Tampan, mapan dan populer rupanya tidak cukup bagi sebagian perempuan. Vijendra sendiri yang menjadi objek dari ketidak syukuran pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan pacar. Ia memilih mengakhiri semuanya saat mendapati perempuan yang ia kasihi selama 3 tahun lamanya sedang beradu kasih dengan laki-laki lain.
Cantik, berprestasi dan setia juga sepertinya bukan hal besar bagi sebagian laki-laki. Alegria harus merasakan sakitnya diputuskan sepihak tanpa tahu salahnya dimana.
Semesta rupanya punya cara sendiri untuk menyatukan dua makhluk yang menjadi korban ketidak syukuran hingga mereka sepakat untuk menjadi TEMAN BAHAGIA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Baik-baik Saja
Alegria
Kedatangannya ke desa disambut dengan sangat baik oleh warga setempat. Ini sudah memasuki hari ke -3 ia berada di sini. Sudah ada beberapa program kerja yang telah disepakati oleh aparat desa dan juga bidan desa selama mereka KKN. Misalnya saat hari Senin dan Kamis, mereka akan ke sekolah SD dan SMP untuk bagi vitamin dan juga tablet tambah darah. Sementara di hari Sabtu dan Minggu, akan ada sesi bimbingan belajar untuk anak kelas 1-4 SD di posko.
"Ini gak apa-apa ambil projek yang dua ini?" tanya Fathan.
"Kenapa harus apa-apa? Setidaknya ada beberapa proker yang bisa dijalankan tanpa harus kerja keras." Yoga mengemukakan pendapatnya.
"Ya, pembagian vitamin dan tablet tambah darah masuk dalam bidang kesehatan. Sementara bimbel masuk dalam bidang pendidikan. Sekarang kita sisa memikirkan hal lain yang sekiranya bermanfaat untuk sekitar dan juga bermanfaat untuk kita semua." ujar Ali.
Alegria, Naku dan Keanu memilih menjadi pendengar saja dan berbicara saat mereka diminta untuk berbicara.
"Ada ide?" tanya Yoga.
"Aku kepikiran untuk buat biogas. Masak pake tungku dua hari ini benar-benar menjadi pengalaman baru buatku. Barangkali biogas ini membawa manfaat kepada sekitar." Alegria lebih dulu menjawab.
"Adain senam deh, tiap Minggu pagi. Untuk ibu-ibu apa lansia." Keanu juga memberikan pendapatnya.
"Okay, pendapat di terima. Tapi Ade, pembuatan biogas tidak semudah apa yang ada dalam benak kita semua. Ini membutuhkan ruang dan biaya yang lebih." ujar Fathan.
Ale mengangkat kedua bahunya. "Ini bisa gak sih ngajak sponsor?" tanyanya.
"Ini juga yang gue pikirkan." cetus Naku.
"Nah, ada jalan keluar untuk dananya. Sekarang sisa sosialisasi ke masyarakat tentang biogas, barangkali bisa lebih open minded dan menerima saran kita." ucap Yoga.
"Sabi lah." Fathan mengangguk pada akhirnya.
Kesibukan Alegria selama KKN rupanya berhasil menjauhkan pikirannya dari situasi tidak mengenakkan yang belum lama ini menimpa dirinya. Tawanya bahkan terdengar sangat merdu di telinga teman-temannya.
"Syukur gue gak liat Lo nangis lagi." ucap Yoga.
Alegria tersenyum mendengar ucapan Yoga barusan. "Nangis karena galau? Apa itu?" katanya dengan gaya songong.
"Songong bener Lo." Fathan menjitak kening Ale yang kebetulan duduk di sebelahnya.
"Aduh, Fathan, sakit tahu " rengek Ale.
"Noh, si Ade nangis noh." goda Keanu.
"Eh iya, kok Lo bisa dipanggil Ade sih? Atau mungkin karena Lo terlalu muda yah? Umur Lo baru mau 19 kan?" tanya Naku.
Alegria mengangguk. Ia memperbaiki posisinya dulu sebelum menjawab, "Ade tuh singkatan namaku, Alegria Danantya. Diambil masing-masing dari inisialnya, jadi AD. Eh orang-orang malah manggil aku Ade, hampir banget jadi Adek."
"Owalahh." yang lain mengangguk mengerti.
Disaat siang seperti ini, mereka memang memiliki sedikit waktu luang untuk makan dan beristirahat. Masakan Alegria selalu habis tak tersisa, seolah teman-temannya memang sangat kelaparan.
"Huaahh, nganthuuuuuk." Naku menutup mulutnya saat menguap.
"Tidur deh, sebelum para bocil Lo datang." suruh Yoga.
