Ini adalah novel ketigaku.
Bagaimana perasaan mu jika mengalami hal serupa sama persis yang di alamat seorang gadis bernama Nadira Fazilah Sharifa ?
Niat awal hidup di Jakarta untuk mengaduh nasib mencari ayah kandung dan melanjutkan hubungan dengan sang pacar yang sudah berjalan 3 tahun itu harus hancur seketika.
Lebih parahnya lagi harus menikah dengan orang asing dan anak SMA lagi.
Belum lagi fakta-fakta yang sangat mengejutkan nya.
Ikuti terus kisah cinta seorang Nadira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windii Riya FinoLa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku nggak ijinkan
"Kenapa gak di jawab?" tanya Qenan dingin.
"Sa-sakit." cicit nya merasa sakit di dagunya.
Dengan kasar Qenan menghempaskan cengkraman nya. Ia merasa harga dirinya telah di injak-injak oleh Nadira.
"Kamu nggak mau dengerin penjelasan ku dulu Nan? kamu salah paham."
Qenan sendiri diam saja duduk di sebelah Nadira dengan kedua siku bertumpu pada lutut menunduk dan kedua tangan menjambak rambutnya.
Melihat Qenan diam saja ia lantas bicara untuk menjelaskan semuanya.
"Aku yang salah nggak jujur sama kamu Nan.."
"Aku memang kakak tiri Dion tapi aku baru tahu saat pertandingan basket kamu, sebelumnya aku nggak tahu." Nadira melihat reaksi Qenan masih bergeming.
"Itu berarti kamu udah tahu kalau om Surya itu papa mu pas kamu buat masalah di Kafe?" Nada bicara Qenan tidak setinggi tadi namun tetap terdengar dingin di telinga Nadira.
"Ya.." Nadira meremas gaun yang ia kenakan berharap rasa takut nya teralih dengan remasan itu.
"Dan kamu nggak mau cerita ke aku? apa aku gak sepenting itu di hidupmu Ra?" terdengar lagi suara Qenan menunjukkan kekecewaan.
"Bukan aku gak mau cerita Nan.. Tapi aku pikir hubungan kita belum sedekat itu."
Ucapan terakhir Nadira membuat emosi kembali membuncah. Menatap Nadira dengan tatapan tajam.
"Jadi maksud kamu apa arti hubungan kita? kamu pikir hubungan ini hanya status semata aja hah? bahkan kita udah menyatu masih berpikir kalau hubungan kita belum dekat?" cerca Qenan dengan suara meninggi.
Suara bentakan Qenan tidak membuat ia menangis namun merasa takut. Setelah mendengar cercaan Qenan barulah menyadari jika pemikiran nya itu salah dan bagaimana bisa ia tidak berpikir sampai kesana hanya karena Qenan tidak mengungkapkan perasaan kepadanya.
"Maaf.." cicit Nadira mengusap air matanya.
"Mungkin cuma aku yang berharap pernikahan kita langgeng sampek kita tiada, mungkin cuma aku yang anggap serius pernikahan kita walau aku masih sekolah, dan mungkin cuma aku yang udah jatuh cinta pada mu tapi nggak dengan mu Ra.." Setelah mengatakan itu Qenan pergi menuju kamar mandi. Ia butuh air untuk menghilangkan rasa marah dan kecewa nya saat ini.
Sedang Nadira tertegun mendengar ucapan Qenan untuknya.
"Apa ini ungkapan cinta? kenapa otakku mendadak oleng? aku harus gimana? OMG.. jantung ku.." pekik Nadira jalan mondar-mandir di depan pintu kamar mandi.
Saat Nadira mengangkat tangan untuk mengetuk pintu ternyata pintu sudah lebih dulu terbuka. Dengan wajah datar Qenan berlalu dari hadapan Nadira begitu saja.
Nadira mengikuti langkah kemana Qenan pergi. Seperti anak itik mengikuti induk. Masih belum ada yang mengeluarkan suara hanya terdengar hembusan nafas diantara keduanya.
Dengan wajah cemberut dan bibir atas di sembunyikan di balik bibir bawah yang lebih tebal itu terus mengikuti Qenan. Padahal Qenan belum juga mengenakan pakaian.
Pengen di peluk.. Pengen di rangkul lagi sama lengan kamu yang berotot itu.. Jerit Nadira dalam hati.
"Nggak usah di gituin bibir nya.. Nanti jatuh bahaya." sindir Qenan sedari tadi menahan senyum melihat bibir Nadira.
