[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.
Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.
Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Komplek Muara Air
Komplek perkotaan yang padat penduduk itu sudah berpuluh-puluh tahun didiami oleh warga pendatang, bukan pula punya pemerintah, mereka semua sudah ada surat tanah yang resmi. Jadi semua pengusaha tidak berkutik dan tidak tembus untuk membeli tanah mereka. Mereka warga yang kompak dan tidak mudah terpedaya oleh uang.
Terlihat kumuh dan berdempet rumahnya satu sama lain. Namun salah satu pengusaha terkaya dinegeri ini tidak menyerah begitu saja, ia tetap dengan segala usaha dilakukan untuk melakukan lobi-lobi setiap bulannya dengan ketua RT di komplek ini, walau hasilnya nihil.
Hingga pada akhirnya, penguasa utama memutuskan turun gunung untuk melobi ketua komplek Muara Air, sebut namanya Handoko Triwijoyo Sudarman, umur sudah 65 tahun tapi masih bugar dan daya ingat masih kuat. Jika sudah turun lapangan siapapun akan tunduk padanya walau penuh dengan drama.
Handoko didalam mobil menatap lekat dibalik jendela mobil komplek padat penduduk itu, dipikirannya ini adalah aset berharga jangka panjang, dimana jika ia mendapatkan tanah ini akan dibangun sebuah tempat hiburan yang sangat strategis dan menguntungkan. Otak liciknya akan menghalalkan segala cara walau dengan cara kotor.
Sesampainya didepan gapura, mobil berhenti dan Handoko keluar dari mobil dengan didampingi asistennya. Asistennya yang sudah membukakan payung agar tidak kepanasan karena terik matahari, Handoko menyuruh melipatnya kembali. Ia tidak mau pakai payung demi terlihat tidak arogan didepan warna sekitar.
Lalu langkahnya berjalan santai menuju ke rumah RT setempat. Sepanjang perjalanannya mata warga melihat Handoko dengan tajam, begitupun dengan para anak muda yang nongkrong dipinggir jalan, warkop. Handoko terus berjalan hingga sampai di depan rumah RT. Lalu asisten mencoba memanggil Pak RT dan keluarlah RT nya.
Pak RT bernama Ramdan itu membuka pintu gerbang kecilnya dan menyuruh Handoko masuk ke tempat duduk didepan teras. Ketika Handoko duduk menyuruh asistenya untuk meninggalkannya berdua dengan Pak RT.
Asisten itu meninggalkan rumah Pak RT.
Handoko dan Ramdan kini duduk berhadapan.
Ramdan tidak ada basi-basi lagi untuk menanyakan minum apa? Karena sudah tahu bakal ditolak. Lalu Ramdan minta ke inti poinnya tujuan kesini untuk apa lagi.
"Saya sudah kesini dua kali, saya kesini lagi untuk menawarkan warga disini untuk menjual tanahnya. Saya akan bayar dengan harga tinggi dari harga kemarin yang saya dan anak buah saya tawarkan ke Bapak. Bagaiman?" Ungkap dengan pertanyaan oleh Handoko.
Hamdan mendengar hal itu makin terheran-heran. Sudah ditolak puluhan kali masih saja kekeh.
"Saya sudah katakan puluhan kali tanah disini tidak dijual. Harus gimana lagi saya menolak. Saya disini sangat terganggu dengan kedatangan anak buah anda dan anda sendiri." Ungkap Ramdan, wajahnya menunjukan rasa kesal dan murka.
"Baik, jika masih sama jawabannya. Saya akan melakukan hal yang akan membuat kalian semua menyesal. Saya tidak main-main." Jawab Handoko yang berusaha dengan nada tenang dan mematikan.
"Saya menolak anda juga tidak main-main. Jika kau melakukan kejahatan pada komplek ini, maka kau akan berurusan denganku dan warga sini." Ungkap Hamdan dengan kata-kata mematikan kembali.
Setelah Handoko mendengar kata-kata dari Hamdan. Ia lekas berdiri dan pamit untuk meninggalkan rumah Hamdan. Hamdan dengan senang hati membukakan pintu gerbang keluar.
Handoko sudah disambut asistennya dan berjalan pergi menuju ke mobilnya kembali. Didalam mobil, Handoko menghubungi seseorang dari perusahaan pembantu pemulus jual beli tanah. Saat terhubung dengan nomor kantor, Handoko berkata? "Witan dimana? Saya butuh bicara dengannya."
Kala itu mobil sudah berjalan meninggalkan komplek itu.
Lalu Customer Service dibalik suara telepon itu berkata "Maaf Pak, untuk Pak Witan sudah meninggal dunia akibat tabrak lari, untuk data pembantu terbaru diganti dengan Bapak Tanto. Saya akan kirim nomor handphonenya melalu pesan ya Pak."
"Ok." Wajah Handoko kaget mendengar bahwa Witan seorang yang diandalkan dalam pembelian tanah proyeknya sudah meninggal tragis. Handoko hanya menghela nafas dan berusaha cari solusi untuk dapat komplek Muara Air itu.
