NovelToon NovelToon
Ketidakhadiran Cinta Dalam Pernikahan

Ketidakhadiran Cinta Dalam Pernikahan

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Cinta Paksa / Beda Usia / Romansa
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Lei.

"Aku tidak mau menikah dengan Rizky!" teriak Lisa. Tapi apa daya takdir seolah-olah mengikat pernikahan itu.Kini ia tengah menangisi dirinya sendiri karena akan menjadi calon pengantin baru setelah malam perpisahan ini.

Siapa sangka bahwa dirinya sudah dijodohkan saat berumur 10 tahun oleh kedua belah pihak. Rizky yang baru saja berumur 18 tahun itulah yang melamar Lisa yang masih kecil dan polos.

Bahkan pertemuan mereka hanya terjadi sekali sewaktu Lisa berumur 10 tahun. Tidak adanya keakraban maupun kemesraan yang terjadi apalagi cinta.

Akankah pernikahan tanpa berlandaskan cinta dapat terus bertahan? Apakah Lisa hanya akan diam dan tidak memberontak mengenai pernikahan ini?

Kepoin cerita serunya yuk! Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lei., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saatnya Kabur!

Setelah Bibi Siti menyampaikan rancangan, Lisa pun merasa bingung dengan keputusan yang harus diambil.

“Bagaimana menurutmu? Apakah ada yang kurang?” bisik Bibi Siti.

“Bagus sih, Bi. Tapi ... bagaimana dengan sekolahku? Apakah aku sampai ... harus putus sekolah agar melarikan diri? Seharusnya jangan sampai putus sekolah kan, Bi?”

“Iya, kamu bisa lari setelah kamu selesai ujian akhir sekolah.”

“Tapi Bi, bagaimana dengan ijazah ku? Bagaimana dengan urusan lainnya?”

“Itu semua bisa diurus sama Bibi asal kamu bisa melarikan diri dari sini.”

Lisa pun hanya mengangguk dan mulai merencanakan satu per satu persiapannya tanpa diketahui siapa pun.

Gadis itu pun hendak kembali masuk ke rumah setelah pembicaraan mereka berdua selesai.

Tapi gadis itu masih teringat sesuatu yang hendak diucapkannya.

“Tunggu, Bi.”

Bibi Siti pun menoleh kembali.

“Ada apa?”

“Bibi ... kenapa mau membantuku sampai sebanyak ini?” ucap Lisa dengan wajah terharu melihatnya.

Bibi itu pun tersenyum sambil memegang kedua tangannya seolah-olah ia memancarkan kehangatan yang hampir sama seperti seorang Ibu.

“Bibi tidak banyak membantu kok. Ini lebih ke Lisa yang seberapa banyak membantu diri sendiri.”

Lalu percakapan pun telah selesai dan semuanya pergi ke arah masing-masing.

Sebuah rencana pun tersusun sedikit demi sedikit dengan arahan yang dibantu oleh Bibi tersebut.

Semuanya dipersiapkan Lisa diam-diam dari barang bawaan, dana dan pencarian tempat tinggal dengan jangka waktu 3 tahun.

Di sisi lain saat bersekolah, tetap ada saja orang yang terus mengejar Lisa habis-habisan karena paras cantiknya.

Baik dari abang kelas, kelas sebelah dan kelas sendiri pun tergila-gila dengan kecantikannya.

“Haish, aku iri banget deh sama kamu, Sa.” ucap Viona yang tengah duduk bersama dengannya di jam istirahat.

“Loh? Iri apa? Kita kan teman.”

“Bukan itu, cowok-cowok banyak banget yang kejar sama tembak kamu. Bahkan lu bilang ada yang sampai datang ke rumahmu kan sampai ayahmu marah besar?” ucap Viona dengan tertawa aneh.

“Lah? Kamu iri sama yang gituan, Vi? Mereka cuma suka tampangku saja seperti buaya umumnya,” balas Lisa kembali dengan tampang cuek dengan temannya.

Viona pun tertawa terkekeh-kekeh melihat wajah Lisa.

“Yah, tetap seru kok kalau bisa di posisi kamu.”

Lisa pun sampai menggeleng kepala melihat Viona yang tergila-gila akan cinta dan haluannya.

“Toh dari 100 buaya yang kejar sama tembak kamu tetap satu-satunya yang bertahan ya si Faizah yang paling setia dan tulus sama kamu.”

Tapi gadis itu tampaknya tidak banyak memedulikan dengan percintaan itu maupun Faizah yang tulus.

Ia jelas tahu bahwa Faizah pernah berkunjung di rumah yang membuat ayahnya marah besar dan Lisa pun terkena imbasnya.

Ayahnya terus-terusan mengungkit lelaki itu untuk menyadarkan Lisa bahwa ia akan menikah dengan Rizky mau bagaimana pun.

Wajah Lisa pun tampak mendung setelah mendengar ucapan Viona dengan ingatan mengenai ayahnya.

