NovelToon NovelToon
Jerat Hati Sang Duda Dominan

Jerat Hati Sang Duda Dominan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / One Night Stand / Selingkuh / Teen Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lifahli

"Mengemislah!"

Awalnya hubungan mereka hanya sebatas transaksional diatas ranjang, namun Kirana tak pernah menyangka akan terjerat dalam genggaman laki-laki pemaksa bernama Ailard, seorang duda beranak satu yang menjerat segala kehidupannya sejak ia mendapati dirinya dalam panggung pelelangan.

Kiran berusaha mencari cara untuk mendapatkan kembali kebebasannya dan berjuang untuk tetap teguh di tengah lingkungan yang menekan dan penuh intrik. Sementara itu, Ailard, dengan segala sifat dominannya terus mengikat Kiran untuk tetap berada dibawah kendalinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lifahli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Terpaksa Menjual Diri

...Happy reading!...

...Warning 18++...

...•••...

"Pakai kembali pakaianmu," ujar Ailard dengan nada lesu, terduduk di sofa sambil menatap lantai. Ia tak menyangka Kirana masih perawan, sesuatu yang sama sekali di luar dugaannya.

Kirana dengan cepat mengenakan kembali pakaiannya, matanya tertuju pada noda darah yang menetes di lantai. Hatinya kacau, namun ini adalah jalan yang ia pilih. Kini, statusnya sebagai seorang gadis telah berubah selamanya.

Ailard menghela napas panjang. Di antara semua perempuan yang pernah bersamanya, Kirana adalah kesalahan terbesar. Ia tak pernah ingin merusak seorang gadis yang masih murni, apalagi dengan cara seperti ini. Meski sebrutal apapun Ailard dalam urusan wanita, ia selalu menghindari yang masih tersegel. Namun, kali ini, semuanya sudah terlanjur terjadi.

"Mendekatlah, duduk di sini," katanya sambil menepuk sofa di sebelahnya. Kirana, meski ragu, mengangguk pelan dan duduk di sampingnya.

"Bagaimana kamu bisa berada di pelelangan itu, Kirana?" tanyanya, suaranya pelan.

Kirana terdiam sejenak, mencari kekuatan untuk menjawab pertanyaan itu. Dengan tarikan napas dalam, ia mulai bicara.

"Keluargaku punya hutang besar, Tuan. Tidak ada pilihan lain. Aku memutuskan melakukan ini demi membayar segala hutang keluargaku."

Ailard tertegun. Ia tak habis pikir kenapa seorang gadis muda seperti Kirana memilih jalan ini. Dengan begitu banyak pilihan pekerjaan, kenapa dia memilih terperangkap di dunia kelam seperti ini? Tapi, di satu sisi, ia memahami bahwa keadaan bisa membuat seseorang nekat. Mungkin Kirana merasa tak punya pilihan lain. Pikiran realistis yang kadang muncul di situasi yang putus asa.

"Saya tidak suka terlibat dengan perempuan yang membawa masalah seperti kamu, Kirana," ucap Ailard tegas. "Saya akan bayar kamu dua ratus juta. Itu sepadan dengan harga yang sudah saya bayar di pelelangan dan... keperawananmu." Setelah berkata demikian, Ailard berdiri dan berjalan menuju bar, meneguk minumannya kembali.

Kirana duduk terdiam, pikirannya berputar. Ia sangat butuh uang dalam jumlah besar untuk melunasi hutang keluarganya yang mencapai lima miliar. Menjual dirinya di pelelangan bukan solusi yang bisa diulang lagi. Ailard mungkin satu-satunya orang yang mampu membantunya keluar dari masalah ini, meskipun gagasan itu gila.

Dengan tekad yang tiba-tiba muncul, Kirana berdiri dan mendekati Ailard. Tanpa meminta izin, ia duduk di sampingnya, memutuskan bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk

bisa melunasi hutang keluarganya dalam jumlah yang besar.

"Berani sekali kamu duduk tanpa izin saya!" Ailard mendesis, suaranya penuh amarah dan otoritas. Matanya membara, menatap Kirana dengan tatapan yang tajam, seolah-olah tindakannya itu telah melanggar aturan tak tertulis yang tidak boleh dibantah.

