Sebagai satu-satunya penerus keluarga Parker, Justin Midas Parker dikenal dengan sikap dingin dan kejamnya namun memiliki trauma terhadap sentuhan fisik. Haphephobia yang dialaminya sangat parah sehingga dia tidak bisa bersentuhan bahkan dengan keluarga nya sendiri.
Suatu hari, saat Justin sedang melakukan terapi pengobatan, ia tanpa sengaja bertemu dengan dokter wanita yang berhasil menyentuhnya tanpa membuat penyakitnya kambuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisfiDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3-Penasaran
Justin masih memikirkan apa yang terjadi kepada dirinya tadi. Dia tidak mengerti kenapa saat dirinya bersentuhan dengan wanita itu, tubuhnya tidak bereaksi sama sekali. Apakah tanpa dia sadari penyakit itu sudah hilang darinya selama ini?
" Ada apa denganku? " lirih Justin sambil menatap kedua tangan nya. " Kenapa saat wanita itu menyentuh tubuhku, aku tidak merasakan apapun. Sebenarnya siapa wanita itu sehingga membuatku bisa disentuh olehnya? "
Justin juga melihat kearah kartu nama yang diberikan oleh wanita tadi, dengan cermat Justin membaca nama yang tertera disana. Dia merasa asing dengan nama tersebut.
Saat Justin sedang berpikir, tibalah Jonas dan Dokter Jenn, seorang psikiater yang menangani Justin 3 tahun terakhir ini. Kedatangan mereka membuat Justin menyimpan karta nama itu dibalik jas nya. Justin menegakkan duduk nya dan dengan tatapan datar menatap kearah Dokter Jenn.
" Selamat siang tuan Parker, apa yang anda rasakan saat ini? " tanya dokter Jenn yang duduk di kursi yang berada di hadapan Justin.
" Biasa saja. "
Dokter Jenn tersenyum, " Jadi apa anda tidak merasakan ada perubahan sama sekali setelah melakukan terapi bulan lalu? "
" Jika ada perubahan maka aku tidak akan kemari. " jawab Justin dengan nada dingin.
Dokter Jenn mengangguk mengerti. Lalu dia mengambil buku catatan yang merupakan rekam medis kesehatan Justin.
Sedangkan Justin lagi-lagi pria itu memikirkan kejadian aneh yang baru terjadi kali ini pada nya. Dia merasa wanita itu pasti memiliki suatu hal yang bisa bersentuhan dengan nya tanpa menimbulkan apapun.
Justin ingin bertanya kepada Dokter Jenn tentang wanita itu yang juga merupakan dokter di rumah sakit ini.
" Tapi tadi aku mengalami sesuatu yang luar biasa. " ujar Justin membuat Dokter Jenn menatap kearahnya.
" Kalau boleh saya tau, apa itu tuan? " tanya dokter Jenn.
Justin menarik napasnya lebih dalam, " saat di parkiran seseorang menabrak ku hingga terjatuh. Lalu wanita itu juga ikut terjatuh dan tepat diatas badan ku. Tangan kami sempat bersentuhan, dan.... "
Justin menghentikan ucapan nya sejenak, lalu kembali melanjutkan nya setelah menarik napas sekali lagi.
" Dan tubuh ku tidak mengalami reaksi apapun dengan sentuhan itu. Aku tidak kambuh. "
Dokter Jenn terdiam. Dia mencoba mencerna cerita yang disampaikan Justin barusan pada nya.
" Apa anda mengenal wanita itu? " tanya dokter Jenn, dia belum bisa memberikan analisa nya mengenai hal ini.
" Tidak. Tapi dia memberikan kartu nama nya pada ku. Wanita itu bernama Elora Wilder, dokter bedah di rumah sakit ini. "
Dokter Jenn mengangguk. Dia mengenal siapa wanita yang disebutkan oleh pasien nya itu. Elora Wilder, dokter koas spesiali bedah dirumah sakit ini, namun prestasi nya sudah sangat banyak.
" Saya sedikit mengenal dokter Elora. " ucap dokter Jenn.
Kini Justin yang terdiam. Dia bingung harus melakukan apa. Pikiran nya berkecamuk dengan berbagai macam asumsi mengenai kejadian ini.
" Tuan, kita lakukan terapi sekarang untuk melihat apakah penyakit anda memang sudah sembuh atau belum. " ujar dokter Jenn mengalihkan perhatian Justin.
Justin mengangguk, kini dia mulai fokus untuk melakukan terapi kepada Dokter Jenn. Justin berharap terapi kali ini akan memberikan jawaban tentang kejadian yang ia alami tadi.
Dokter Jenn mulai melakukan terapi kepada Justin hal itu membuatnya sedikit gugup karena dia takut hasilnya tidak sesuai harapannya.