“Sudahlah, Vi. Kita sudah SMA 3 dan harusnya kita lebih berfokus pada karir bukan gila kawin,” ucap Lisa dengan wajah tidak senang.

“Cih,” gumam Viona dengan tatapan sinis.

Ia pun pergi meninggalkan bangku Lisa begitu saja seperti sebelumnya jika Lisa seperti ini.

Lisa pun tidak keberatan dengan sifatnya yang selalu iri dengki dengan dirinya.

Tasya yang menghampiri Lisa pun melihat kejadian Viona yang sehari-hari seperti itu.

“Kenapa dia, Sa? Kayak biasa?” tanya Tasya.

Lisa pun mengangguk pelan dengan wajah tidak tertarik.

“Aku tahu kalau Viona kayak gini karena ada sangkut paut sama aku. Tapi kan aku benar-benar ga bersalah!” ucap Lisa yang tiba-tiba marah.

“Iya, Sa. Aku paham.”

“Ya kan? Masa salah aku kalau cowoknya yang dari sekolah lain pacaran sama Viona buat motif cari info sama deketin aku terus mereka berakhir putus?”

Tasya pun hanya menepuk bahunya dengan pelan.

“Terus sekarang dia sindir sama salahin aku soal cowoknya yang begitu padahal aku sudah ada Faizah yang begitu tulus kejar aku!”

Tasya yang merupakan teman baiknya pun berusaha menenangkan dirinya dan mencoba mencari topik lain agar fokus Lisa teralihkan.

“Sudahlah, Sa. Tidak usah peduli soal cowok-cowok. Kita harus fokus karir sama-sama. Kan begitu?” ucap Tasya dengan senyuman cerah bagai menyinari dirinya.

Lisa pun hanya mencoba menyemangati dirinya dengan alasan akan berkarir ke depannya bersama temannya.

Ia jelas-jelas tahu kalau berfokus pada karir adalah ucapan bohong yang terus menerus ia ucapkan.

Sudah lama ia merasa bersalah pada diri sendiri karena ucapan yang tidak sesuai dengan dirinya.

“Aku jelas-jelas tamat SMA langsung nikah sama Rizky. Tapi aku tetap saja membohongi diri sendiri sama orang lain.”

...----------------...

Hari-hari pun berlalu hingga tiba ujian akhir sekolah.

“Yes! Besok hari terakhir ujian. Terus aku cabut deh,” ucap batin Lisa.

Ia merasa sangat senang dengan persiapan matangnya untuk pergi dari sini.

Bahkan ia bernyanyi kecil sambil duduk di bangku untuk menyisir rambut panjang dan halusnya.

Tapi kebahagiaan gadis itu mulai kurang sedikit demi sedikit saat ia menatap begitu lama paras cantiknya di cermin.

“Apa aku sudah benar jika melakukan hal seperti ini? Bagaimana dengan Ayah dan Ibu? Apakah mereka akan tertimpa masalah jika aku seperti ini? Tidak usah peduli deh, toh mereka juga engga sayang sama peduliin aku.”

Lisa pun bangkit dari bangkunya dan melihat sekeliling isi kamarnya dengan senyum tipis.

“Hm, ini adalah malam terakhir aku tidur di sini. Tapi ... bukankah artinya aku ... berhutang budi selama ini dengan keluarga Rizky? Apakah aku akan terus berhutang budi seperti ini atau menikah sebagai bayarannya?”

Lisa pun merasa buntu dengan pikiran itu lau mengabaikan pikiran itu.

Sekarang yang perlu ia lakukan adalah mendorong lemari baju Lisa yang besar dan berat ke samping untuk mengambil koper yang telah ia simpan begitu lama.

Ia pun mendorong sekuat tenaga sampai mengeluarkan napas berat tetapi lemari itu hanya bergerak beberapa centimeter saja dari titik awal.

“Aku harus lebih berusaha lagi. Semangat!” ucap batin Lisa.

Ia pun lanjut mendorong dan pintu tiba-tiba berbunyi, “krek.”

Lisa pun menoleh dengan cepat ke arah pintu dan menyadari keberadaan Ibunya.

“I-Ibu? A-ada apa?” ucap Lisa dengan panik.

Ibunya juga seharusnya melihat kalau Lisa sedang mendorong lemari dengan tingkah dan ekspresi yang aneh hari ini.

“Ngapain kamu, Lis?” tanya Ibu dengan datar.

“Aku cuma ... mau ... em, nyapu, Bu.”

Entah Ibu menyadari atau tidak tindakan aneh anaknya hari ini.

“Sini kamu, Lis. Ibu mau bincang-bincang denganmu.”

Lisa pun menelan ludah dan menghampiri Ibunya.

1
Lei.
terima kasih ya ka bening🥰
Bening
bacanya nyicil dulu, lei
1 /Coffee/ kopi + 2 /Rose//Rose/ bunga sebagai semangat..
Bening: sama2 lei
Lei.: terima kasih ka bening🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!