Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bocah Aneh
Flow yang pergi bersama Yuyu, menelusuri jalanan dengan antusias, tujuan utama mereka pergi ke pusat perbelanjaan, ia yang tengah melihat-lihat kiri kanan tiba-tiba terkejut mendengar suara minta tolong, ia melihat di depan rumah makan ada kerumunan sambil ber bisik-bisik dan ada suara yang meminta tolong.
Ia bergegas pergi ke kerumunan tersebut, ia melihat seorang anak laki-laki berusia antara 8 sampai 10 tahunan sedang di siksa oleh seorang pemuda. Anak tersebut sudah babak belur karena di tendang dengan beringas.
Entah apa kesalahan nya hingga di siksa sedemikian rupa.
"Yuyu, cari tahu apa yang terjadi! aku, akan menolong anak itu, kasihan sekali dia."
Yuyu langsung bergegas mencari informasi tentang apa yang terjadi dengan anak itu.
.
.
.
Sedangkan di Bumi,
"Bima, bagaimana? apa kau sudah mencari informasi gadis itu?"
"Sudah tuan, dia gadis yatim-piatu, tinggal sendirian di kontrakan xxxx, sebelumnya, setelah dari sini ia bekerja di cafe Asmara tuan, sepertinya hari ini dia juga tidak masuk bekerja."
"Kemana dia? apa ada lagi informasi tentang nya?"
"Ini tuan, semua informasi lengkap tentangnya," jawab Bima sambil menyodorkan berkas informasi tentang flow.
Rangga dengan antusias membuka lembar demi lembar isi berkas tersebut, ia membacanya dengan seksama sambil senyum-senyum.
Bima yang melihat bos nya seperti itu tercengang, bosnya yang anti wanita dan tidak pernah perduli sama orang lain sekarang malah dengan semangat mencari informasi seorang gadis.
.
.
"Bagaimana Yuyu? kau mendapatkan informasinya?" Yuyu mengangguk sambil membisikkan informasi tentang pemuda yang menyiksa anak-anak tersebut dan apa yang terjadi sebenarnya.
Flow yang mendengar informasi dari Yuyu pun merasa geram, bagaimana mungkin mereka melakukan itu hanya untuk menarik perhatian orang? ya! mereka berhasil menarik perhatian orang, tapi kenapa dengan cara yang kejam?
Sungguh flow tak habis pikir, anak kecil yang ia sangka sedang di siksa ternyata dalang dari penyiksaan nya sendiri.
Ya! anak kecil itu lah yang memaksa si pemuda untuk menyiksanya, dengan bujukan 5 keping perak dan dibelikan baju yang bagus.
Sang pemuda merupakan seorang pengemis pun semula menolak keinginan anak itu, namun karena akhirnya di paksa serta di ancam, ia pun menyetujui untuk melakukan keinginan anak kecil itu dengan menyiksanya sedemikian rupa, hanya, supaya orang tuanya mengasihinya dan setelah itu mengabulkan keinginannya, sungguh pemikiran yang membagongkan sekali.
Flow langsung membelah kerumunan itu, ia sangat geram dengan pemikiran anak itu, hingga Flow langsung mendekati mereka ia menghentikan sang pemuda melanjutkan aksinya, dan menyuruhnya pergi, sedangkan untuk anak itu Flow langsung menjewer telinganya sampai panjang dan memerah, ia melanjutkan jalannya dengan tetap menjewer telinga bocah itu yang otomatis mengikuti nya.
"Hei, apa-apaan ini? lepaskan tanganmu Nona."
"Ingin di lepas kan? kalau begitu minta maaflah pada pemuda tadi dan pada Ibu serta Ayahmu. Dengan begitu akan ku lepaskan tangan ku dari telingamu."
"Cih, anda siapa Nona? ikut campur dalam urusanku? lihatlah! justru aku yang babak belur karena orang tadi, tapi kenapa justru aku yang harus minta maaf?" kekehnya dengan pura-pura lugu dan menjadi korban yang tersakiti.
Yuyu yang mengikuti dari belakang hanya menggeleng-geleng kan kepala nya mendengar celotehan sang bocah dengan Nona nya.
"Diam kau, kau pikir aku bodoh? tidak mengetahui sandiwara yang sedang kau lakukan? malang sekali orang tuamu, memiliki anak seperti dirimu."
"Paman, bantu aku, usir wanita ini dan suruh dia melepaskan tangannya itu!" perintah nya pada Paman Pengawal nya yang sedari tadi mengikuti dari belakang bersama Yuyu.
"Paman, jika kau mengikuti kemauan tuan muda mu itu, yang ada nanti kepalanya akan lepas dari tubuhnya," ancam Flow.
Glek
Paman pengawal hanya diam, tak berani membantah perkataan Flow, takut-takut jika ancamannya tidak main-main.
Flow sangat puas melihat reaksi pengawal itu, dia tersenyum tipis, sangat sangat tipis, sehingga tidak tampak oleh siapapun.
"Paman tuntun aku ke kediaman tuan muda mu,"
"Baik Nona."
Singkat cerita, akhirnya mereka sampai di depan kediaman Adipati.
Saat memasuki kediaman tersebut, para pengawal ternganga melihat hal yang terjadi pada tuan mudanya.
"Nyonya, nyonya!"
"Katakan!"
"Tuan muda telah kembali nyonya, tapi," belum selesai sang pelayan berbicara sudah di hentikan oleh sang nyonya dengan mengangkat tangannya sedikit ke atas.
