NovelToon NovelToon
GrayDarkness

GrayDarkness

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Romansa
Popularitas:589
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

026 - ???

Gray, setelah beberapa saat mengamati ketiga jalan dengan saksama, menunjuk ke arah jalan yang terasa kosong. Suatu keputusan yang berani, mengingat ketiadaan energi sama sekali tidak menjamin keselamatan. Ketiadaan energi bisa berarti ketiadaan ancaman, tetapi juga bisa berarti jebakan yang lebih berbahaya lagi.

"Kita ambil jalan ini,"

Kata Gray, suaranya tegas, meskipun ada sedikit keraguan yang tersirat di baliknya. Ia merasakan kegelisahan yang aneh, sebuah firasat yang tidak bisa dijelaskan. Jalan ini terasa... berbeda. Bukan hanya kosong dari energi, tetapi kosong dari segalanya. Seakan-akan jalan ini menelan segalanya yang mendekatinya.

Ren mengerutkan kening.

"Kau yakin, Gray? Jalan itu... terasa sangat aneh. Tidak ada jejak energi sama sekali. Biasanya, bahkan di tempat yang paling terisolasi pun, ada semacam getaran energi."

Rabu mengangguk setuju.

"Aku merasakannya juga. Ketiadaan itu... menakutkan. Lebih menakutkan daripada jalan yang penuh dengan energi jahat."

Ia memegang erat cincinnya, seakan-akan mencari kekuatan tambahan dari permata biru tua itu.

Serlina, yang selalu tenang, berbicara, suaranya lembut namun penuh keyakinan.

"Percaya pada nalurimu, Gray. Kita semua telah melalui banyak hal bersama. Aku percaya padamu."

Dukungan Serlina membuat Gray merasa sedikit lebih tenang. Namun, kegelisahan itu tetap ada, menggigit di lubuk hatinya.

Mereka melangkah ke jalan yang terasa kosong. Udara terasa lebih dingin dari sebelumnya, dan kegelapan semakin pekat. Tidak ada suara, tidak ada angin, hanya keheningan yang mencekam. Langkah kaki mereka terdengar sangat nyaring, memecah kesunyian yang menakutkan. Mereka berjalan beriringan, saling bergantung satu sama lain, dalam kegelapan yang membungkus mereka seperti sebuah kain kafan. Semakin jauh mereka melangkah, semakin kuat perasaan bahwa mereka memasuki suatu tempat yang berada di luar hukum alam. Di depan mereka, hanya kegelapan yang tak berujung, menanti untuk menelan mereka. Apa yang akan mereka temukan di ujung jalan ini? Hanya waktu yang akan menjawab.

Mereka melangkah lebih dalam ke dalam kegelapan. Udara semakin dingin, menusuk tulang. Napas mereka mengembun menjadi uap putih yang cepat menghilang. Keheningan itu bukan hanya sunyi, tetapi terasa berat, menekan dada seperti beban tak terlihat. Rabu sesekali menggerakkan tangannya, seolah-olah berupaya merasakan aliran energi, tetapi hanya kehampaan yang ia temukan.

Setelah berjalan selama apa yang terasa seperti sejam, meskipun waktu terasa terdistorsi di tempat ini, mereka tiba di sebuah dataran luas. Kegelapan di sini masih pekat, namun mereka bisa melihat samar-samar bentuk-bentuk di sekitar mereka. Itu bukanlah pohon atau batu, melainkan… pilar-pilar hitam tinggi menjulang, terukir dengan simbol-simbol yang asing dan menyeramkan. Simbol-simbol itu berdenyut-denyut dengan cahaya redup, memancarkan aura yang dingin dan mengancam.

“Tempat ini…,”

Gumam Ren, suaranya bergetar sedikit. Ia menarik kerudungnya lebih tinggi, seolah-olah ingin melindungi diri dari sesuatu yang lebih dari sekadar hawa dingin.

Serlina, yang biasanya tenang, terlihat tegang. Kemampuannya untuk menghilang tampaknya kurang efektif di sini; dia merasakan seperti sedang dilihat, diamati oleh sesuatu yang tak terlihat.

Tiba-tiba, angin berhembus, angin yang bukan berasal dari alam, tetapi terasa seperti bisikan ribuan suara, suara-suara yang penuh kebencian dan kesedihan. Angin itu membuat pilar-pilar hitam bergoyang, dan simbol-simbolnya menyala lebih terang.

Dari balik pilar-pilar, sesuatu bergerak. Bayangan-bayangan yang besar dan gelap, sulit dibedakan bentuknya, menyeruak dari kegelapan. Mereka bergerak perlahan, mendekati kelompok Gray.

“Bersiap!”

Seru Rabu, tangannya sudah siap memegang tongkat sihirnya yang tersembunyi di bawah jubah. Cincin di jarinya memancarkan cahaya biru redup, meningkatkan aliran energinya.

