NovelToon NovelToon
Pendamping Hati Cucu Kyai

Pendamping Hati Cucu Kyai

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bunga Matahari Biru (Dybi)

Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.

Bagaimana kisah selanjutnya?, ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu s/d Jumat pukul 20.00


[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_04]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aneh

Sementara Aisyah dengan lamunannya, terlihat seorang laki laki bertubuh tinggi tegap yang memiliki kulit putih dan sedang mengerutkan keningnya menatap adiknya sedang melamun. Tangannya pun menutup pintu dan bergegas menuju sosok yang masih dilihatnya. 

Dialah Ustadz Alfi dengan sejuta pesonanya. Laki laki yang berpakaian gamis berwarna hitam dengan kopiah hitam di tangannya. Dirinya sejak tadi rapat dan melaksanakan sholat Dzuhur bersama di dalam. Makanya dirinya tidak keluar saat uminya ada di teras karena memang dirinya tidak mendengar perkataan diluar sana. 

"Assalamualaikum...Ais?"seru Ustadz Alfi. Namun Aisyah masih sibuk dengan pikirannya.

"Aisyah"panggil Ustadz Alfi yang memposisikan dirinya dengan menekuk sebelah kaki dan menatap Aisyah penuh tanya.

"Aisyah"panggil Ustadz Alfi lebih jelas lagi dan sontak membuat Aisyah terkejut dan reflek menggerakkan tangannya.

Cetakkk

"Adduh, Astaghfirullah"keluh Ustadz Alfi memegang keningnya lalu berdiri. Tidak terduga dirinya dipukul pakai pulpen. Aish, keningnya jadi korban. Langsung berkedut-kedut rasa sakitnya sampai dirinya merasa pusing.

"Ya Allah, adduh sakit yaa kak?"ringis Aisyah membuat Ustadz Alfi mengerutkan keningnya dan menatap tidak percaya dengan ucapan sang adik diluar perkiraan BMKG. 

"Ya sakit dong, jelas kamu tadi memukul kening kakakmu ini menggunakan pulpen"kesal Ustadz Alfi yang melepas tangannya dari kening dan memakai kopiahnya. 

Aisyah melihat kening kakak laki lakinya memerah hanya dengan pulpen saat rambut hitam legam tersebut rapi akibat kopiah. Dirinya tentu merasa bersalah tapi tidak sepenuhnya juga sih. Kapan lagi membuat karya indah di kening kakak laki lakinya hehe. 

"Maaf ya kak"sesal Aisyah. Jujur dibalik itu, dirinya takut dengan kemarahan kakaknya. Kalau marah mukanya pasti datar dan sangat tidak mengenakan kalau kakaknya menjadi beruang kutub.

"Assalamualaikum Aisyah"ulang Ustadz Alfi yang langsung sigap dijawab oleh adiknya. Sedangkan dirinya terduduk di kursi berhadap-hadapan dengan adiknya ini.

"Wa'alaikumussalam Kak Al"Aisyah pun sampai mencium tangan kanan kakak laki lakinya sekaligus agar kemarahan kakaknya padanya menurun.

"Kamu melamunkan apa sampai tidak sadar dipanggil? Bagaimana kalau ada jin yang iseng"ucap Ustadz Alfi yang melihat sekeliling tempatnya sepi. Hanya ada mereka berdua diluar, sementara didalam ada Azzam sahabatnya yang saat ini memakan buah di meja makan.

"Itu... Umi nitip pulpen tapi kan kakak tahu Ais harus mencerna pesan Umi dengan baik agar tidak salah langkah"jawab Aisyah yang kemudian beristighfar sadar akan salahnya melamun sendirian.

"Pulpen itu bukan punyamu? Memangnya punya siapa?"bingung Ustadz Alfi memperhatikan pulpen asing yang ia baru sadar bukan milik Aisyah karena adiknya suka buah stroberi sepertinya dan bukan kuda poni.

"Ah iya, Ais baru ingat Kak. Tadi tuh Umi nitip ke Ais tapi lebih baik kakak pegang pulpen ini dan dijaga dengan baik. Ais ceroboh, takutnya pulpen punya kak Dila hilang"jelas Aisyah yang tangannya memberikan pulpen tersebut ditangan kakak laki lakinya.

"Hm.. Yaudah, biar kakak simpan."balas Ustadz Alfi yang berniat lebih lanjut bertanya dengan uminya saja nanti. 

Aisyah mengangguk lalu tersenyum penuh arti menatap Ustadz Alfi. Sedangkan yang ditatap mendadak tidak enak pikiran maupun hati. Apakah ada yang diinginkan dengan Aisyah darinya saat ini? Ia memang tidak boleh berburuk sangka namun Aisyah adalah adiknya dan ia tahu betul jati diri perempuan didepannya.

