Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Hati Rangga Luluh
Rangga membingkai wajah wanita yang melahirkannya itu dan menatap dua mata yang beranak sungai. "Mah, apakah ada yang Mama dan Papa tutupi dari Rangga?" tanya Rangga yang mulai berfikir ada rahasia apa saat Mamanya mengandungnya.
Vina secepatnya menggeleng. "Tidak Nak, hanya saja dulu---"Vina menggantungkan ucapannya. "Kenapa, tolong cerita sama Rangga!" tekan Rangga pada Vina Mamanya.
"Waktu Mama sedang mengandung mu, Mama hidup sangat kekurangan, bahkan untuk makan saja susah, dan disaat Mama akan melahirkanmu tidak ada satu orang pun yang mau menolong, Papamu sudah memberhentikan beberapa mobil untuk membantu membawa Mama kerumah sakit, namun tidak ada satupun orang yang mau membantu kami." Vina berhenti sejenak, wanita itu rasanya tidak sanggup menceritakannya lagi.
Namun Vina harus bercerita agar Rangga tau kenapa Vina dan suaminya menjodohkannya.
"Setelah itu?" tanya Rangga karena Mamanya sudah berhenti bercerita. Kemudian dengan sesak didada kembali melanjutkan ceritanya hingga datang sebuah mobil yang dengan suka rela membantunya dan membawanya keruamah sakit dan membayar biaya operasinya.
Rangga mengangguk dia mengerti sekarang, kenapa Kedua orang tuanya ingin menjodohkannya dengan orang yang sudah menolong kedua orang tuanya.
"Mama sangat berharap sama kamu Nak, Mama sama Papa tidak ingin membuat Kak Zahra kecewa." Vina sangat berharap Kalau Putranya akan mengerti dan mau menerima perjodohan ini.
Setelah menceritakan semuanya pada Rangga, Vina keluar dari kamar Putrinya. Wanita paruh baya itu menyapu habis air matanya sebelum menemui suaminya dikamar.
Sedangkan Rangga duduk merenung dikamar, pemuda tampan itu mungkin lagi memikirkan tentang cerita Mamanya tadi.
Sementara dilain tempat yaitu di Negeri tetangga, jiran Negara kita.
"Ren..Rena..." panggil seorang wanita yang masih kelihatan cantik dan modis walau sudah kepala empat.
"Akak tak balek lagi," sahut gadis yang bertubuh gembul yang sedang menonton di ruang televisi.
"Aduh, tu budak, dah bagi tau kite nak ke indonesia besok, tapi budak tu tak nak ambil pusing, macam tak nak ikut je." Azuhra merepet sendiri.
"Tak tau lah Mak, mungkin Kak Rena tak nak ikut kot." Sahut gadis yang bertubuh gembul itu lagi.
"Tak tau lah." Sahut Azuhra lagi, kemudian kembali pada pekerjaannya lagi.
Sementara gadis yang bertubuh gembul yang bernama Nana itu mengedikkan bahunya dan kembali melanjutkan tontonannya.
Nana Anak dari Kakak kandung Azuhra, kedua orang tua Nana telah tiada dalam sebuah kecelakaan saat melakukan perjalan bisnis ke Negeri yang berlambang singa.
Azuhra membawa Nana kerumahnya dan membesarkan Nana seperti Rena Anaknya sendiri.
Nana yang waktu itu masih sangat kecil tidak tau kalau kedua orang tuanya sudah tiada, yang Nana tau Azuhra adalah Mamanya dan Rena adalah Kakaknya.
Hingga sampai saat ini Nana tidak tau kalau Azuhra bukanlah Ibu kandungnya. Begitupun dengan Rena, gadis cantik itu juga tidak tau kalau Nana bukan Adik kandungnya.
Wajah Rena dan Nana juga sangat mirip, hanya saja Nana lebih sedikit gembul. Umur keduanya juga hanya selisih dua tahun lebih tua Rena.
Tidak lama kemudian seorang gadis cantik membuka pintu utama sebuah rumah, gadis cantik itu berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh pemilik rumah.
Namun saat melewati ruang tv tanpa sengaja Nana melihat kalau Kakaknya sedang berjalan pelan dan menunduk.
"Akak..." panggil Nana kaget.
"Hiiizt..." Rena meletakkan jari telunjuknya dibibir sebagai isyarat kalau Nana tidak boleh berisik.
Kemudian Rena berjalan pelan mendekati Adiknya itu. "Kalau awak bagi tau Mak, aku belasah korang." Ancam rena, kemudian Rena berlalu ke kamarnya setelah memberi amaran untuk Adiknya.
Nana hanya diam, dia pura-pura tidak tau apa-apa. Baginya Kakaknya itu sudah biasa seperti itu.