Gray mengenggam pedang hitamnya dengan erat. Aura gelap pedang itu beresonansi dengan aura dingin dari pilar-pilar hitam, membuat kepalanya berdenyut-denyut. Ia merasakan kekuatan yang besar, tetapi juga bahaya yang mengancam.

Dari balik bayangan yang semakin dekat, sebuah mata merah menyala muncul. Kemudian satu lagi, dan lagi. Banyak mata merah menyala menatap mereka dari kegelapan.

Mata merah itu semakin banyak, muncul dari balik pilar-pilar hitam yang menjulang tinggi. Bayangan-bayangan besar mulai mengambil bentuk, menampakkan diri sebagai makhluk-makhluk mengerikan dengan tubuh kurus, kulit hitam legam, dan mata merah menyala yang seperti bara api. Tangan-tangan mereka seperti cakar, panjang dan kurus, dan dari mulut mereka keluar tawa yang serak dan menggema di antara pilar-pilar itu.

"Mereka... mereka adalah anak-anak kegelapan,"

Bisik Ren, suaranya penuh ketakutan. Ia merapatkan diri ke Serlina, yang dengan tenang melepaskan aura samar yang membuatnya hampir tak terlihat.

Rabu mengarahkan tongkatnya, cincin di jarinya bercahaya terang.

"Sihirku... tidak akan cukup melawan banyaknya mereka,"

Ucapnya, suaranya sedikit gemetar.

Gray merasakan denyutan tajam di kepalanya; aura gelap pedang di tangannya beresonansi dengan aura jahat makhluk-makhluk itu, seolah-olah pedang itu berbisik padanya, haus akan pertumpahan darah. Ia merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir di dalam dirinya, kekuatan yang gelap dan berbahaya, tetapi juga kekuatan yang mungkin bisa menyelamatkan mereka.

"Kita tidak bisa melawan mereka semua,"

Kata Gray, suaranya tegas meskipun ada sedikit getaran di dalamnya. Ia melirik ke arah jalan yang mereka tempuh. Tidak ada jalan keluar yang terlihat. Mereka terkepung.

“Lalu apa yang kita lakukan?”

Tanya Serlina, suaranya tenang di tengah kekacauan yang mengancam. Ia melihat ke arah Gray, menunggu arahan dari pemimpin mereka yang masih muda. Matanya yang tajam menyelidiki kegelapan.

“Mungkin ada celah, jalan lain yang tidak kita lihat?”

Suasana mencekam berubah seketika. Tawa serak makhluk-makhluk itu terhenti mendadak, digantikan oleh keheningan yang lebih menakutkan daripada sebelumnya. Suara agung, bergema dan tak terkira kekuatannya, menggema di antara pilar-pilar hitam.

"Diam,"

Kata suara itu, setiap kata diukir dengan kekuatan yang mampu menghancurkan gunung.

Gray dan Serlina merasakan tekanan yang luar biasa, seolah-olah ribuan beban ditumpangkan pada tubuh mereka. Mereka jatuh berlutut, tubuh gemetar tak terkendali. Air mata bercampur keringat dingin membasahi wajah mereka. Ren dan Rabu, yang lebih lemah, langsung pingsan, roboh ke tanah tanpa daya.

Ketakutan yang luar biasa mencengkeram Gray. Bukan hanya ketakutan akan makhluk-makhluk mengerikan di hadapannya, tetapi juga ketakutan akan kekuatan yang maha dahsyat yang baru saja bergema. Ia merasakan kekuatan itu, sesuatu yang jauh melampaui kekuatan gelap dalam dirinya, sesuatu yang kuno dan tak terduga.

"Oh, kalian... tidak jatuh saat mendengar suara-Ku?"

Suara agung itu berlanjut, nadanya terdengar penuh rasa ingin tahu, bahkan sedikit... geli.

"Menarik..."

Gray mencoba mengangkat wajahnya, tetapi tubuhnya terlalu lemas. Ia hanya bisa melihat bayangan-bayangan mengerikan itu, masih berdiri tegak, tak bergerak, tunduk kepada suara yang maha kuasa itu. Mereka kelihatan seperti patung-patung yang diatur oleh sebuah kehendak yang lebih besar.

"Gray...Serlina..."

Suara itu memanggil nama mereka, suara itu menggema di benak mereka, tajam dan langsung.

"Kami... kami..."

Gray mencoba menjawab, suaranya hanya berupa bisikan yang nyaris tak terdengar. Ketakutan mencapai puncaknya. Dia melihat pedang di tangannya; pedang yang baru saja terasa begitu kuat, kini terasa seperti mainan di hadapan kekuatan ini.

Kegelapan di sekitarnya seakan-akan berputar-putar, menelan mereka dalam kegelapan yang lebih pekat. Dan di tengah kegelapan itu, suara agung itu terus bergema, mempermainkan mereka dengan kekuatannya yang tak terbayangkan. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang diinginkan oleh suara itu? Gray tidak tahu. Ia hanya bisa menunggu, menanti nasib yang ditentukan oleh kekuatan yang jauh lebih besar daripada dirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!