Menikah dengan pria yang bahkan belum pernah ia temui? Gila!
Ceira Putri Anggraini tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam semalam. Dari seorang gadis yatim piatu yang berjuang di tengah kemiskinan, kini ia menjadi istri dari Daniel Dartanto, pria berusia 30 tahun yang kaya, dingin, dan penuh misteri.
Pernikahan ini terjadi karena utang budi. Tapi bagi Daniel, Ceira hanyalah kewajiban.
Satu atap dengan pria yang nyaris tak tersentuh emosi, Ceira harus bertahan dari tatapan tajam, sikap dingin, dan rahasia besar yang disembunyikan seorang Daniel.
Namun, semakin lama ia mengenal Daniel, semakin banyak pertanyaan muncul.
Siapa sosok yang diam-diam Daniel kunjungi di rumah sakit?
Kenapa hatinya mulai berdebar di dekat pria yang awalnya ia benci?
Dan yang paling penting—sampai kapan ia bisa bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nedl's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Desas-desus
Ceira menggeliat pelan di atas ranjang yang empuk. Matanya masih setengah tertutup saat ia meraba-raba selimutnya, mencari sedikit kehangatan. Namun, yang ia temukan justru ruang kosong di sebelahnya.
Daniel tidak ada.
Ceira langsung bangun dan menatap sisi ranjang yang dingin. Tidak ada jejak bahwa pria itu pernah tidur di sana semalaman. Entah kenapa, perasaan aneh merayapi hatinya. Lega karena bisa terbebas dari rasa canggung, tapi juga penasaran.
“Kemana dia?” gumamnya pelan, mengerutkan dahi. "Ah bukan urusan gue juga."
Ceira beranjak dari ranjang dan meregangkan tubuh. Ia berjalan menuju jendela besar di kamar itu, menarik tirai yang menutupi pemandangan luar. Sinar matahari pagi menyilaukan matanya sesaat, tapi kemudian ia tersenyum kecil.
"Yah, setidaknya pagi ini gue bisa bernapas tanpa perlu takut ditatap tajam sama pria dingin itu!" katanya dengan nada penuh kemenangan.
Setelah mandi dan mengenakan pakaian santai, Ceira turun ke lantai bawah. Harumnya kopi dan roti panggang langsung menyambutnya, membuat perutnya yang sejak tadi belum terisi mulai protes.
Di dapur, ia mendapati seorang wanita anggun dengan apron sedang sibuk menyiapkan sarapan bersama beberapa asisten rumah tangga. Wanita itu adalah ibu mertuanya, Gina Dartanto.
Ceira menelan ludah menuruni tangga perlahan.
"Ah, Ceira. Kamu sudah bangun?" suara lembut Gina menyapa.
Ceira mengangguk kaku. "E-eh iya tan, Selamat pagi!"
Gina tersenyum kemudian menggeleng. "Panggil mama aja, kan sekarang kamu sudah jadi anak mama juga." Lalu Gina melirik meja makan yang hampir siap. "Kamu lapar? Duduklah, biar mama buatkan teh hangat."
Ceira menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Eh gak usah repot-repot ma ... harusnya aku bantu mama bukan malah merepotkan gini. Kan aku menantu di rumah ini ... bukannya malah ongkang-ongkang kaki nunggu sarapan heheh."
Gina terkekeh kecil. "Tenang saja, sayang. Mama sudah terbiasa. Kamu boleh duduk dan menikmati sarapan dulu."
Ceira merasa semakin tidak enak. Sejak kapan ada menantu yang santai di pagi hari sementara ibu mertuanya sibuk di dapur? Ini benar-benar kebalikan dari sinetron yang biasa ia tonton!
Tiba-tiba, tubuhnya bergerak sendiri. Ia mengambil celemek yang tergantung di dekat lemari dan mengikatnya di pinggang. "Baiklah! Aku akan membantu!"
Sebuah panci hampir jatuh saat ia mencoba mengangkatnya, membuat asisten rumah tangga yang lain menahan napas ngeri. Ceira juga hampir tersandung saat hendak mengambil piring.
"Aduh, kenapa aku sebodoh ini sih?!" bisiknya sendiri, sementara para asisten rumah tangga menatapnya dengan ekspresi antara kagum dan takut.
Gina hanya tersenyum melihat kekonyolan menantunya itu. "Baiklah, Ceira. Mungkin untuk hari ini cukup duduk dan nikmati sarapan, ya?"
Ceira meringis. "Baik, Ma...,"
...****************...
