NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode tiga

" kring kring.."

" selamat malam para penumpang, mohon maaf karena menganggu istirahat malam anda, kami ingin menginformasikan bahwa dokumen perjalanan anda semua telah selesai di periksa dan kereta akan segera berangkat." suara seorang petugas wanita terdengar di spiker

Kakiku yang sedang menendang nendang ke kolong kursi sepertinya mengenai sesuatu, setelah aku cek ternyata satu set selimut serta bantal untuk penumpang, kebetulan sekali aku sejak tadi sudah kedinginan, entah mengapa udara di dalam gerbong terasa seperti menembus tulang, aku sejak tadi sudah kedinginan karena tidak membawa baju tebal atau selimut.

Suara decitan antara roda kereta yang berbahan besi bersentuhan dengan rel kereta membuat ngilu telinga di awal awal, getaran kembali terjadi setelah kereta berjalan kurang lebih lima belas meter, instingku langsung bekerja, ada sesuatu yang tidak beres dengan kereta ini, entah memang ada kelalaian petugas karena sudah malam atau ada yang sengaja melakukannya. Tidak lama getarannya, mungkin hanya lima detik, tapi itu cukup untuk membuat buntalan kainku yang ada di rak atas menimpa kepalaku. Untung saja tadi aku sudah meletakkan rantang di bawah kursi, kalau di atas juga bisa bahaya.

Dari sini aku bisa mendengar langkah kaki para petugas yang mulai memasuki gerbong, mengembalikan dokumen perjalanan para penumpang, aku sebenarnya belum pernah melakukan perjalanan jauh apalagi menaiki kereta, hanya beberapa kali ketika mengantar tetangga yang ingin pergi merantau, itupun kami langsung di suruh turun oleh petugas ketika kereta akan jalan. Pernah ada satu kejadian, temanku yang iseng tidak mau turun dari kereta, dia malah ngumpet di kamar mandi, memang awalnya berhasil, tapi ketika kereta sudah berjalan hampir tiga puluh meter dan petugas sudah mulai melakukan pengembalian tiket, dia ketahuan lalu kereta berhenti sejenak dan dia di turunkan, petugas memperingatkan apabila dia melakukan lagi maka ia akan di denda, kami semua yang menunggu di stasiun ketawa melihat wajah masamnya setelah berjalan kaki.

Aku belum pernah melakukan perjalanan dengan kereta, tapi sekali melakukan malah perjalanan jauh dan sendirian. Aku menghembuskan nafas pelan, tidak pernah sekalipun terbesit di pikiranku bahwa aku akan melakukan sebuah perjalanan seperti saat ini.

Pintu gerbong kembali berdecit, seorang petugas dengan seragam rapih lengkap dengan topi di kepala masuk ke dalam gerbong, petugas itu meletakkan dua dokumen penumpang yang sudah tidur di samping mereka masing masing. Lalu petugas itu berjalan ke arahku

" ini dokumen mu, kamu pergi sendirian?" tanya nya sambil menyerahkan dokumenku

Aku mengangguk sambil menerima dokumen dari tangannya lalu mengucapkan terimakasih

Dia balas mengangguk lalu tersenyum dan pamit keluar. Aku memperhatikan punggung nya yang mulai hilang di telan kegelapan. Lalu terdengar lagi decitan pintu yang menandakan bahwa dia sudah menutup pintunya.

Aku mulai memperhatikan dokumen ku, di situ tertulis namaku, asal stasiun, stasiun tujuan, waktu perjalanan, serta tiket untuk makan besok, ada tiga jadwal makan yaitu pagi jam enam, siang jam satu, dan malam jam tujuh. Aku melipat kembali dokumen ku, meletakkannya hati hati di saku bajuku, memastikan sekali lagi sudah benar benar aman atau belum.

