalam. Jiang Xin, yang menyaksikan dari kejauhan, tampak semakin tertekan dan khawatir.
Meski Jiang Ruyin, ayahanda Jiang Xin, menjabat sebagai patriak Klan Jiang, kekuasaannya tidak sepenuhnya absolut. Hal ini karena kakeknya, Jiang Rao, masih hidup dan memegang kendali sebenarnya. Jiang Ruyin hanya berwenang mengambil keputusan kecil, sementara keputusan penting harus dikonsultasikan dengan Jiang Rao.
Namun, yang membebani pikiran Jiang Xin bukanlah pembagian kekuasaan tersebut, melainkan kehadiran dua paman tirinya, Jiang Hui dan Jiang Shing. Keduanya selalu membantah keputusan ayahnya dan menyusun rencana licik di balik layar, menciptakan ketegangan yang tak terhenti dalam Klan Jiang.
Meski kedua paman Jiang Xin selalu berusaha menjatuhkan ayahnya, kakeknya, Jiang Rao, selalu mendukung dan melindungi ayahnya. Namun, setelah upacara kebangkitan Lautan Dao, keadaan mungkin berubah. Kinerja ayahnya kini diperhatikan lebih ketat, dan kedua paman itu mungkin melihat kesempatan untuk menggantikannya.
Jiang Xin memiliki keraguan besar. Menurut pemikirannya, kakeknya Jiang Rao mungkin tidak lagi mendukung ayahnya karena kebangkitan Lautan Dao Tingkat Tiga oleh Lin dan Wusang. Prestasi ini mungkin membuat Jiang Rao mempertanyakan kemampuan kepemimpinan ayahnya.
Jiang Lin dan Jiang Wusang, putra Jiang Hui dan Jiang Shing, telah menunjukkan bakat luar biasa dalam Dao sejak dulu. Mereka seumuran dengan Jiang Xin dan telah mencapai prestasi mengagumkan dengan membangkitkan Lautan Dao Tingkat Tiga, sebuah pencapaian yang sangat langka dan membanggakan.
Di Benua Tian Yuan, bakat seorang praktisi Dao ditentukan oleh tingkat Lautan Dao yang mereka capai pasca-pembaptisan. Tingkat ini menentukan potensi dan pencapaian masa depan mereka dalam Dao.
Menurut pengetahuan Jiang Xin, Lautan Dao terdiri dari sepuluh tingkat yang dibagi menjadi dua kategori: rendah (tingkat 1-5) dan tinggi (tingkat 6-10).
Dengan langkah cepat dan hati berdebar, Jiang Xin, diiringi oleh pelayan wanita yang setia, memasuki aula pertemuan Klan Jiang. Ruangan besar itu dipenuhi oleh semua murid klan dan para petinggi klan, yang telah berkumpul dengan wajah-wajah penuh kecemasan dan antisipasi. Suasana di dalam aula terasa tegang dan khawatir, mencerminkan kebingungan dan kekhawatiran yang melanda klan tersebut.
Di atas kursi kepala, berdirilah figur yang sangat dihormati, Kakek Jiang Rao. Di sebelah kirinya, duduklah Jiang Hui dan Jiang Shing, dua paman yang selalu menimbulkan kekhawatiran. Sementara itu, di sebelah kanannya, terlihat Ayahandanya, Jiang Ruyin, dengan wajah yang tegang dan penuh kecemasan.
Barisan kursi depan diduduki oleh para tetua klan yang bijak dan berpengalaman. Di belakang mereka, berbarislah murid-murid klan yang telah menunjukkan prestasi Dao yang mengagumkan, memperlihatkan potensi dan bakat mereka yang luar biasa.
Mengarahkan pandangannya ke depan, Jiang Xin menemukan dua sosok muda yang mencolok, duduk bersisian dengan para tetua klan. Mereka adalah Jiang Lin dan Jiang Wusang, sepasang keponakan yang baru saja mencapai prestasi mengagumkan dengan membangkitkan Lautan Dao Tingkat Tiga. Wajah mereka bersinar dengan kepercayaan diri dan semangat muda, menarik perhatian semua yang hadir.
Namun, melihat suasana yang tenang dan sunyi, Jiang Xin tidak bisa tidak mengerutkan keningnya. Informasi dari pelayan wanita sebelumnya menyebutkan bahwa ayahnya dan kedua pamannya seharusnya terlibat dalam pertarungan intens, namun kenyataannya justru menampilkan keadaan yang sangat berbeda.
Jiang Xin langsung menyadari bahwa dia telah ditipu oleh pelayan wanita tersebut. Keraguan dan kecurigaan muncul di benaknya, membuatnya bertanya-tanya apa motif di balik tindakan pelayan itu.
Saat Jiang Xin memasuki aula, semua mata terfokus padanya. Kecuali ayahnya, Jiang Ruyin, wajah-wajah lainnya dipenuhi senyum ejekan dan hinaan. Beberapa orang bahkan meludah ke tanah dengan jijik, seolah-olah mereka baru saja melihat sesuatu yang sangat menjijikkan. Suasana tersebut menunjukkan kebencian dan penghinaan yang mendalam.
