Realita skripsi ini adalah perjuangan melawan diri sendiri, rasa malas, dan ekspektasi yang semakin hari semakin meragukan. Teman seperjuangan pun tak jauh beda, sama-sama berusaha merangkai kata dengan mata panda karena begadang. Ada kalanya, kita saling curhat tentang dosen yang suka ngilang atau revisi yang rasanya nggak ada habisnya, seolah-olah skripsi ini proyek abadi.
Rasa mager pun semakin menggoda, ibarat bisikan setan yang bilang, "Cuma lima menit lagi rebahan, terus lanjut nulis," tapi nyatanya, lima menit itu berubah jadi lima jam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Saat aku bertemu dengan dospem 2 hari ini, for some reason, my heart tiba-tiba dirundung kerinduan yang mendalam.
Seeing him, aku tiba-tiba teringat almarhum ayahku. Ini seperti sebuah luka lama yang terbuka kembali, a sense of loss that never fully faded away, sebuah rasa kehilangan yang tidak pernah sepenuhnya menghilang.
Usually, before I went anywhere or faced something important, I would talk to my father and ask him to pray for me.
Biasanya, sebelum aku pergi ke mana pun atau menghadapi sesuatu yang penting, aku akan bercerita pada ayahku dan memintanya untuk mendoakanku.
In every instance, ayah selalu mengatakan dengan penuh ketulusan, "Kamu enggak perlu minta, karena bapak selalu doain kamu."
Those words were a comfort, kata-kata tersebut menjadi pelipur lara, dan kehadirannya selalu terasa seperti sebuah perlindungan yang tak tergantikan.
Rido orang tua, kata-kata tersebut seakan mempermudah setiap urusan kita. Saat ayahku masih ada, everything felt lighter, rasanya segala sesuatu terasa lebih ringan karena aku tahu bahwa aku selalu didukung dan didoakan.
Now, as I face challenges and difficulties, kini, saat aku menghadapi tantangan dan kesulitan, aku menyadari betapa berartinya dukungan tersebut, in my life.
Ketika aku mengingat betapa berartinya momen-momen itu, aku merasa harusnya aku bisa bercerita pada ibuku.
Namun, aku juga sadar bahwa aku sudah menjadi besar dan sebagai anak pertama, there is an expectation for me to be more independent, ada harapan agar aku bisa menjadi lebih mandiri. Rasanya tidak mungkin aku terus-menerus mengeluh kepada ibuku.
So, I keep all those feelings to myself.
Jadi, aku memendam semua perasaan itu sendiri.
I bury the pain and deep longing, memendam rasa sakit dan kerinduan yang mendalam, striving to stay strong in front of my younger siblings, berusaha untuk tetap terlihat kuat di hadapan adik-adikku.
I know they need someone they can rely on, and I have to be their pillar of support.
Aku tahu bahwa mereka memerlukan sosok yang bisa mereka andalkan, dan aku harus menjadi tempat sandaran bagi mereka.
There are times when I deeply long for a place to lean on, just like I had before, but I have to face the reality that I need to work harder to appear strong.
Ada saat-saat ketika aku merasa ingin sekali memiliki tempat sandaran seperti yang aku miliki sebelumnya, namun aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku harus berusaha lebih keras untuk tampil kuat.
***
Di bagian latar belakang, tidak ada revisi yang perlu dilakukan—sebuah berita baik yang membuatku merasa sedikit lega.
Namun, perhatian dospem 2 ternyata terfokus pada bagian rumusan masalah, di mana ada beberapa revisi yang perlu dilakukan.
***
Rumusan masalah dalam sebuah penelitian adalah titik awal yang krusial untuk menentukan arah penelitian kita. Ini adalah pertanyaan inti yang akan kita jawab melalui proses penelitian, dan fungsinya sangat penting untuk membentuk kerangka penelitian yang jelas.
Rumusan masalah ini membantu kita memfokuskan penelitian pada aspek-aspek tertentu dan memastikan bahwa setiap langkah, mulai dari pengumpulan data hingga analisis, relevan dengan pertanyaan yang kita ajukan.
Dengan rumusan masalah yang baik, kita bisa mengarahkan penelitian dengan jelas, membuat metodologi yang tepat, dan akhirnya mendapatkan hasil yang bermanfaat dan akurat.
***
"Di bagian rumusan masalahmu harus diperbaiki," ucap beliau dengan tegas.
Hearing that, aku langsung memeriksa rumusan masalahku lagi. Awalnya, rumusan masalahku terlihat normal, seperti yang diharapkan.
Namun, begitu aku baca lebih dalam, rasanya ada yang kurang pas. Sepertinya ada yang membuatnya terasa aneh.