Jadi Naku dan Keanu memang sangat disenangi oleh para bocil di sekitar sini. Biasanya saat sore hari, para bocil akan datang dan mengetuk pintu posko, lalu mengajak Keanu dan Naku pergi entah kemana. Tapi yang terakhir kali, dua mahasiswa itu diajak ke sungai untuk mandi-mandi dan baru pulang saat sudah gelap. Hal itu membuat Alegria ngomel bak ibu-ibu yang anaknya pulang kemalaman.
Hingga hari-hari terus berjalan, tak terasa ini sudah hari ke-8 mereka di desa yang asri ini. Selama itu pula, Alegria merasa baik-baik saja dan bahkan melupakan patah hatinya karena diputuskan tanpa alasan yang jelas oleh Argantara. Argantara Pratama, putra dari Arza dan Afia, yang merupakan teman sekolahnya saat TK dan SD dulu. Namun mereka terpisah saat Arza di mutasi ke salah satu daerah perbatasan. Keduanya kembali bertemu saat Argantara hendak ke Trinzall dan Alegria hendak masuk ke universitas. Ya, Mahalaga kembali mempertemukan keduanya, hingga menjadi saksi sampai mereka menjalin asmara anak remaja. Argantara yang menjadi seorang taruna dan Alegria menjadi mahasiswa, sungguh sebuah jalinan asmara yang diimpikan banyak orang.
✨✨✨
Vajendra
"Gak usah suntuk banget tuh muka." cibir Alden pada sahabatnya. Ia memang baru tahu jika Vajendra putus dengan kekasihnya. "Perasaan gue gak sibuk-sibuk banget deh, kok yah baru tahu kalau Lo udah jomblo." kalimat tadi sebenarnya bentuk sebuah penyesalan dari seorang Alden, namun sarat akan ledekan juga.
"Gak usah ngeledek." ujar Vijendra. "Udah lewat juga." katanya lagi.
"Ya kan gue baru tahu, sob. Sorry deh." ucap Alden.
"Mau gue maafin?" tanya Vajendra.
"Gak usah, makasih." sarkas Alden.
Vajendra tertawa. Padahal ia baru saja hendak mengajak sahabatnya yang satu ini untuk mendatangi club yang terletak di pusat kota. Barangkali pikirannya yang kacau bisa membaik saat ia mendatangi tempat lacknat itu.
"Tunggu pekerjaan gue agak longgar, sekalian deh sampai tesis gue selesai. Habis itu gue ajak Lo liburan, hitung-hitung sebagai bentuk empati dari gue." janji Alden.
"Wah, pengusaha mah beda yah." cibir Vajendra.
"Lo masih lama kan di Atlantis?"
Vajendra mengangguk. "Liburan musim panas, club libur 2 bulan, tapi tetap ditekan untuk menjaga kebugaran tubuh."
"Okay. Kita ke Tenggara Atlantis, sekalian nanti besuk adek gue."
Sebelah alis Vajendra terangkat mendengar ucapan Alden tadi. "Adek Lo?"
Alden mengangguk.
"Cari apa dia di sana? Kok jauh? Bukannya di Mahalaga yah?" tanya Vajendra tanpa henti.
"Ya iya, kuliahnya di Mahalaga. Cuman sekarang lagi KKN dan gue gak sempat temui dia sebelum berangkat kemarin. Makanya gue berniat untuk besuk dia nanti. Lagian di Tenggara Atlantis terkenal dengan keindahannya, barangkali Lo bisa merasa terhibur."
"Semoga." harap Vajendra.
Karena sudah cukup larut, Vajendra lalu pamit pulang dari kediaman Harrison. Niatnya untuk ke club hanya sebatas niat saja, buktinya mobilnya terus melaju ke kediaman orang tuanya yang terletak di pinggir kota. Ya, Isa dan Dika memang memilih untuk pindah dari apartemen sejak Velma lahir. Yang belakangan ia tahu alasannya adalah karena takut ruang main mereka terbatas saat di apartemen. Ya memang benar, setidaknya masa kecilnya di pinggir kota meninggalkan banyak memori indah bersama adiknya dan teman-temannya.
"Masih galau yah?" tuding Velma saat melihat kakaknya hendak memasuki kamar.
"Dih, nggak lah. Gue okay." jawab Vajendra.
"Ku kira." beo Velma.
"Kenapa belum tidur? Udah jam 11 padahal."
"Ini baru mau tidur. Tadi kerja tugas dulu. Bye!"
Vajendra lalu masuk ke kamarnya sendiri untuk beristirahat. Selain menjaga kebugaran tubuhnya, ia juga harus menjaga pola makan dan pola tidurnya.
Mau pantengin terus sampai tamat ahh 😁
Semangat kak bikin ceritanya 🤗 ditunggu sampai happy ending yahh 😘