Kirana merasakan jantungnya berdegup kencang, tetapi dia tidak bergerak dari tempatnya. Meskipun ada ketakutan yang mendesak di hatinya, dia tidak bisa mundur sekarang. Dengan napas tertahan, dia mencoba berbicara, meski tahu pria di depannya tidak mudah diajak kompromi.

"Tuan Ailard... saya tidak punya pilihan lain. Saya harus melunasi hutang keluarga saya, dan—" Kirana mencoba menjelaskan, namun kata-katanya segera terhenti saat Ailard menyeringai, tatapannya semakin tajam.

"Diam!" Ailard membentaknya, memotong pembelaan Kirana dengan nada dingin. "Saya tidak peduli alasanmu! Kamu pikir kamu bisa membuat kesepakatan dengan saya setelah apa yang terjadi?" Nada suaranya semakin rendah, berbahaya, dan tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Saya memegang kendali penuh di sini, bukan kamu!"

Kirana gemetar mendengar ancaman dalam suaranya. Namun, dia tahu, di balik segala otoritas dan ketegasan Ailard, ini adalah satu-satunya kesempatan baginya. Dia harus bersikap cerdas.

"Saya akan melakukan apapun, Tuan Ailard..." bisiknya pelan, suaranya hampir tak terdengar, penuh ketakutan tapi juga dengan tekad yang tidak bisa dipadamkan.

Ailard menatapnya lama, seolah mempertimbangkan tawarannya, namun egonya yang tersentil membuatnya semakin angkuh. "Kamu akan melakukan apa pun yang saya katakan. Dan jika kamu melanggar perintah sedikit saja, kamu akan menyesalinya, memang kamu siap untuk itu?"

Kirana mengangguk cepat, tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain.

Ailard terkekeh pelan, "stupid girl! Saya pikir saya sebodoh itu ingin bermain dengan perempuan problematik seperti kamu? Mimpi saja!"

Bukannya Kiran sadar diri, ia malah mengambil sikap berdiri dan melepaskan pakaiannya kembali didepan mata Ailard yang tengah menontonnya begitu sangat dekat.

Ailard sendiri merasa tertantang dengan keberanian perempuan ini. "Jadi sekarang kamu benar-benar melacur ya?" Ailard menatap Kirana dengan tatapan penuh penguasaan, memeriksa setiap gerakannya. Sikap Kirana yang mendadak berani membuatnya terdiam sejenak, tetapi egonya yang besar tak mungkin membiarkan situasi ini berlalu begitu saja tanpa reaksi keras.

Kirana, meskipun hatinya berdebar keras, memilih untuk terus maju. Dia tidak menjawab pertanyaan Ailard, melainkan melangkah lebih dekat, tanpa ragu. Tubuhnya menggigil saat dia mencondongkan diri dan menekan bibirnya ke bibir pria itu, mencoba mencari cara untuk mempertahankan posisinya.

Ailard merespon dengan ciuman yang lebih intens, tangannya bergerak dengan otoritas, namun ada rasa penguasaan yang jauh lebih dalam di sana. Sementara Kirana mencoba menyesuaikan diri dengan permainan ini, Ailard menghentikan gerakan mereka secara tiba-tiba.

Dia memegang Kirana di tempatnya, tidak memberi ruang untuk bergerak, lalu berbisik dengan nada mengejek, “Kamu benar-benar putus asa sampai-sampai kamu berpikir ini akan mengubah segalanya? Kamu tidak akan bisa kembali lagi setelah ini dan kamu akan menjadi mainan saya diatas ranjang.”

Kirana merasakan kekejaman dalam kata-katanya, tapi ia tetap tak mundur. Dia tahu betapa rumitnya situasi ini, tetapi pilihan untuk mundur sudah hilang sejak awal. Semua ini demi keluarganya, bukan tentang kehormatan atau martabat pribadi lagi.

