Saksikan perjalanan seorang gadis yang tidak menyadari apa yang telah disiapkan takdir untuknya. Seorang gadis yang berjuang untuk memahami konsep cinta sampai dia bertemu 'dia', seorang laki-laki yang membimbingnya menuju jalan yang lebih cerah dalam hidup. Yuk rasakan suka duka perjalanan hidup gadis ini di setiap chapternya.
Happy Reading 🌷
Jangan lupa likenyaa💐💐💐
Semoga kalian betah sampai akhir kisah Alsha🌷 Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Eliyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Bolehkah Aku Mengenalmu?
...Assalamualaikum guys!! Sebelum baca, bantu support yaa dengan follow, Like dan komen di setiap paragraf nya!! Karena support kalian sangat berarti bagiku💐Makasiiii!🌷...
...••••...
...🌷Happy Reading 🌷...
...•...
...•...
...•...
...Tak selamanya hidup harus dijalani begitu saja dan melangkah tanpa rasa. ...
...°°°°...
"Gimana? Kita pulang atau masih mau lihat-lihat novel dulu, siapa tau ada yang bagus." ucap Keenan lagi, kali ini dia tanya ke kami semua
"Kayaknya liat-liat dulu deh, sambil nunggu Abhi, dia ke toilet tadi." ucap Nevan
Akhirnya kami berkeliling, melihat-lihat novel. Ini adalah hal yang paling aku suka, mencari novel di tengah rak-rak yang penuh dengan buku-buku baru. Aku suka sekali dengan buku, apalagi wangi buku. Coba saja rumahku dekat dengan toko buku, pasti aku lebih betah disana dibandingkan di rumah sendiri. Hehe.
"Lo ngapain ngeliatin Alsha Mulu." tanya Nevan ke Keenan
"Heh bro, kek baru kenal Keenan aja." Kafka yang menjawab
"Kayak ada yang mau diungkapkan ke Alsha." ucap Nevan pelan, ia berhasil membuat Kafka memperhatikan ketua gengnya itu.
"Ga, gada apa-apa" singkat Keenan membuat kedua temannya tertawa.
"Kalo emang udah waktunya, samperin sekarang. Daripada ditahan lama-lama. Nanti malah jadi penyakit." ucap Kafka sambil menepuk pundak Keenan.
Keenan menghela napas pelan, ia tiba-tiba menghampiriku dari belakang.
"Sheena." panggilnya dengan lembut, entah kenapa aku sangat suka suara Keenan ketika memanggil namaku, apalagi dia memanggilku dengan nama kecil itu. Suara dia sopan ditelinga, sampai bikin aku nyaman ketika bicara dengannya.
Aku menoleh, posisi kami saling berhadapan. "kenapa?" tanyaku sambil mengangkat alis
Keenan tidak mengatakan sesuatu, dia hanya menyodorkan sebuah buku yang bersampul biru. Judulnya.. membuatku tertarik untuk membaca buku itu.
"Aku rekomendasikan buku yang bagus buat kamu baca, sambil nunggu novel itu." ucap Keenan
"Bolehkah aku mengenalmu?" ucapku lirih, mataku membaca judul buku itu lalu mendongak ke Keenan.
"Iya, bolehkah aku mengenalmu, Sheena?" ucap Keenan,
Aku kira kalimatnya hanya mengulang nama judul buku itu. Ternyata aku salah.
"Kan Lo udah kenal Alsha, ngapain masih mau kenalan lagi." Aline tiba-tiba datang sambil mengambil buku dari tanganku.
"Wah, Alsha, ini lucu banget sampulnya. Aesthetic gitu, terus judulnya juga bagus. Bolehkah aku mengenalmu. Aku gak sabar pingin baca juga." Semangat Aline ketika melihat buku itu
"Iya bagus, apa kamu sudah baca, Keenan?"
"Hm?"
"Apa kamu sudah selesai baca buku ini?" tanyaku sekali lagi
"Oh iya sudah, bukunya emang bagus, kalian wajib baca." ucap Keenan
"Yaudah, kita beli buku ini aja" Aline telah menarik tanganku, kami menuju kasir.
Kafka menepuk pundak Keenan, "Sabar, mungkin waktu yang tepat itu bukan hari ini, masih ada besok. Meskipun besok gak pernah janji akan berpihak ke kita."
Keenan hanya mengangguk pelan. Paham maksud Kafka.
"Mas, yang ini ya" aku menaruh buku itu di meja kasir
"Oh yang ini sudah dibayar dik sama cowok yang tadi." ucap masnya membuat kita kaget
"Hah?" aku tercengang
Tiba-tiba Nevan datang dari belakangku, "Udah dibayar tadi sama pak ketu, masa iya dia ngasih sesuatu tapi Lo yang bayar." katanya
"Udahlah ayo pulang, Abhi juga sudah selesai tuh." ucap Kafka sambil menunjuk ke arah Abhi yang baru keluar dari toilet.
Kami pun segera pulang.
"Keenan, makasih banyak yaa" ucapku di atas motor, Keenan menoleh sebentar, "Kenapa Sheena? Kamu ngomong sesuatu?" teriak Keenan.
Aduh, sepertinya si Keenan tidak dengar suaraku, karena suasana jalanan sangat ramai.