Di tempat lain, Daniel berdiri di sebuah kamar rumah sakit yang tenang. Matanya yang tajam menatap sosok yang terbaring lemah di atas ranjang, seseorang yang sudah empat tahun ini tidak sadarkan diri.
Tangan pria itu mengepal di saku celananya. Ia terjaga semalaman karena tadi malam nyawa orang ini hampir saja melayang. Detak monitor jantung yang melemah beberapa jam lalu sempat membuatnya takut kehilangan.
Daniel menarik napas panjang, lalu duduk di tepi ranjang. Sorot matanya berubah. Tidak ada lagi kedinginan di sana, hanya ada ketenangan dan kerinduan.
"Aku masih di sini," bisiknya pelan. "Aku tidak akan berhenti mencari cara agar kamu sadar kembali...,"
Jari-jarinya terulur, hampir menyentuh tangan yang lemah itu, tapi ia menahannya. Sakit di dadanya semakin menguat.
"Kumohon ... bangunlah ...,"
Ruangan itu sunyi. Hanya suara mesin medis yang menemani.
Daniel mengembuskan napas berat, lalu berdiri. Ia menatap satu kali lagi sebelum akhirnya keluar dari ruangan, kembali ke dunianya yang penuh dengan urusan bisnis dan kewajiban.
Sementara itu, di kantor pusat perusahaan Daniel, suasana sedang ramai oleh bisik-bisik dan gosip.
"Jadi beneran Pak Daniel menikah?" seorang karyawan perempuan berbisik kepada rekannya.
"Iya! Tapi nggak ada satu media pun yang ngeliput. Rahasia banget, kan?"
Di sudut kantin, dua perempuan duduk sambil menikmati sarapan mereka—Lestari dan Maya.
Lestari, sekretaris pribadi Daniel, menghembuskan napas berat sambil memijat pelipisnya. "Hufttt sumpah ya, gila banget pagi ini! Masa dia marah-marah cuma karena gue telat satu menit kirim laporan proyek! Satu menit, Maya. Satu menit!"
Maya yang merupakan penggemar berat Daniel, langsung membela. "Ya ampun Tarii, itu bukan masalah satu menit, tapi masalah profesionalisme! Ingat profesionalisme!! Lo kan tau sendiri Pak Daniel itu orang nya perfeksionis banget!"
Lestari menatap sahabatnya itu dengan mata nyaris melotot. "Serius Maya! Dia nyaris bikin telinga gue budek pagi ini, tau nggak?!"
Maya terkikik. "Gue ini penggemarnya, jadi sorry banget gak bisa ada dipihak lo hahaha. Tapi serius deh, dia itu luar biasa. Berkarisma, tampan, kaya, tegas, dan berwibawa. Sempurna banget, kan?" ucap Maya dengan mata berbinar-binar.
Lestari mendengus. "Terserah lo. Gue sih udah muak! Tahun depan gue bakal resign kalau tabungan gue udah cukup. Nggak sanggup gue kerja di bawah tekanan kayak gini."
Maya tertawa. "Yaudah, deh. Tapi sebelum lo resign, coba kasih tahu gue siapa istri Pak Daniel! Gue kepo banget soalnya dari kemarin scroll sosmed gak nemu hufft!"
Lestari menggeleng. "Mana gue tahu? Bahkan di kantor ini nggak ada yang tahu siapa wanita beruntung itu. Pernikahan mereka tertutup rapat. Atau tanyain aja sana sama asisten kesayangan Pak Daniel."
"Zain? No no, lo kan tau gue musuhan banget sama dia."
Maya menopang dagunya. "Ck, misterius banget. Gue yakin dia pasti cantik dan berkelas. Tapi nggak akan lebih cocok dari gue buat Pak Daniel."
Lestari hanya mendelik. "Maya, lo delusional."
"Biarin, yang penting gue tetap fans nomor satu!"
Di luar kantin, seorang pria tinggi berjas hitam berjalan dengan langkah tegas menuju ruangannya.
Daniel Dartanto.
Tatapan tajamnya mengintimidasi siapa pun yang melihatnya. Tidak ada yang berani menyapa, apalagi mengusik. Tapi bisik-bisik tentang dirinya terus beredar di seluruh gedung.
Pernikahannya masih jadi misteri.
Dan semua orang bertanya-tanya...
Siapa sebenarnya wanita yang berhasil menikah dengan pria sekaku dan dingin seperti Daniel Dartanto?
Bersambung......
maka nya aku baru baca prolog nya
oh ya kak jangan lupa baca novel aju judul nya Istri kecil tuan mafia