The problem, rumusan masalahku hanya terdiri dari satu pertanyaan. Typically, dalam sebuah penelitian, kita butuh beberapa pertanyaan untuk menggali topik dengan lebih mendalam. Bayangkan, hanya satu pertanyaan seperti berusaha memecahkan misteri dengan hanya satu petunjuk—tentu saja, itu bisa terasa tidak memadai.
***
Rumusan Maslah
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Harga dan Kepercayaan terhadap Minat Konsumen Menggunakan Jasa Perjalanan Biro Haji dan Umroh PT. A (Studi Kasus Masyarakat Desa \~\~\, Kecamatan \~\~\~)?
***
"Sekarang saya tanya, judul kamu apa?" tanya beliau dengan nada santai, seolah sedang bertanya tentang cuaca hari ini.
Aku menjawab dengan sedikit lebih tenang, "Pengaruh Harga dan Kepercayaan terhadap Minat Konsumen Menggunakan Jasa Perjalanan Biro Haji dan Umroh PT. A, Pak."
Rasa tenang itu mulai mengalir ke dalam diriku, meskipun tanganku masih berkeringat dan terasa dingin.
Somehow, this time, aku merasa lebih bisa mengontrol diriku. Tanganku tidak bergetar seperti sebelumnya, dan suaraku pun terdengar stabil.
Ada semacam kelegaan dalam diri ketika aku bisa menyebutkan judul dengan jelas, tanpa mengeluh atau terlihat ragu.
"Dari judulmu itu sebenarnya sudah bisa menarik tiga rumusan masalah," ucap beliau sambil tersenyum dan mulai menuliskan sesuatu di balik kertas.
Aku menatap dengan penuh perhatian saat beliau mulai menulis. Satu persatu, rumusan masalahnya muncul di balik kertas. Setiap pertanyaan yang ditulis sepertinya membuka jalan baru untuk memahami topik penelitianku secara lebih mendalam.
Beliau menjelaskan, "Pertama, kita bisa membahas bagaimana harga mempengaruhi minat konsumen. Kedua, kita bisa mengeksplorasi seberapa besar kepercayaan konsumen terhadap biro perjalanan mempengaruhi keputusan mereka. Ketiga, kita bisa menyelidiki interaksi antara harga dan kepercayaan dalam mempengaruhi minat konsumen secara keseluruhan."
Beliau melanjutkan penjelasan, "Jadi, dengan tiga rumusan masalah ini, kamu bisa mengarahkan fokus penelitianmu ke beberapa aspek kunci yang berbeda namun saling terkait. Setelah kamu membahas bagaimana harga mempengaruhi minat konsumen, kamu bisa melihat data yang berkaitan dengan perubahan harga dan respon konsumen terhadapnya. Misalnya, apakah kenaikan harga membuat mereka lebih ragu atau malah lebih tertarik?"
"Selanjutnya," lanjut beliau, "kamu bisa menggali lebih dalam tentang kepercayaan konsumen terhadap biro perjalanan. Ini melibatkan aspek reputasi biro, pengalaman konsumen sebelumnya, dan bagaimana faktor-faktor ini membentuk keputusan mereka. Apakah mereka lebih memilih biro dengan reputasi yang baik meskipun harganya lebih tinggi, atau sebaliknya?"
"Terakhir," katanya, "kamu perlu melihat bagaimana harga dan kepercayaan bekerja bersama-sama dalam mempengaruhi minat konsumen. Apakah ada pola tertentu yang muncul ketika keduanya berinteraksi? Misalnya, apakah konsumen yang sangat percaya pada biro perjalanan akan lebih toleran terhadap harga yang lebih tinggi?"
***
Aku mendengarkan penjelasan beliau dengan seksama, mencoba menyerap setiap kata dan penjelasan yang disampaikan.
Saat beliau menjelaskan bagaimana judul penelitianku bisa diturunkan menjadi tiga rumusan masalah yang berbeda, aku merasa seperti baru menyadari dimensi baru dari topik yang selama ini aku anggap sudah cukup aku pahami.
"Kok aku enggak kepikiran sampai situ ya?" pikirku, agak merasa tercengang.
Sepertinya otakku ini tidak sampai sejauh itu, atau mungkin terlalu fokus pada detail kecil sehingga melewatkan gambaran besar.
I began to doubt my own abilities, aku mulai meragukan kemampuanku sendiri, wondering apakah memang pemikiranku terbatas atau jika memang aku butuh bantuan lebih banyak dari yang aku kira.
Fortunately, beliau sangat baik hati dan sabar dalam menjelaskan. Beliau tidak hanya memberikan penjelasan lisan, tetapi juga menuliskan rumusan masalah di balik kertas.