Sontak membuat Nadira melipat bibirnya dan itu sukses membuat Qenan terkekeh pelan.
"Udah gak marah?" mata Nadira berbinar melihat kekehan itu dari Qenan.
Qenan berdecak tanpa menjawab, memilih pakaian santai namun gerakan nya terhenti karena ulah istrinya.
"Aku carikan ya.." ujar Nadira dengan cekatan memilih pakaian untuk Qenan.
"Aku bantu pakek ya.." ujarnya lagi setelah memilih pakaian Qenan.
Qenan bagai patung menerima apa yang dilakukan Nadira. Bibirnya tersenyum tipis melihat Nadira begitu antusias memakai pakaian untuknya.
Susah payah Nadira mengkondisikan mata dan hatinya berada di dekat Qenan. Sebagai seorang cewek yang sudah merasakan surga dunia dan itu hanya bersama cowok di depan nya ini tentu membuat otak nya traveling ke kejadian kemarin, wajah nya berubah merah merona saat bayangan mereka sedang menyatu terbayang jelas di ingatan nya.
"Qenan.. pakek sendiri ya.. Aku mau mandi dulu sebelum masak untuk makan malam kita." Nadira berlalu begitu saja menuju kamar mandi.
Qenan melihat wajah merah merona Nadira membuat ia terkekeh. Jujur saja jika ia sedari tadi menahan hasrat nya berada di dekat Nadira. Cewek yang bergelar istrinya itu membuat tubuhnya candu dengan tubuh Nadira.
"Sabarlah adik kecil.. Besok kita bisa mengunjungi rumah mu.." seru nya sembari memakai parfum.
Ia pun berinisiatif memilihkan pakaian untuk Nadira lalu menunggunya di sofa kamar.
"Baju nya udah aku siapin, cepatlah bersiap kita makan malam di luar karena abis itu kita harus bicara. Marah-marah juga butuh tenaga." titah Qenan langsung membuat Nadira bergegas memakai pakaian yang di siapkan Qenan.
Pilihan yang gak buruk. Perlakuan mu sangat manis Qenan walau wajah mu itu jarang tersenyum. Cibir Nadira dalam hatim
Mereka berjalan beriringan dengan Qenan menggenggam tangan Nadira membuat sang empunya tersenyum karena siapapun cewek jika berjalan di genggam tangan nya dengan pasangan tentu membuat senang bukan kepalang.
"Kita mau makan dimana?" tanya Nadira setelah berada di dalam mobil.
"Dimana yang ada jual makanan." jawab Qenan datar.
Nadira menatap Qenan sebal. "Aku kira mau makan di apotik." sahutnya merengut dan itu sukses membuat Qenan tersenyum tipis lalu mengacak rambut Nadira.
"Iihh Qenan.. rambutku berantakan.. Untung aja kacamata ku aman." sungut nya merapikan rambut dan meletakkan kacamata itu kembali di atas kepalanya.
"Kacamata itu pakek yang bener Ra.."
"Udah gini aja biar semua orang tahu kalau istri seorang Qenan Abraham itu sangat cantik." sahutnya berbangga hati dan berniat menggoda Qenan.
"Iya cantik tapi nggak mau terbuka sama suaminya padahal udah buka-bukaan." sindir Qenan dengan wajah datar.
Makan malam ini mereka memilih restoran dan di ruang VIP karena Qenan ingin berduaan lama dengan Nadira.
Selesai makan malam mereka kembali ke apartemen karena memang harus menjelaskan semua yang terjadi antara mereka.
"Kamu itu ya.. Marah tapi masih aja curi-curi ciuman ku." sungut Nadira pasalnya niat Qenan berada di ruang VIP restoran agar bisa bermesraan.
"Halal Ra.."
"Ya udah dengerin, aku udah ceritakan semua kan kalau aku dari panti asuhan dan aku kesini karena janji untuk bawa papa ke Bogor dan aku kembali kesana." jelas Nadira membuat Qenan tidak terima.
"Aku nggak izinin kamu balik ke Bogor, gimana sama aku Ra?"
"Itukan rencana sebelum nikah sama kamu."
Senyum Qenan mengembang mendengarnya. Entah mengapa ia merasa hatinya begitu bahagia.
"Tapi Qen.. Papa minta aku tinggal bareng papa dan Dion. Aku harus jawab apa?"
Qenan menghela nafas. "Aku tetap nggak ijinkan kamu pergi dari sisi ku Ra.."
🌸
Bersambung..