"Aku tahu," jawabnya pelan, suaranya nyaris berbisik. "Aku tidak punya pilihan lain. Jika ini harga yang harus aku bayar, maka aku akan menerimanya."

Ailard tertawa kecil, nadanya dingin. "Bagus. Kamu akan tetap di sini selama saya menginginkannya. Jangan harap ada belas kasihan dari saya. Mulai sekarang, kamu adalah milik saya—sampai dimana saya bosan nanti."

Kirana hanya bisa mengangguk, mempersiapkan dirinya untuk konsekuensi dari keputusan ini. Baginya, keluarganya, terlebih kepada sang ibu dan adiknya begitu penting daripada apa pun yang harus ia korbankan.

Diambilnya langkah lebih dulu, Kiran mencium kembali bibir Ailard, ia berusaha mengikuti nalurinya saja dan melakukannya yang ia bisa. Ailard sudah tak-takhan dengan Keamatiran perempuan ini, ia gendong tubuhnya dan membawanya keatas ranjang miliknya

Ailard melemparkan Kirana dengan lembut ke atas ranjang, matanya penuh nafsu. "Let's start the game," bisiknya dengan nada tegas, hampir seperti sebuah mantra gelap yang tak terelakkan.

Kirana hanya bisa pasrah. Hatinya berdebar kencang, bukan karena gairah, melainkan karena hidupnya akan berubah total setelah ini.

Disaat dambaan ciuman Ailard membrutal di tengkuknya, ia tatap langit-langit kamar pria ini, namun itu hanya sesaat karena ia tak bisa menahan rintihan dari mulutnya ketika sesuatu yang basah menyisir bagian atas gunung kembarnya yang menyembul dari balik kain hitam.

"Ha..."

"Sial! Perawan bisa semanis ini, rasamu berbeda Kiran. Fuck! Kamu benar-benar menghancurkan isi kepala saya."

Kiran berusaha untuk tidak larut dalam hasrat pria ini, namun tubuhnya mengkhianatinya, mengatakan sesuatu yang sama sekali berbeda.

"Ha-uhk! "

Ketika tubuhnya menegang, gemetar karena kejang yang tidak lazim yang tubuhnya berikan, tangan Ailard semakin nakal membuka kasar pengait bra miliknya hingga kedua benda bulat dengan ukuran sedang itu nampak jelas terlihat oleh kedua matanya, tanpa sehelai benangpun yang menutupi.

“Dan ini adalah bagian yang paling menyenangkan bagi saya!"

Disaat tubuh atasnya sudah polos, pria itu menyusup di kedua sikembar bergantian, begitu bernafsu seperti seorang bayi yang kehausan. Ia kul*m daging segar dihadapannya sampai-sampai membuat Kiran tak kuasa mendayu.

Ailard terus bergerak menyentuh apapun yang dapat membuat Kiran mendesah, kini sentuhannya begitu intens menari-nari di sekitar perutnya, makin bergerak turun dan ia syok bukan main saat jari tangannya masuk kedalam inti tubuh Kiran dibawah sana. Untuk pertama kalinya perasaan jijik namun mengingini hal lebih yang ia juga tak paham apa terasa sampai ulu hatinya.

Kiran bergerak seirama dengan jemarinya yang menusuk, menyebabkan pilarnya yang terjepit di antara tubuhnya dibelai kasar. Setiap kali, napas di pipinya dan daging lidah pria ini yang menyentuh sikembar terasa panas, seolah-olah tubuhnya sedang dimasak.

"Tuan, sungguh ini aneh sekali. Aku tak suka tapi—"

Mendengar bisikannya yang bercampur napas tersengal-sengal, dia mengerang.

"Jangan naif Kiran, tubuhmu tak menolak sentuhan saya, dan sekarang kamu harus memohon pada saya untuk melakukannya, saya tidak akan berhenti menyiksamu seperti ini jika kamu tidak memohon." Tidak ada yang lebih baik daripada melakukannya secara sukarela hanya agar Kiran menyerah pada ilusi naif nya sendiri.

“Uung… Kumohon…”

Suaranya yang terisak berbisik di telinga Ailard. "Say again?"

