NovelToon NovelToon
Clara Sang Primadona SMA

Clara Sang Primadona SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Fantasi Wanita
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nada Mahase

Clara seorang gadis SMA yang sering mendapat bully disekolah nya. Apakah ia mampu bertahan dan menjadi primadona sekolah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nada Mahase, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 Pertarungan tak terduga

Hari-hari berlalu, dan meskipun Clara merasa sedikit lebih tenang dengan adanya Arman dan Rendy, rasa takutnya terhadap Rina dan gengnya masih menghantuinya. Di sekolah, Rina tampak tenang, tetapi Clara tahu bahwa ketenangan itu hanya sementara. Clara selalu merasa bahwa Rina sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar.

Suatu pagi, ketika Clara tiba di sekolah, suasana terasa aneh. Bisikan dan tatapan aneh dari teman-temannya membuatnya merasa tidak nyaman. Saat dia berjalan ke arah lokernya, Arman tiba-tiba muncul di sampingnya dengan wajah cemas.

"Clara, aku mendengar sesuatu yang buruk," kata Arman dengan suara pelan.

"Apa maksudmu, Arman?" tanya Clara dengan rasa khawatir.

"Aku mendengar Rina dan gengnya merencanakan sesuatu untuk hari ini. Mereka berencana membuatmu malu di depan seluruh sekolah," jawab Arman.

Clara merasakan jantungnya berdetak kencang. "Apa yang harus kita lakukan?"

"Kita harus tetap waspada dan tidak terjebak dalam jebakan mereka," kata Arman dengan tegas. "Aku dan Rendy akan membantumu. Kita akan melalui ini bersama."

Ketika mereka sampai di kelas, Clara merasa ketegangan semakin meningkat. Rina dan gengnya terlihat berbisik-bisik di pojok kelas sambil menatap Clara dengan tatapan sinis. Clara mencoba fokus pada pelajaran, tetapi pikirannya terus dipenuhi dengan rasa cemas.

Saat istirahat tiba, Arman dan Rendy mengajak Clara untuk duduk di tempat yang lebih sepi di kantin. Mereka berharap bisa menghindari Rina dan gengnya. Namun, tiba-tiba, seorang siswa yang tidak dikenal mendekati mereka.

"Clara, kamu harus pergi ke aula sekarang. Ada sesuatu yang penting untukmu di sana," kata siswa tersebut dengan nada serius.

Clara merasa ragu, tetapi Arman dan Rendy saling berpandangan dengan cemas. "Kita harus pergi bersamanya, Clara. Aku tidak suka ini, tapi kita harus melihat apa yang mereka rencanakan," kata Rendy.

Dengan perasaan tidak tenang, mereka bertiga pergi ke aula. Ketika mereka tiba di sana, aula sudah penuh dengan siswa-siswa yang tampak menunggu sesuatu. Di depan aula, ada panggung kecil dengan mikrofon.

Tiba-tiba, Rina naik ke panggung dan mengambil mikrofon. "Hai, semuanya! Kami punya sesuatu yang spesial untuk kalian hari ini," serunya dengan senyum lebar. "Clara, bisakah kamu maju ke depan?"

Clara merasakan seluruh mata di aula tertuju padanya. Dengan langkah gemetar, dia maju ke depan, diikuti oleh Arman dan Rendy. Rina menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan.

"Clara, kami tahu kamu suka menulis," kata Rina sambil melambai-lambaikan sebuah buku. "Jadi, kami pikir akan menyenangkan jika kami berbagi karya terbarumu dengan seluruh sekolah."

Clara terkejut. Itu adalah buku hariannya yang hilang beberapa hari yang lalu. Dia tidak tahu bagaimana Rina bisa mendapatkannya. Rina membuka buku itu dan mulai membacakan beberapa bagian yang paling pribadi dengan suara keras.

Siswa-siswa di aula mulai tertawa dan berbisik-bisik. Clara merasakan pipinya memerah dan air mata mulai menggenang di matanya. Namun, sebelum Rina bisa melanjutkan, Arman meraih mikrofon dari tangan Rina.

"Cukup, Rina!" teriak Arman. "Ini sudah keterlaluan. Kamu tidak punya hak untuk membacakan buku harian Clara di depan semua orang!"

Rina tertawa sinis. "Oh, Arman. Kamu selalu menjadi pahlawan bagi Clara. Tapi apa yang kamu lakukan tidak akan mengubah fakta bahwa dia adalah bahan tertawaan."