Mobil kini melaju kencang menuju ke rumah Handoko.
-
Rumah yang harga ratusan milyar itu terpampang megah, desain eropa membuatnya seperti kerajaan yang paling kuat di negeri ini. Pintu saat ini terbuka lebar karena sebuah acara pertemuan keluarga sedang berlangsung, semua berdiri saling berbincang mengenai bisnis masing-masing yang maju. Semua nampak sedang menunggu seorang pemimpin dari keluarga ini yaitu Handoko.
Mobil yang ditumpangi Handoko sudah masuk ke area rumahnya, kini berhenti tepat didepan pintu masuk. Disambut oleh penjaga pintu dan dibukakan pintu mobilnya, istrinya lekas berjalan cepat menuju ke Handoko dan menuntunnya masuk kedalam rumah.
Setelah menunggu, semua mata tertuju pada Handoko, dalam hati mereka akhirnya orang yang ditunggu sudah datang untuk memulai acara penting ini. Acarapun dimulai dengan berbagai nyanyian musik, dansa dan makan-makan. Handoko mencoba menyapa semua rekan-rekan saudaranya, memberikan senyuman manis bahwa semua baik-baik saja. Setelah itu ia meninggalkan pesat itu untuk keruangan pribadinya, ada masalah yang harus diselesaikan, istrinya yang bernama Tarmini menuntunnya dan menjaga menuju ke ruang pribadinya.
Diruang pribadinya yang Susana tetap mewah dan megah, ia duduk dikursi singasanah. Lalu meminta istrinya untuk keluar dan memanggil anak pertamanya Jose Handoko. Segera istrinya sigap pergi untuk menemukan Jose.
Jose sedang sibuk berbincang dengan para sepupunya didekat kolam renang sambil tangannya meminum jus, ia seorang vegetarian. Saat sedang asyik tiba-tiba Mamanya menepuk pundak hingga kaget.
"Mama bikin kaget deh." Ungkap Jose yang kepalanya menoleh ke arah Mamanya.
Mamanya menjawab "Kau dipanggil Papamu, temuin dulu nanti kena oceh kalo kelamaan. Buruan." Muka Mamanya menatap tajam kearah anaknya itu.
"Ia." Jawab Jose dengan sedikit ketus, karena bakal ada pekerjaan rumit yang akan dikerjakan Jose.
Jose lekas berjalan cepat menuju keruang pribadi Ayahnya.
Jose sudah sampai didepan pintu ruangan, lalu membukanya dengan penuh kesabaran. Ia lalu berjalan santai menuju ke depan Ayahnya. Jose duduk dikursi tamu.
"Bapak ada masalah genting? Witan meninggal dan kita tidak punya backingan yang kuat. Kau tidak mau kan komplek Muara Air yang strategis itu sia-sia menghilang begitu saja. Bantu Ayah sekarang." Ungkap Ayah, wajahnya mulai bingung, Karena penganti Witan bakal beda tritmen kerjanya.
"Aku tahu Pa, aku mau kasih solusi lebih baik cari tempat lain Pa." Jawab Jose dengan memberikan solusi.
"Tidak." Ungkap Handoko dengan nada mulai meninggi, solusi yang diberikan anaknya diluar dari prinsipnya yang menghalalkan segala cara. Lalu Handoko melanjutkan perkataannya "Kau gila Jose, Papa tidak akan melepasnya begitu saja. Papa mau kamu yang turun gunung ke komplek itu. Kamu mungkin yang punya tritmen negosiasi lembut yang bisa meluluhkan hati warga sana."
Jose mendengar itu sudah diketahuinya sejak menebak tadi. Jose hanya mengangguk tanda setuju.
"Lakukan yang terbaik Jose. Jangan kecewakan Papa." Ungkap Papa menaruh harapan lebih pada Jose.
Jose lalu beranjak berdiri dari duduknya, melangkah pamit keluar meninggalkan ruangan Ayahnya.
-
Ibu Jose yang berada dikerumunan pesta, melihat Jose turun tangga, lekas berjalan cepat menghentikan langkah Jose. Lalu berkata "Gimana Jose, kau sudah disuruh apa?" Tanya Ibunya yang penuh penasaran. Ibunya menunggu jawaban dari Jose.
"Jose disuruh mengantikan Ayah untuk negosiasi calon proyek di Muara Air. Kata Ayah gagal setiap ia negosiasi disana." Jawab Jose.
"Bagus dong, kamu harus buktikan kalo kamu bisa Nak. Kau calon pewaris keluarga ini. Semoga kau berhasil Nak." Ucap Mamanya dengan antusias dan memberikan senyuman manis tanda untuk membuat Jose semangat.
Jose hanya bisa menghela nafas dan lekas pergi menuju ke kumpulan saudaranya. Jose kembali mengobrol dan menikmati suasana pesta.
*
..
..