Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
"Elenio Ivander Haidar. Panggil aja Elenio. Lo?"
"Zanna Arabelle Jovita. Panggil aja Zanna. Salam kenal yah,"
"Oke, salam kenal juga Zanna. Thank, untuk yang tadi,"
"Iya, sama-sama."
Keduanya melepas jabatan tangan mereka.
Setelah mengetahui nama masing-masing, kini terjadi keheningan. Zanna yang sedari awal memiliki banyak sekali pertanyaan pada Elenio, melirik cowo itu yang tampak sedang melamun memikirkan banyak hal.
Entah apa yang cowo itu pikirkan. Wajahnya tampak begitu serius dan itu terlihat tampan, membuat Zanna tanpa sadar terpaku akan ketampanan seorang Elenio Ivander Haidar. Dia baru menyadari jika cowo di sampingnya ini tampan. Sangat malahan.
Elenio yang sadar tengah diperhatikan begitu intens pun menoleh, sembari menyunggingkan senyum miring. "Gue tau gue tampan, gak usah segitunya kali lihatnya. Air liurnya tumpah tuh!" godanya, mencoba mengakrabkan diri dengan tingkah menyebalkannya.
Zanna yang malu ketahuan kepergok segera mengecek ujung bibirnya. "Sialan! Mana ada!" kesalnya memukul lengan Elenio, membuat Elenio terkekeh dibuatnya.
Jujur saja ketampanan Elenio bertambah saat ini, namun bukan merasa kagum seperti gadis lainnya mungkin, Zanna malah merasa jengkel melihat kekehan seorang Elenio. Hancur sudah kesan cool Elenio di matanya.
"Udah diem! Sekarang gue mau nanya, kenapa tadi lo ngetuk-ngetuk pintu? Terus kenapa tadi di luar juga kaya ada orang-orang yang lagi nyariin lo? Gue curiga lo habis maling yah, makanya dikejar-kejar gitu?!" tanya Zanna disertai tuduhan dengan mata memicing ke arah Elenio. Tanpa sadar, dia sudah tidak merasa canggung lagi dengan Elenio.
Dengan gemas Elenio menyentil dahi Zanna, membuat Zanna mengaduh.
"Enak aja! Holkay kaya gue gak perlu maling," balasnya songong.
Zanna berdecih dibuatnya. "Terus kenapa tadi lo dikejar-kejar?"
"Bocil gak perlu tau!"
"Apa lo bilang?! Bocil? Gue gak pendek yah!"
Sebenarnya tubuh Zanna ini sudah sesuai tingginya diangka 163 cm, sesuai dengan remaja cewe seumurannya. Hanya saja jika dibandingkan dengan tinggi Elenio, tentunya Zanna terlihat pendek dengan tinggi Elenio yang berkisar 178 cm.
"Tuh buktinya kaos lo aja kebesaran di badan lo sampai celana pendek lo aja gak kelihatan!" ejek Elenio sambil menunjuk kaos kebesaran yang dipakai Zanna.
Zanna seketika melotot. "Lo ngintip yah, sampai tau gue pakai celana pendek?!" geramnya.
"Gak sengaja lihat tadi," balas Elenio santai, membuat Zanna semakin melotot.
Elenio menaikan sebelah alisnya. " Udah gak usah melotot, belek lo kelihatan. Udah muka jelek, rambut acak-acakan lagi!" ejeknya, padahal tidak sesuai kenyataan.
Zanna langsung menggeplak lengan Elenio keras. "Namanya juga baru bangun tidur, nyebelin lo!" kesalnya, meski sebenarnya cukup percaya diri, dia tidak seberantakan yang Elenio katakan.
Elenio terkekeh sembari mengelus lengannya yang terkena geplakan Zanna tadi, jujur saja lengannya sedikit perih.
"Oh ya, kok malem-malem gini masak mie? Ngidam lo ya?!" goda Elenio menatap selidik ke arah Zanna.
Zanna seketika menggeplak lengan Elenio kembali lebih keras, membuat cowo itu mengaduh.
"Omongan lo! Gue masih suci ya! Orang gue laper,"
"Ck ck ck! Badan aja kecil, tapi malem-malem suka banget makan!" ejek Elenio, tampak tidak kapok-kapok menggoda Zanna.
Zanna seketika jengkel dibuatnya. "Bodo amat, gue mau tidur!" ucapnya langsung beranjak, namun lengannya segera ditahan oleh Elenio.
"Gue gimana?"