Sejujurnya aku memiliki banyak hal yang tidak di ketahui oleh orang lain termasuk ibu, aku tidak tau apakah itu memang bakat alamiah ku atau hanya sekedar hayalan ku. Ada tiga hal yang menjadikanku berbeda dengan anak anak lain, yang pertama aku bisa menghitung sesuatu yang bahkan orang dewasa bingung bagaimana caranya, aku bahkan bisa membuat sebuah kalkulasi atau perhitungan presisi sebelum sesuatu itu terjadi, yang ke dua aku memiliki seni bela diri yang aku kembangkan sendiri, ketika aku memiliki waktu luang atau ketika aku sedang pergi ke hutan untuk mencari rebung atau kayu bakar, maka terkadang aku sekalian mengasah kemampuan bela diri ku, aku bisa menggunakan parang serta alat alat sederhana dari ranting pohon yang ku serut sedemikian rupa, yang terakhir aku memiliki insting yang kuat, sama halnya dengan perjalanan ini, ada sesuatu hal tidak beres yang sedang terjadi.

Aku mencoba kembali meraba lutut ku, rasa nyerinya sudah mulai berkurang, ternyata hanya sedikit memar. aku melongok keluar jendela menatap bintang gemintang, sudah hampir jam dua belas ternyata, kami di kampung di ajarkan bagaimana cara melihat jam, arah, serta tanda tanda alam dari langit. Aku memang terbiasa tidur larut, ketika ibu sudah tidur biasanya aku yang pura pura tidur akan kembali bangun lalu mengambil pensil dan kertas, aku akan menuangkan ide atau apapun yang dapat aku pikirkan pada hari itu, sayangnya saat ini aku tidak bisa melakukannya karena tidak membawa pensil dan kertas.

Tidak mengapa, siapa tau kondektur teman lamanya ibu bisa memberikanku kertas dan pensil nanti, tapi mengapa dia lambat sekali, bukannya tadi dia bilang cuman satu jam?

panjang umur, orang yang baru aku pikir kan akhirnya kelihatan batang hidungnya. Kondektur itu melangkah masuk ke dalam gerbong, dia sudah berganti pakaian, tidak lagi mengenakan pakaian dinas yang banyak lambang itu, namun menggunakan pakaian seperti bapak bapak pada umunya.

" aku minta maaf karena membuatmu menunggu lama." ucapnya saat tiba dan duduk di kursi depanku.

Aku mengangguk, tidak masalah aku juga tadi jadinya sempat untuk mandi dan makan dulu

" namaku Rizal nak, teman temanku dulu termasuk elio dan ibumu memanggilku Ijal, kau bisa memanggilku sesuka hatimu." ucap kondektur itu memperkenalkan diri.

" ketika aku memutuskan untuk merantau, kala itu aku masih berusia delapan belas tahun nak, lebih tua sedikit darimu. Aku masih bisa mengingat kejadian itu dengan jelas. Hari itu setelah pamit ke semua tetangga dan menitipkan rumah orang tuaku kepada ayah elio, aku memutuskan berangkat, dan di antar oleh elio dan ibumu nak. Aku masih bisa mengingat dengan jelas kala itu ibumu yang memohon agar aku tidak pergi, dan juga elio yang dengan berlinang air mata hanya bisa terdiam. tapi aku sudah memutuskan kala itu, aku akan pergi, tak kuat rasanya hatiku setiap hari melihat bayangan mendiang orang tuaku di rumah, maka aku akan mencoba untuk menerima dengan caraku sendiri. Sekuat apa pun ibumu memintaku membatalkan niatku, dan sekuat apapun elio berusaha menahan ku, aku tetap naik kereta. Aku melihat ibumu dan elio yang mengejar kereta lalu terhenti setelah ibumu terjatuh di antara bebatuan kerikil. sakit sekali rasanya hatiku menyaksikan itu semua. Maka aku berjanji kepada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan membantu di saat sahabatku membutuhkan bantuan ku." ucap pak Rizal sambil menghapus air mata yang kembali mengalir di pipinya.