Jiang Xin merasakan amarah yang memuncak, namun dia berusaha keras untuk menahan emosi tersebut. Dengan tekad kuat, dia mempertahankan wajah tenangnya, tak ingin menunjukkan kelemahan di depan orang-orang yang menatapnya dengan hina.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Jiang Xin membungkuk hormat dan berucap dengan sopan, "Salam Kakek, salam Ayah. Salam Paman Jiang Hui, Paman Jiang Shing, dan para tetua terhormat."
Tidak ada balasan dari para petinggi klan. Bahkan Kakek Jiang Rao, yang biasanya memujinya, kini menatapnya dengan ekspresi acuh tak acuh, tanpa sedikit pun kesan hormat atau kasih sayang. Suasana diam itu semakin menegangkan.
Jiang Hui dan Jiang Shing mendengus dingin, memalingkan wajah mereka dengan ekspresi kejijikan dan penghinaan yang terukir jelas di wajah mereka.
Hanya Ayahnya, Jiang Ruyin, yang menyambutnya dengan senyum hangat dan mengangguk. "Xin'er, anakku, selamat datang! Silakan cari tempat dan duduk!" kata ayahnya dengan lembut.
Jiang Xin tidak terlalu memperdulikan reaksi orang-orang di sekitarnya. Setelah mendengar ucapan ayahnya, dia mengangguk dan menjawab, "Baik, Ayah." Lalu, dia berjalan tenang menuju kursi kosong di barisan paling belakang, tanpa mempedulikan pandangan dingin dari orang-orang di sekitarnya.
Belum sempat Jiang Xin duduk, suara Kakek Jiang Rao yang dingin dan merendahkan terdengar, "Tidak perlu duduk! Kamu tidak layak bergabung bersama kami!"
Kata-kata itu membuat tubuh Jiang Xin membeku seketika. Tangannya yang siap meraih kursi kini tergantung di udara, tidak bergerak.
Semua orang di dalam aula melemparkan senyum hina, terutama Jiang Hui dan Jiang Shing yang terlihat sangat puas dan menikmati keadaan tersebut.
"Ayah," kata Jiang Ruyin sambil menatap Jiang Rao dengan ekspresi keberatan. "Biar bagaimanapun, Jiang Xin adalah putraku. Mempermalukan dia berarti mempermalukan diriku sendiri."
Jiang Rao memandang Jiang Ruyin dengan ekspresi acuh tak acuh. "Ruyin'er, aku selama ini puas denganmu. Meski hubungan gelapmu dengan putri Klan Bing nyaris membawa kehancuran, aku memakluminya. Namun, anak haram itu telah mencoret reputasi Klan Jiang, membuat kita menjadi bahan lelucon bagi semua orang!"
Mendengar kata-kata tersebut, tubuh Jiang Xin bergetar dengan amarah tak terkendali. Tangannya yang tersembunyi di balik jubahnya menggenggamkan tinju dengan kuat, hingga terdengar suara tulang yang terkepal. Bibirnya terkatup rapat, matanya menyala dengan kemarahan saat dia menatap Jiang Rao di atas kursi kepala dengan pandangan tajam dan penuh dendam.
Hati Jiang Xin terasa teriris seperti pisau tajam. Dia merasakan sakit yang tak terhingga mendengar kata-kata "anak haram". Statusnya selama ini ternyata hanyalah sebagai anak tidak sah di mata klan. Rasa sakit dan malu itu memuncak, seolah-olah kulitnya robek dan terbakar.
"Ayah, kamu..." Jiang Ruyin ingin memprotes, namun belum sempat melanjutkan, Jiang Hui yang duduk di sebelahnya menyela dengan cepat.
Jiang Hui berkata dengan senyum dingin, "Jiang Ruyin, Ayah sudah berbicara. Jika kamu masih memiliki sedikit rasa malu, mundur dari posisi patriark dan usir anak haram itu dari klan sekarang juga!"
Jiang Shing berucap dengan nada dingin dan penuh kebencian, "Aku sudah berkali-kali mengatakan bahwa Jiang Ruyin tidak layak menjadi patriark! Dia terus membawa malapetaka bagi Klan Jiang. Sekarang, dia mempermalukan kita lagi dengan anak haramnya! Dia harus turun dari jabatannya!"
Mendengar kata-kata Jiang Shing, semua orang di aula mengangguk serentak, wajah mereka penuh kebencian dan penghinaan. Mereka melihat Jiang Xin dengan tatapan yang lebih menjijikkan dari sebelumnya, seolah-olah dia adalah sesuatu yang lebih hina dari kotoran. Suasana di aula semakin memuncak dengan kebencian dan permusuhan.
Jiang Xin bangkit dengan mata menyala kemarahan. "Paman Hui, Paman Shing! Jika kalian ingin menjatuhkan Ayahku karena keberadaanku, karena kalian anggap aku sebagai sampah dan anak haram, maka hari ini, aku Jiang Xin akan menantang orang yang kalian sebut jenius itu!" Suaranya bergema di aula, penuh keberanian dan tantangan.
Suasana dalam aula awalnya sangat tegang dengan bisikan-bisikan pelan. Namun, begitu suara Jiang Xin terdengar, keheningan mematikan segera menyergap, seolah-olah waktu itu terhenti. Semua mata terfokus pada Jiang Xin dengan rasa penasaran dan kejutan.
boommmmmmmmmmmmmmmmmm
habisi zu jian
yg di undang Jian Xing kenapa yg grogi malah authornya /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
boommmmmmmmmmmmmmmmmm
dhuaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
hajaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
habisiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
semuaaanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa