Oswald Steinwech, pria misterius yang selalu menjadi buronan aparat kepolisian karena kasus-kasus pembunuhan brutal yang di tuduhkan terhadap dirinya, membuat Oswald harus berpindah-pindah tempat tinggal!
Beberapa bisnis ilegal yang ia kelola bahkan terancam tumbang karena pengkhianatan dari rekan kerja juga sahabat dekat, pria berwajah pucat itu bahkan tak lagi mampu mempercayai orang-orang yang semula menjadi kaki tangan baginya!
Menghilang sementara waktu merupakan cara terbaik bagi Oswald untuk bisa kembali menata kehidupannya yang selalu berantakan! hingga akhirnya seorang gadis muncul dalam kehidupan Oswald!
Keceriaan serta ketegaran dari diri Reyna dalam menapaki alur kehidupan seorang diri justru membuat Oswald mengubah pandangan perihal kehidupan yang ia lalui! Reyna yang awalnya tampak menyebalkan di mata Oswald, kini justru menjadi gadis istimewa yang mampu mendobrak kebekuan hati Oswald,
Akankah Oswald menemukan kedamaian hidup bersama Reyna????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seorang Pria Impian,
"Apa kau yakin dirimu baik-baik saja??"
"Mmmm-, begitulah! hanya sedikit luka gores!" Reyna meletakkan sling bag sebelum akhirnya melangkah menuju lemari pendingin pada sudut apartemen sempit yang ia tinggali.
"Minum lah terlebih dahulu!" sekaleng soda tampak diletakkan Reyna dihadapan Frederick yang terduduk sembari memperhatikan gerak-gerik nya.
"Tunggu-, apa orang asing itu menodongkan senjata tajam padamu?"
Reyna mengangguk, telapak tangannya kini sibuk meraba area pipi juga hidung, gadis itu kembali terburu-buru membuka laci demi menemukan cairan antiseptik dan juga bandage.
"Apa disini?" Reyna bergumam sembari meraba-raba luka yang ia dapatkan atas tragedi saat ia berada di gang gedung bangunan terbengkalai.
"Biar ku bantu!!"
"Aaaaw-wwh!!!" bibir Reyna seketika mendesis saat cairan antiseptik menyapu bagian luka pada kulit nya yang tergores senjata tajam.
"Pasti rasanya cukup perih! tolong tahan sebentar!"
Frederick yang tiba-tiba menyambar plester dari genggaman telapak tangannya seketika membuat Reyna salah tingkah, wajah gadis itu bahkan memerah tatkala Frederick membungkuk dan menatap fokus pada area hidung juga pipinya yang terluka.
"Sepertinya jauh lebih baik! apa sudah cukup nyaman sekarang?"
"Mmmm-, terima kasih!"
Frederick mengangguk dengan senyum simpul yang tertampil di bibir.
Dia-, kenapa harus Frederick? pria ini bahkan sudah memiliki tunangan, pria tampan yang memukau di lapangan basket saat itu! aku tak mungkin bisa memiliki nya sekarang,
"Kenapa kau pulang larut malam?" Frederick yang kembali bersuara dengan cukup lembut akhirnya membuat lamunan Reyna membuyar.
"A-aku-, harus menyelesaikan beberapa pekerjaan terlebih dahulu di swalayan! staff karyawan bagian pemeriksaan produk mengalami kecelakaan beberapa hari lalu, jadi-, diriku di tugaskan untuk merangkap pekerjaan untuk menggantikan nya!"
"Lain kali jangan pulang seorang diri! setidaknya hubungi diriku jika-,"
"Aku tidak pulang seorang diri!"
"A-apa?? benarkah demikian?? jadi ada orang lain yang bersama mu saat kau melewati area tindak kriminal??"
"I-itu??"
Bagaimana ini? Frederick pasti akan menginterogasi Vema jika ia tahu bahwa Vema bersamaku tadi ....,
"Hey!!! do you hear me??"
"Frederick! aku-, sepertinya aku mengetahui sedikit perihal ciri pria asing yang melakukan tindak kriminal yang sempat terjadi,"
Alis Frederick seketika terangkat, pria itu nampak hening untuk sesaat sebelum akhirnya kembali bersuara,
"Katakan!"
"Aku melihat ada tatto symbol bulan sabit di atas pergelangan telapak tangan kanan dari pria itu, Frederick!"
"Apa kau yakin??"
"Aku tak mungkin salah! meski aku tak mampu melihat wajahnya dengan jelas, tapi-, saat ia mencengkeram dagu ku-,"
"A-apa?? dia menyentuh mu??" Frederick menampilkan wajah serius, matanya bahkan melotot dan menelisik setiap inci dari wajah Reyna.
"Begitulah! untung saja dia tak mencekik leher ku!"
"Apa maksudmu, Rey??"
"Aku sempat meludahi wajahnya!" Reyna terkekeh dengan senyum mengembang di bibir.