Aku terdiam, aku bisa membayangkan posisi pak Rizal kala itu, aku bisa di katakan dalam posisi yang lebih baik, karena pak Rizal kehilangan dua orang tuanya di saat yang bersamaan sekaligus.

" lima tahun telah berlalu dengan cepat, aku sudah mengunjungi banyak tempat, bekerja dari satu tempat ke tempat yang lain, bekerja dari pagi sampai malam, bekerja dengan giat berharap aku bisa menutupi semua rasa sedih dengan melakukan banyak hal, di tahun ke enam kepala tempat ku bekerja mempromosikan ku untuk naik pangkat, dia melihat kinerja ku yang sungguh sungguh, hanya aku lah satu satunya karyawan yang tidak pernah mengambil cuti dan bekerja dengan benar, setelah itu aku semakin mudah untuk mendapatkan promosi. Di tahun yang ke sepuluh terbesit sebuah surat ke meja kerjaku, surat itu pendek sekali isinya tapi cukup sudah menjadi alasan untukku kembali ke kampung, surat itu di kirim oleh ibumu yang entah bagaimana caranya dia bisa mengetahui alamatku. Di surat itu tertulis bahwa dia baru saja menyelesaikan sekolah sarjana dan ada seorang pemuda kampung sebelah yang meminangnya." pak Rizal diam sejenak sambil tersenyum mengenang masa lalu itu

Aku yang duduk di sebelah pak Rizal juga semakin terdiam, aku akhirnya mengetahui dua fakta yang selama ini tidak pernah ibu beritahu, fakta bahwa ternyata ibu adalah seseorang yang berpendidikan, serta ayah yang merupakan pemuda kampung sebelah.

" Aku menerima surat itu malam hari, maka saat itu juga aku berlari ke meja atasan ku untuk meminta cuti seminggu mulai besok. Atasan ku tertawa lebar, dia bilang kalau aku ingin mengambil cuti selama setengah tahun juga tidak apa apa. Aku berangkat malam itu juga nak, mengejar kereta terakhir hari itu, perjalanan hampir selama satu hari, pagi pagi sekali ketika kereta akhirnya tiba di stasiun kampung. Aku tertegun, aku kira hanya ibumu dan elio saja yang menjemput ku, di samping ibumu, berdiri calon ayahmu kala itu, tampan sekali wajahnya, khas campuran Jawa dan Portugis, jangan di bandingkan dengan aku dan elio kami kalah jauh, ibumu langsung menangis dan langsung memelukku, aku awalnya takut calon suaminya marah, tapi ayahmu malah tersenyum mengangguk, dia paham situasinya. Dan astaga di samping elio ada ramai sekali, ada seorang perempuan khas keturunan cina, serta tiga orang anak kecil, yang satu masih dalam gendongan istrinya, yang dua kembar sedang berlarian. Aku memelukmu elio, lama sekali aku tidak bertemu dengan sahabat sahabatku, ternyata mereka semua sudah ada yang memiliki anak, aku sempat bergurau dengan elio mengapa dia tidak mengundangku ketika menikah, elio menjawab kalau dia takut aku masih di hantui oleh masa lalu itu, aku mengangguk paham dengan maksudnya.

pernikahan ayah dan ibumu di gelar tiga hari kemudian, ada begitu banyak tamu undangan yang datang, bahkan profesor tempat ibumu sekolah juga turut hadir, elio kala itu sudah menjadi kepala kampung menggantikan ayahnya yang sudah dua tahun meninggal, ia di pilih oleh warga dengan suara bulat.

momen yang paling mengharukan dari semua ini adalah ternyata tujuan dari ibumu memintaku hadir di acara pernikahannya adalah karena dia memintaku untuk menjadi wali hakimnya." ucap pak Rizal dengan bergetar, kali ini ia agak lama mengusap air mata di pipi

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!