Namun pelayan tersebut tidak juga beranjak dari sana. Kembali nyonya Adipati bertanya, "ada apa lagi?" sambil meminum tehnya namun ia tak menatap sang pelayan.
"Itu, nyonya," akhirnya pelayan itu pun menceritakan tentang tuan mudanya yang datang tapi sambil di jewer sama seorang gadis.
"Akhirnya, ada yang berani sama bocah itu, saya sudah pusing memikirkan kelakuannya selama ini,
saya akan ke sana, kau pergilah ke bagian dapur! minta mereka memasak makanan yang lezat! aku akan menyambut wanita itu."
"Baik nyonya, saya permisi undur diri."
"Hem,"
Bagaimana tidak sang anak akan melakukan hal-hal yang di luar nalar, jika sang Ibu sangat dingin seperti itu! Nyonya Adipati sebenar nya sangat menyayangi sang putra, namun ia tak pandai mengekpresikan rasa sayang nya itu, hingga putranya selalu berbuat ulah demi mencari perhatiannya.
Sesampainya nyonya Adipati di ruang pertemuan, ia melihat sang buah hati telinganya di jewer seperti cerita pelayannya, ia tersenyum melihatnya, namun tak ada yang mengetahui nya.
Flow akhirnya melepaskan tangannya dari telinga anak kecil licik itu, setelah ia melihat seorang wanita cantik memasuki ruangan, yang ia yakini pasti nyonya Adipati, karena para bawahan di sana semuanya menunduk hormat padanya.
"Ibu, lihatlah wanita ini, begitu berani menyiksa putramu!" adunya dengan memelas.
"Ibu, beri keadilan bagi putramu! wanita ini juga telah mempermalukan aku di depan masyarakat sepanjang perjalanan,"
"Salam nyonya,"
"hem, apa yang di lakukan putraku? hingga dia seperti itu Nona?"
Flow memberi tahu kan semua yang ia lihat dan ia dengar tentang anak itu, hingga ia berakhir menjewer telinga nya sepanjang perjalanan sampai ke sini.
Nyonya Adipati yang mendengarkan, muka nya langsung memerah dan lama kelamaan menghitam mendengar kelakuan putranya.
"Paman Ceng!"
"Hamba Nyonya," jawab Paman Pengawal yang mengawal anaknya.
"Ceritakan padaku kejadian yang sebenarnya, apakah benar yang di ucapkan perempuan ini?"
"Be benar Nyonya, tuan muda,,,,," Paman pengawal pun menceritakan semua kejadian detailnya.
"Aming, apa yang kau inginkan? hingga melakukan semua itu? sekarang terima hukuman mu, kau tidak diperbolehkan keluar dari ruangan mu selama satu bulan! Jika kau melanggar nya, kau akan ibu kirim ke kuil desa terpencil."
Deg
"Tapi ibu," dengan wajah memelas ia berharap ibunya akan mengurangi masa hukuman nya.
" Tidak ada tapi-tapian, kalau kau masih membantah akan ibu tambahkan hukuman mu."
"Paman Ceng, antar Aming ke kamarnya, jangan sampai ia melanggar hukumannya."
"Baik nyonya."
"Nona, terimakasih karena kau telah menegur anakku, aku tak tahu apa yang akan dia lakukan lagi kalau tak ada yang berani menegurnya."
"Tidak apa-apa Nyonya, kebetulan Aku tadi berada di sana."
"Sebagai ucapan terimakasih ku, terimalah kotak ini, setelah ini alangkah baiknya kita makan terlebih dahulu."
"Terimakasih nyonya, tapi tak perlu repot-repot, aku tulus membantu nyonya, aku tidak bisa berlama-lama di sini, masih ada urusan yang belum aku selesai kan, aku pamit undur diri nyonya."
"Baiklah, baiklah, tapi setidaknya kau bawalah kotak ini, aku akan merasa senang jika kau menerimanya."
"Baik, aku terima, terimakasih nyonya. Aku undur diri sekarang."
Setelah Flow mengambil kotak hadiah, ia langsung pamit dan meningkatkan kediaman Adipati.
"Nona muda, apakah kita akan ke kota atau kembali ke kediaman?" Yuyu bertanya, karena dia bingung dengan arah yang di ambil Flow.
"Kita kembali ke kota, aku belum sempat menikmati berbagai jajanan di sana, dan juga aku ingin melihat peluang untukku."
"Baik Nona, kalau begitu kita seharusnya mengambil jalan ke arah sana Nona!" jawab Yuyu ragu-ragu, sambil menunjukkan arah yang benar. Ehhh, kenapa kau baru bilang Yuyu?" kilah Flow pura-pura marah, padahal ia malu sebab ia tak tahu arah dan mukanya telah memerah menahan malu.
"Maaf Nona."
Akhirnya mereka kembali ke kota,
Bersambung,
Seperti biasa ya, jangan lupa follow 💗💗
Like dan komentar sebanyak-banyaknya, kalau berkenan gift sama vote nya juga ya!! 👉🏻👈🏻👉🏻👈🏻🤗🤗
Ingat disini boleh berkomentar sesukanya,, tapi sangat-sangat DILARANG MEMBERI RATING RENDAH.
Terimakasih guys, Salam Sayang dari author, 😘😘❤️❤️🫶🫶
Lalu aku pengen tahu alasan kakek nya Flow tidak merestui hubungan antara ayah dan ibu nya