"Hehe kakak ganteng.. Em_boleh minta uang gak? Aisyah mau pergi Ya ya ya yaaaa"bujuk Aisyah tersenyum sebaik mungkin. 

Ustadz Alfi menggelengkan kepalanya lalu memberikan uang kepada adiknya. Entah dahulu uminya ngidam apa sampai lahirlah seorang Aisyah yang berbeda sifatnya dengannya. 

"Makasih dan Assalamualaikum kakak jomblo"pamit Aisyah kemudian mencium tangan Ustadz Alfi.

"Waalaikumussalam. Hati hati, kalau ada apa apa hubungi kakak segera"balas Ustadz Alfi memutar bola matanya sekilas lalu melihat Aisyah mulai hilang dari pandangannya.

Singkat cerita 

Ustadz Alfi sudah berada di rumahnya. Tidak ada orang, karena memang hanya dirinya saja yang berada dirumah saat itu. Untuk mengusir rasa bosan, Ustadz Alfi memilih membaca Al-Quran miliknya di sofa ruang tamu. Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan dilanjut pintu terbuka dari luar menampilkan seorang ibu yang sudah mengandungnya dan yang ia sayang serta hormati.

"Assalamualaikum"salam Umi Shita masuk.

"waalaikumussalam. Umi sudah pulang?"seru Ustadz Alfi seraya menghampiri uminya dan mencium tangan beliau.

"Sudah. Oiya nak, kemana adikmu Aisyah?"tanya Umi Shita yang melihat sekeliling rumah tidak ada orang selain anak laki lakinya yang duduk di sofa seraya memegang Al-Quran.

"Aisyah, mungkin kerumah temannya. Tadi sepertinya ada bicara sama Alfi sehabis Shubuh. Umi duduk dulu ya...."Ustadz Alfi menuntun uminya untuk duduk di sofa dan memberinya minum.

"Makasii ya Al"senyum Umi Shita menerima minum dari putranya. Setelah meneguk air minum dengan tenang, terlihat Ustadz Alfi memulai pembicaraan.

"Umi itu yang dikasih Ais ke Al, pulpen punya anak teman umi? Namanya siapa yaa, Al lupa"tanya Ustadz Alfi yang mengeluarkan pulpen dari saku gamisnya dan meletakkannya di meja.

"Oh punya Dila"singkat Umi Shita.

“Dila?? Sebenarnya siapa ia? Nama yang asing”pikir Ustadz Alfi.

"Anak kecil Umi?"tanya Ustadz Alfi yang mendapat tepukan di tangannya dari sang ibu.

"Sembarang kamu tuh... Dila udah gadis yaa. Masa disebut anak kecil"tegas Umi Shita yang membuat Ustadz Alfi menggaruk keningnya tidak gatal. Dan...

"Ya Allah Al, keningmu kenapa merah begini?"khawatir Umi Shita melihat kening Ustadz Alfi memerah.

"Kena pulpen umi. Biasa, kelakuan Aisyah"jawab Ustadz Alfi yang malah dihadiahi tawa oleh uminya.

"Pfftt...Hahahaha"Tawa Umi Shita yang membuat Ustadz Alfi menghela napas pasrah.

“Tidak cuma pulpen pengantar jodoh tapi merah di kening Alfi juga. Umi berharap semoga kalian memang benar jodoh, Alfi juga butuh semangat bukan”pikir Umi Shita.

"Oiya, bagaimana umi bertemu dengan... Dila?"tanya Ustadz Alfi kembali.

"Jadi sebenarnya..tadi Umi dirampok dan Dila yang menolong Umi, Al..."jawab Umi Shita yang membuat Ustadz Alfi melihat keadaan Uminya.

"Umi ada luka? Dimana? Kita kerumah sakit yaa Umi?"Khawatir Ustadz Alfi dengan mata yang berkaca kaca. Tidak bisa, pokoknya tidak bisa menahan rasa khawatirnya jika wanita yang ia sayangi terluka. Dirinya merasa sangat tidak baik menjalankan amanah dari Abinya.

“Maafkan Alfi yang lalai dengan Umi”sesal Ustadz Alfi kemudian.

"Umi tidak apa apa berkat Dila yang hadir untuk menolong. Namanya Dila Cahyani Asmawati. Gadis yang menjadi perantara pertolongan Allah untuk Umi itu baik, lembut, tegas, jago beladiri dan penyayang. Dila adalah fansmu Al, tapi memilih untuk pulang karena tangannya luka sebab nolongin Umi dan adiknya dirumah menunggu dirinya pulang"terang Umi Shita yang memuji muji Dila.