Rendy maju dan berdiri di samping Arman. "Rina, kamu pikir dengan melakukan ini, kamu akan terlihat lebih baik? Kamu hanya menunjukkan betapa rendahnya dirimu."

Suasana di aula semakin tegang. Beberapa siswa mulai merasa tidak nyaman dengan apa yang terjadi. Pak Budi, yang mendengar keributan, masuk ke aula dan melihat situasi yang sedang berlangsung.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Pak Budi dengan suara tegas.

Arman segera menjelaskan situasinya. Pak Budi menatap Rina dengan tatapan tajam. "Rina, ini sudah cukup. Kamu dan teman-temanmu akan mendapatkan konsekuensi yang serius atas tindakan kalian."

Rina mencoba membela diri, tetapi Pak Budi tidak mau mendengarnya. "Semua siswa, kembali ke kelas masing-masing. Pertunjukan ini sudah berakhir," kata Pak Budi.

Setelah semua orang pergi, Pak Budi membawa Clara, Arman, Rendy, Rina, dan teman-teman Rina ke ruang kepala sekolah. Di sana, Bu Anita menunggu dengan wajah serius.

"Rina, apa yang kamu lakukan tidak dapat diterima," kata Bu Anita. "Kamu dan teman-temanmu akan mendapat skorsing selama satu minggu. Dan jika ini terjadi lagi, kamu akan dikeluarkan dari sekolah."

Rina terlihat marah dan kecewa, tetapi dia tidak bisa membantah. Setelah pertemuan selesai, Clara, Arman, dan Rendy keluar dari ruang kepala sekolah dengan perasaan lega.

"Terima kasih, Arman, Rendy. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kalian tidak ada," kata Clara dengan suara pelan.

"Kami akan selalu ada untukmu, Clara," kata Arman sambil tersenyum. "Kita adalah teman, dan teman selalu saling mendukung."

Meskipun kejadian itu sangat melelahkan, Clara merasa bahwa akhirnya ada keadilan. Rina dan gengnya akhirnya mendapatkan konsekuensi atas tindakan mereka. Clara merasa bahwa dia bisa mulai menjalani hari-harinya dengan sedikit lebih tenang.

---

Beberapa minggu berlalu, dan suasana di sekolah mulai membaik. Clara merasa lebih percaya diri dan mulai terlibat dalam kegiatan sekolah. Dia bergabung dengan klub sastra dan mulai menulis cerita pendek yang selalu ingin dia tulis.

Suatu hari, Arman dan Rendy mengajak Clara untuk pergi ke sebuah kafe di dekat sekolah setelah jam pelajaran. Mereka duduk di sana, menikmati kopi dan berbicara tentang banyak hal. Clara merasa sangat berterima kasih memiliki teman seperti mereka.

"Clara, bagaimana dengan cerita pendekmu? Sudah selesai?" tanya Rendy dengan antusias.

"Ya, aku sudah hampir selesai. Aku sangat bersemangat untuk menunjukkan kepada kalian," jawab Clara sambil tersenyum.

"Kami tidak sabar untuk membacanya," kata Arman. "Kamu memiliki bakat besar, Clara. Jangan biarkan siapa pun membuatmu merasa sebaliknya."

Clara merasa hatinya hangat. Dia tahu bahwa perjalanan masih panjang dan mungkin akan ada rintangan lain di depan, tetapi dengan teman-temannya di sisinya, dia merasa bisa menghadapi apapun.

Malam itu, Clara menulis di buku hariannya. Dia menuliskan perasaannya yang campur aduk - rasa syukur, harapan, dan kebahagiaan. Dia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi, tetapi dia siap untuk menghadapi apapun yang datang dengan kepala tegak dan hati yang kuat.

Clara menutup buku hariannya dan memandang keluar jendela. Bintang-bintang bersinar terang di langit malam, memberikan harapan dan inspirasi. Clara tersenyum, merasa bahwa dia telah menemukan kekuatan di dalam dirinya yang tidak pernah dia sadari sebelumnya.

Dan dengan itu, Clara tahu bahwa apapun yang terjadi di masa depan, dia akan selalu bisa menghadapinya dengan keberanian dan dukungan dari teman-temannya.

---

Bersambung

Stay terus ya teman teman

1
Kuroi tenshi
Gemesin banget sih tokoh utamanya, bikin hati meleleh😍
Nada Mahase: Halo kak, makasih ya udah baca, kalau boleh, dukung novel ini ya
total 1 replies
Yukishiro Enishi
Kocak abis
Nada Mahase: makasih kak sudah mau mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!