Astaga!! jangan sampai pembunuh berdarah dingin itu tertarik pada gadis ini! nyali mu terlalu besar Reyna! tapi kenapa sekarang justru diriku yang merasakan kekhawatiran yang cukup besar?
"Reyna!!!"
"Apa??"
"Tolong jangan lagi pulang malam! berjanjilah padaku!!"
"Apa maksud hatimu sebenarnya Frederick?? apa kau mencemaskan diriku?" Reyna mendekatkan wajah, ia justru bertingkah usil dengan mengedipkan satu mata.
"A-apa?? tentu-, tentu saja aku mencemaskan dirimu wahai gadis nakal!!! bagaimana bisa aku mengabaikan sahabat ku sendiri? terlebih lagi-, yang sempat kau ludahi itu -, dia bukanlah pria sembarangan Rey!!"
Sahabat??? dia selalu menganggap ku sebagai sahabat yang lebih muda ...,
"Tapi aku harus bekerja!! aku ingin kembali merebut rumah milik kedua orang tuaku yang telah dijual oleh paman Lupin!"
Reyna yang kembali tertunduk sendu, membuat telapak tangan Frederick tergerak serta mendarat pada surai rambut sang gadis.
"Aku bisa membantu mu-, mungkin!"
"Jangan mengasihani ku!! atau aku akan meminta lebih!!??" Reyna terkekeh sembari mengalihkan pandangan.
"Rey-,"
"Hmmmm??"
Telapak tangan Frederick yang kini terasa pada surai rambutnya perlahan membuat Reyna memberanikan diri untuk kembali menatap pria yang ia kagumi semenjak ia duduk di secondary school.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau ungkapkan padaku?"
"Sesuatu???" Reyna menjeda kalimat, ia memperhatikan paras Frederick yang lagi-lagi membuat degup jantungnya berdebar dengan tak beraturan.
"Perihal masa lalu atau mungkin masa depan!"
"Satu-satunya yang ingin ku ungkapkan padamu adalah -, jangan selalu memandang ku sebagai anak kecil! aku sudah dewasa sekarang!!"
"Waaah ..., benarkah seperti itu? apa kau yakin??" Frederick seketika menampilkan gelak tawa sembari mengacak-acak surai rambut gadis yang kini mencoba untuk menghindar dari dekapannya.
"Hentikan Frederick!!!"
"Kau ini sungguh manis sekali Rey!!"
"Aku bukan anak kecil!! berhentilah mencubit pipi ku! apa kau lupa aku sedang terluka?"
"Aaaaaghh!! maaf-, tapi bagaimana bisa aku melepaskan gadis cantik nan menggemaskan seperti dirimu Reyna?!"
"Kau harus melepaskan ku," suara lirih yang terlontar dari bibir Reyna seketika membuat Frederick menghentikan pergerakan, raut wajahnya pun berubah tatkala mendapati ekspresi dingin dari Reyna.
"Why??"
"Karena aku sungguh sudah dewasa, kakak!!" senyum indah yang kembali tertampil di bibir Reyna justru membuat Frederick kebingungan dalam diam.
Reyna -, dirimu sungguh gadis yang sulit untuk ditebak! aku bahkan tak mampu memahami sedikit pun tentang semua pernyataan yang kau ucapkan, kepribadian mu yang ceria namun tertutup! hal itu sungguh membuatku bingung Rey-,
"Mmmm-, apa kau tak akan segera kembali ke kantor polisi? maksud-, ku! ini sudah malam!"
"Waaaah!!! kau berusaha mengusirku secara halus rupanya??"
"Begitulah!! kau tak mungkin menginap di apartemen ku yang sempit ini bukan? hal itu akan sangat menyebalkan!"
"Baiklah! baiklah!! aku pergi sekarang!!"
Frederick beranjak ia menyambar kaleng soda sebelum akhirnya melangkah pergi tanpa ingin menoleh pada gadis yang kini membeku atas kepergian nya.
Setidaknya dia masih menunjukkan kepeduliannya terhadap diriku! rasanya itu sudah cukup! aku bahagia untukmu, Frederick!
****
'Hai sweetie!!! kita bertemu lagi??
"Astaga!!!"
Alarm pada jam weker yang terdengar cukup nyaring nan berisik akhirnya membuat Reyna tersentak, gadis itu terengah! dadanya naik turun karena nafas yang tak beraturan.
"Apa yang terjadi? kenapa diriku jadi ketakutan seperti ini?? pria yang ku temui-, bagaimana jika dia benar-benar mengincar ku karena rasa kesal?" Reyna bergumam sembari mencoba mendudukkan diri, jemarinya kini sibuk meredakan benda berbentuk bulat dengan kedua telinga kelinci pada sudut atas yang setia membangun dirinya di pagi hari.
Frederick melarang ku untuk pulang larut malam! aaaaaghh!! tapi apa Vema bisa pulang tepat waktu?? aku tak mungkin meninggalkan gadis itu, Tuhan!!