("Hatsiuu" sementara Dila yang di rumahnya langsung bersin bersin hingga 3 kali sempat heran dengan dirinya. Yang sakit tangannya, tapi kenapa hidungnya yang bereaksi. Aneh sekali.)

Ustadz Alfi hanya mendengarkan apa yang diucapkan oleh uminya. Ia merasa tidak enak, jika Umi sudah memuji seorang gadis. Hmmm nanti ujung ujungnya jodoh menjodoh ya gitulah. Apalagi baru kemarin dirinya ditawarkan mencari pendamping oleh uminya yang mau banget kalau dia itu punya istri. Bahkan ia juga tidak tahu jodohnya itu siapa. Ustadz Alfi terlalu kaku untuk sibuk memikirkan lawan jenis selama ini. Dirinya fokus dengan dakwah, seminar dan bisnis yang sedang ia rintis menuju kejayaannya. Namun dibalik itu, ia sangat berterimakasih kepada gadis itu karena telah menolong.

"Oh gitu ya Umi. Baiklah, Al akan cari tahu alamatnya."ucap Ustadz Alfi mengalihkan pembicaraan dengan tersenyum kikuk.

"Jika kamu sudah tahu alamatnya nanti tolong kirimkan baju gamis ini juga yaa dan bersama pulpen miliknya itu. Oiya kamu gak kepikiran untuk tahu lebih lanjut tentangnya Al? Siapa tahu dia jod..."ucapan Umi Shita terpotong.

"Na'am Umi"senyum Ustadz Alfi yang hendak kabur ke kamar namun masih ditahan tahan. 

"Syukron Al"balas Umi Shita membuat hati sang ustadz lega bukan main dan dibalas anggukkan cepat olehnya. 

“Putraku ini benar benar menggemaskan sekali, ternyata Alfi akan bertingkah canggung karena diriku membicarakan seorang gadis yang bahkan belum pernah ditemuinya. Umi hanya bisa doakan kamu yang terbaik Al”bathin Umi Shita mengulum senyumnya.

Mereka sama sama masuk ke kamarnya masing masing. Umi Shita beristirahat sedangkan Ustadz Alfi meletakkan kopiahnya dinakas. Ustadz Alfi duduk di pinggir ranjang dekat meja yang dulunya digunakan untuk belajar sampai detik ini juga.

Tatapannya tertuju dengan pulpen yang tadi dibahas olehnya dan uminya. Gamis titipan uminya telah ia letakkan di nakas tadi dan saat ini ia fokus melihat ke arah pulpen punya Dila dengan memegangnya sambil memeriksa bolak balik pulpen itu untuk mencari sesuatu.

Biasanya Aisyah meletakkan petunjuk pulpen pribadinya agar jika ditemukan orang lain, maka bisa dikembalikan lagi. Dan, di kertas itu tertera nama serta nomor telepon aktif. Mungkin saja pemilik pulpen ini juga melakukan hal yang sama seperti adiknya.

Kemudian ia membuka pulpen yang menampakkan isi nya dan benar saja sebuah kertas kecil yang dililitkan di isi pulpen tersebut. Lalu mengetikkan nomor yang dilihatnya saat ini dan memilih untuk mengirimnya ke Azzam si ahli teknologi sertai pertanyaan apakah nomor telepon ini masih aktif atau tidak?

Selagi menunggu balasan, Ustadz Alfi termenung karena hatinya merasa seperti tidak biasanya saat ini. Semacam rasa aneh di dirinya hanya mengingat ingat nama Dila si penyelamat uminya. Sungguh gadis itu mampu menarik titik fokusnya sebab kebaikan dan ketangguhannya menyelamatkan perempuan yang berarti dalam hidupnya.

Deg

Deg

Deg

"Ya allah ada apa dengan jantungku yang terasa berdegup kencang begini? Dila... Hmm cantik namanya. Apakah orangnya pun sama? Eh!"batin Ustadz Alfi.

Warning! 

Ustadz Alfi kini merutuki dirinya sendiri saat memegang dadanya dan merasakan detakan jantungnya lebih cepat dari biasanya. Kenapa bisa seperti ini? Sedangkan dirinya saja belum pernah bertemu tapi nama perempuan itu sungguh membuatnya tidak tenang. Apakah ia hanya kagum dengan keberanian Dila untuk menyelamatkan uminya? Hanya itu saja kan dan tidak ada hal lain?

Bersambung...

1
Ning Amah
Luar biasa
Jihan Hwang
semangat thor...aku mampir nih...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/
Kutipan Halu
semangat upnyaaa torrr jangan lupa mamoir ke karya aku juga yaaa "AIR MATA PERNIKAHAN " udah tamattt . yuksaling dukung torrrr☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!