Kiran tak berdaya, ia ingin sesuatu memasuki inti tubuhnya dibawah sana. Rasanya sangat tidak enak dan ia ingin menangis.

"Tuan, aku mohon tolong... tolong ini sangat aneh aku mohon jangan begini—ugh...iya masuki milik Tuan..." Lirihnya, air mata menggenang di kedua sudut mata Kiran, wajahnya benar-benar memohon pada Ailard untuk memua*kan tubuhnya dibawah sana.

Akhirnya pria itu mendorong miliknya menorobos masuk kedalam dengan sedikit kesusahan, saat sudah berhasil dan tenggelam didalam ia menahannya dengan kuat di tempatnya, mencegahnya melarikan diri. Karena saat ini ia sangat ingin jatuh kedalam surga seorang gadis, dan Ailard begitu puas saat Kiran memohon padanya untuk melepaskan miliknya terbenam didalam inti tubuhnya yang masih begitu sempit.

"Ha-uhk! "

"Panggil saya dengan sebutan lain, saya tak suka kamu memanggil seperti itu." Ia terus memacu tubuhnya bergerak liar seperti orang kesetanan, sungguhan rasanya sangat begitu nikmat, berbeda dengan rasa yang ia selalu dapat dari perempuan yang biasa melakukan seperti ini.

Kiran tak langsung menjawab, sebab rasa yang diberikan Ailard begitu terasa memabukkan menggempur inti tubuhnya dibawah sana, ia sampai mengigit bibirnya saking rasa yang diberikan Ailard membuatnya lupa diri.

"Ah...anu Tuan, aku..."

Ailard tak suka dengan keleletan Kiran, ia dengan sangat sengaja melepaskan miliknya disaat eforia keduanya tengah bagus-bagusnya. Namun, egonya tak mau tersentil.

Begitu milik pria itu lepas, Kiran merasakan kekecewaan. Ia tak-takhu mengapa begini tapi miliknya ingin sekali dimasuki lagi. Kirana benar-benar mengkalim dirinya begitu menjijikan.

Ailard malah kembali menciumi tengkuknya, sikembar, dan mencumbui bibirnya sampai rasanya sudah membengkak. Tapi ia menginginkan rasa yang tadi, rasa yang penuh dibawah sana.

"Tu—Mas...apa boleh aku panggil kamu begini?"

Ailard mencengkeram pinggulnya erat-erat sambil tangannya terlepas sejenak dan memberinya peringatan sebelum dia melangkah maju.

"Good! Say again!"

"Mas...Mas sungguhan ini, aku tidak mengerti rasa kosong yang terus berkedut dibawah sana,"

Mendengar suara mendayu itu membuat Ailard tersenyum menyeringai, ia sangat begitu menikmati ekspresi menderita diwajah Kiran.

"Mas...aku mohon!"

Dia meremas dagu Kiran dengan tangan lainnya yang membelai sikembar, menatap matanya begitu intens.

"Apa yang kamu mau heum?" Ia ingin bermain-main dengan perempuan yang sudah tak gadis lagi ini. Suka sekali melihat wajah tersiksanya.

Kiran menggeleng tidak tahu, tentu saja mendapatkan lirikan tajam dari Ailard. "Apa seperti ini?"

JLEB.

Ailard memasukinya dengan kasar namun saat tubuhnya bergerak liar, Kiran tak merasa dikasari justru ia menikmati sesuatu yang ia benci dan ia menjadi perempuan menjijikan saat menikmati nya.

Mereka melakukannya berulang kali, klimaks berulang kali dan berhenti ketika mendekati fajar. Bukan karena keduanya mengingini, melainkan Ailard yang lebih mendominasi gairah semalaman tadi hingga dirinya tak pernah puas untuk terus mengeksplorasi setiap bagian tubuh mantan gadis ini.

1
Nus Wantari
lanjut thor
Septanti Nuraini
kapan update lagi
nonaserenade: Sudah update tapi sedang proses penerbitan dari Novelton nya ya kak, palingan sebentar lagi terupdate. Terimakasih sudah menunggu bab selanjutnya🙏🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!