***
Setelah 1 jam, akhirnya Dokter Jenn telah menyelesaikan terapi nya kepada Justin. Dokter berusia 35 tahun itu lalu mulai menganalisa hasil terapi yang baru saja dia berikan.
Raut serius dari dokter wanita itu membuat Justin sedikit gugup, walau ekspresi wajah nya masih saja datar.
" Bagaimana hasilnya? " Tanya Justin dengan nada yang penuh penasaran.
Dokter Jenn menghela nafas, lalu menatap ke arah Justin.
" Sepertinya kita akan melakukan terapi ulang untuk bulan depan tuan. "
Justin mengerutkan keningnya, " itu artinya aku belum sembuh? "
Dokter Jenn menggeleng, " belum. Catatan di bulan lalu dan sekarang masih sama. "
" Kalau aku belum sembuh, kenapa aku tidak bereaksi saat bersentuhan dengan wanita itu? " tanya Justin.
Dokter Jenn terlihat ragu, namun dia harus menyampaikan dugaan sementara yang dia pikirkan saat ini.
" Seperti nya anda memiliki ikatan emosional di masa lalu dengan dokter Elora, tuan. "
Justin menatap tajam ke arah psikiaternya tersebut.
" Apa kau sedang membual dokter Jenn? Sudah aku katakan, aku tidak mengenal wanita itu. "
Dokter Jenn langsung berdiri, dan membungkuk hormat pada Justin.
" Maafkan saya, tuan. Tapi untuk sementara itu lah analisa yang bisa saya berikan. "
Tanpa menjawab, Justin langsung bangkit dan keluar dari ruangan itu. Jonas ikut menyusul tuan nya setelah sebelumnya pamit pada dokter Jenn.
" Aku tidak ingin kembali untuk terapi dengan dokter pembual itu. " kata Justin dengan nada yang terdengar kesal.
" T-tapi tuan.... "
" Jangan mengatakan apapun, Jo. " potong Justin sebelum asisten nya itu selesai berbicara.
Seketika Jonas terdiam, dia benar-benar merasa khawatir dengan keadaan tua nya itu. Dan dia juga bingung, bagaimana cara melaporkan hal ini pada tuan dan nyonya besar nya.
Saat sedang berjalan menuju keluar dari rumah sakit, Justin tanpa sengaja melihat wanita yang menabrak nya tadi melintas di hadapan nya. Dengan cepat Justin menghampiri wanita itu dan menarik tangan nya.
Jonas terkejut melihat apa yang baru saja dilakukan oleh tuan nya.
" Tuan. " lirih Jonas.
Wanita itu menatap Justin dengan waut wajah yang bingung. Namun sedetik kemudian dia terlihat terkejut.
" Bukan kah anda pria yang di parkiran tadi? Astaga, apa anda mengalami cidera? Jika iya mari, akan saya obati sekarang. "
Justin melepaskan tangannya dari lengan wanita itu.
" Aku Justin Midas Parker. "
" Oh, salam kenal, ada pasti sudah tau nama saya jika melihat kartu nama yang saya berikan tadi. " jawab wanita yang bernama Elora itu.
" Apa kita pernah saling mengenal sebelum nya? " tanya Justin.
Elora terlihat berpikir, namun tak lama wanita cantik itu menggeleng.
" Seperti nya tidak, tuan. Saya baru saja pindah ke kota ini tahun lalu. "
Justin kembali memikirkan ucapan dokter Jenn tadi. Kini Justin semakin kesal karena sempat terpengaruh oleh bualan psikiater nya itu.
" Tuan, apa anda mengalami cidera? " tanya Elora seraya tersenyum.
Deg!
Jantung Justin berdebar ketika melihat senyuman wanita di hadapan nya itu. Senyuman yang sangat familiar di mata nya.
Justin terpaku di tempatnya. Senyuman yang dulu sangat ia sukai itu, sangat mirip dengan senyuman dokter di hadapan nya itu.
" Tuan apa anda baik-baik saja? " tanya Elora sambil melambaikan tangannya kearah Justin.
Justin seketika sadar dan menatap kembali kearah Elora, hal itu membuat Elora kembali tersenyum.
" Lupakan saja. Aku tidak apa-apa. "
Setelah mengatakan itu, Justin langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Elora. Wanita itu hanya menatap tanpa mencegah kepergian pria itu. Jonas menunduk hormat, lalu ikut menyusul tuan nya yang sudah keluar dari rumah sakit.
" Jonas, cari tau tentang Elora Wilder. " perintah Justin saat Jonas berada di samping nya.
" Baik tuan, setelah pulang dari sini saya akan langsung mencarinya. "
Justin langsung masuk ke dalam mobil nya disusul oleh Jonas. Tak lama mobil pun bergerak meninggalkan area rumah sakit.
" Elora Wilder. Aku merasa asing dengan nama itu, tapi senyuman nya terlihat mirip dengan Elle. Apa mungkin dokter itu adalah Elle ku? " ucap Justin di dalam hati.