Sesaat kemudian Azuhra kembali lagi keruang tv, dia ingin menanyakan Rena apakah sudah disiapkan semua karena besok mereka harus terbang ke Indonesia.
"Aduh tu budak, tak pulang lagi ke?" tanya Azuhra pada Nana yang masih setia melebarkan matanya pada layar didepannya.
"Akak kat bilik, baru je balek." Nana memberitahu Mamanya, sepertinya gadis gembul itu tidak mengindahkan ancaman Rena tadi.
"Ye ke?" tanya Azuhra lagi, membenarkan apa yang Nana katakan.
Nana hanya mengangguk mengiyakan. Azuhra langsung kekamar Rena. Tanpa mengetuk pintu Azuhra langsung menerobos.
Rena ternyata sudah terlelap bersama mimpinya. "Budak ni." lirih Azuhra saat melihat Anaknya sudah terlelap.
"Bangun...bangun...bangun tak? tak bangun Mak siram, nak pure-pure tido, awak ingat Mak tak tau ke?" Azuhra tetap membangunkan Rena karena dia pikir Rena hanya pura-pura tidur. Padahal Rena benar-benar sangat mengantuk karena kelelahan balapan tadi.
Mau tidak mau Rena pun dengan terpaksa bangun walau matanya masih terpejam.
"Ape lah Mak ni, kacau orang tido je, aku dah sangat mengantuk lah." Rena sangat kesal pada Mamanya kerana membangunkannya yang sedang di alam mimpi.
"Macam mane Mak nak ajar Korang, awak ni Anak dare, tak elok kelua dan balek rumah tengah malam macam ni. Dah tu sembahyang tak awak hiraukan, nak jadi ape awak ni hah." Azuhra memang sedikit keras mengajarkan Anaknya, dia tau kalau dia tidak tegas Anaknya ini tidak akan takut padanya.
Azuhra sebagai single Mom, takut kalau Anaknya terpengaruh dengan pergaulan bebas, apa lagi di Negara ini bermacam suku bangsa.
Azuhra tidak mau hal-hal yang tidak dinginkan terjadi pada Anak gadisnya, begitu juga dengan Nana, namun Nana sangat patuh padanya.
Rena tidak menjawab apa-apa, matanya terus terpejam, tubuhnya bersandar pada kepala ranjang.
"Ape awak dah besiap? besok kita mesti ke indonesia?" tanya Azuhra pada Putrinya itu.
Namun tidak ada jawaban apapun dari Anaknya itu.
"Awak dengar tak?" Azuhra meninggikan suaranya hingga membuat Rena terperanjat dan segera membuka matanya.
Ternyata Rena tertidur sembari bersandar, jadi dia tidak mendengar yang Azuhra katakan tadi.
"Ah... Ape, ape Mak? tanya Azuhra dalam keterkejutannya. Azuhra menepuk jidatnya. Lelah sudah dia menceramahi Anaknya sampai mulutnya berbusa, eh ternyata orang yang diceramahi asyik dilam mimpinya.
"Aduh...pening aku punya Anak macam ni." Azuhra menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah Putrinya itu.
"Baik awak besiap, Mak tak nak tau, besok pagi awak dah siap, kita ke Indonesia." Tekan Azuhra pada Rena, setelah itu dia langsung keluar.
Azuhra sungguh sangat pusing dengan Anaknya yang satu ini.
******************
"Haruskah aku menerima perjodohan ini, tapi bagaimana, aku tidak mencintai gadis itu, jangankan mencintai, mengenalnya saja tidak. Yang pasti aku benci, benciiiiii, benci perjodohan ini." Rangga sangat frustasi.
Disatu sisi Rangga tidak mau dijodohkan, dia ingin bebas dan ingin melanjutkan sekolahnya. Apa lagi sekolahnya hanya tinggal delapan bulan lagi, dan setelah itu Rangga akan melanjutkan ke universitas.
Namun perjodohan dan pernikahan pasti akan membuatnya tidak sebebas dulu, pasti dia akan merasa terkekang.
Disisi lain Rangga tidak mungkin menolak lagi perjodohan ini, apa lagi setelah mendengar cerita dari Mamanya. Rangga sungguh tidak mau dicap sebagai Anak yang tidak berbakti pada kedua orang tuanya.
Rangga sangat menyayangi orang tuanya. Dia selalu patuh dan menuruti arang tuanya. Namun permintaan orang tuanya kali ini sungguh diluar kendalinya.
"Baiklah, aku siap dengan pernikahan ini, tapi aku tidak akan menyentuhnya, aku benci kamu," ucap Rangga seakan gadis yang akan dinikahinya berada didepannya saat ini.
Akhirnya pemuda tampan itu terlelap juga bersama pikiran nya yang frustasi.
Bersambung.