"Suara kamu kebawa angin, Sheena!!"
"Makasih banyak Keenan!" aku berusaha mendekatkan kepalaku ke telinganya.
Tiba-tiba dia mengurangi laju motornya, "Hah? Apa Sheena?" ucap Keenan
"Terimakasih banyak Keenan yang baik." teriakku lagi dengan nada yang agak tinggi
Keenan tidak merespon apa-apa, tapi aku melihat dia mengulum senyumnya dari kaca spion.
Lima menit sudah berlalu, tidak ada percakapan di antara kami, padahal aku ingin menanyakan kabar adiknya.
Jadi, dia itu punya adik laki-laki bernama Kavin Aksara. Anaknya aktif, mungkin sekarang usianya sudah 5 tahun. Terakhir kali kita bertemu saat Keenan membawanya di acara perpisahan SMP.
"Halooo, anak manis. Nama kamu siapaa?" tanyaku pada anak laki-laki yang sedang di gendong Keenan
"Apin kakaa." jawabnya dengan susah payah tapi dengan suara lantang yang membuat dia semakin menggemaskan.
"Namanya Kavin, dia baru belajar bicara Sheena." ucap Keenan
Itu adalah momen yang selalu aku ingat ketika melihat Keenan.
TIN TIN! Klakson motor Keenan membuatku sedikit terkejut.
"Kamu ngelamun Shenaa?"
"Betah amat neng di bonceng Abang Keenan." ucap Abhi yang membuatku segera turun dari motor.
"Biasa lagi mikirin tagihan listrik udah nunggak 3 bulan." Aline menjawab asal, tapi jawaban itu membantuku untuk keluar dari situasi canggung tadi.
"Yok cabut" Kafka sudah membelokkan sepedanya, Nevan pun juga.
"Serius nih ga ada yang bilang makasih." ucap Kafka lagi sambil menengok ke arah Aline
"OH JADI LO GA IKHLAS?" teriak Aline ke Kafka
"Ikhlas lah."
"BILANG AJA LO GA IKHLAS KAN BONCENG GUE"
"Duh, Aline." aku menyenggolnya
"Apasih, iya iya."
"MAKASIH" ucap Aline yang masih dengan nada ketusnya
"Ga ikhlas Lo bilang makasih? Mana ada orang bilang makasih dengan cara gitu."
"HEH KAFKA, LO MAUNYA APA SIH."
Aku dan yang lainnya seperti lagi menonton drama sepasang kekasih yang lagi berantem.
"Nih ya, kalo kata gue mah, mending kalian jadian aja" ucap Nevan
"Bener tuh, dilihat-lihat kalian cocok kok." celetuk Abhi tiba-tiba, "Jadian aja gak sih?"
"HIH AMIT-AMIT." ucap mereka barengan,
"Nah kan jodoh" ucap Abhi lagi
Hal itu menciptakan tawa di antara kami. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka begini terus-terusan. Lihatlah, Aline sudah memasang muka masamnya, aku harus mengakhiri ini semua sebelum aku melihat sahabat satu ku itu badmood berkepanjangan.
"Makasih banyak ya Kafka sudah mau nganterin Aline." ucapku
"Nah, jadi cewek tuh gini, kek Alsha. Udah cantik, kalem, dan gak GALAK." Kafka kembali memancing emosi Aline
"LO TUH YAA--"
"Udah, udah." aku mencoba menenangkan Aline. Mending kita masuk aja."
"Makasih yaa sekali lagi, maaf ngerepotin kalian. Hati-hati di jalan" ucapku
"Sama-sama, apa sih yang enggak buat Alsha." Nevan yang menjawab membuat Keenan berdecak malas.
"Duh, panas banget ya hari ini" ucap Kafka sambil melihat ke arah Keenan
"EH, GOB***! LAGI MENDUNG GINI LU BILANG PANAS." aku menepuk jidat setelah mendengar jawaban Aline
"Duh, bukan itu maksudnya" Abhi menepuk jidatnya pelan
"Selain marah-marah, Lo tau apa sih" Kafka mendengus kesal
"ENAK AJA NGATA-NGATAIN GUE, GINI-GINI GUE PERNAH JUARA 1 LOH."
"Juara 1 apa tuh?" tanya Abhi
"Lomba makan kerupuk" jawaban Aline membuat kita semua tertawa
"Apaan sih ga jelas Lo." ujar Kafka sambil menghidupkan motornya.
Nevan pun juga ikut menghidupkan motornya, sepintas aku melihat Abhi membisikkan sesuatu ke Nevan.
Untung tadi Lo ga di lempar helm sama pak ketu.
Aku mengalihkan pandangan pada Keenan yang masih diam di tempat, ia membuka helmnya yang membuat rambutnya sedikit berantakan, tapi tidak mengurangi sedikitpun ketampanannya. Laki-laki pemilik wajah tegas itu memang pantas menjadi siswa populer di SMAN Cendana.
"Sama-sama Shenaa." ucapnya
"Hah?"
"Yang tadi di atas motor."
"Jadi tadi kamu pura-pura ga denger?" ucapku lagi setelah sekian detik aku mikir maksud ucapan Keenan.
Keenan tertawa.
"Bercanda Sheena. Maafin aku yaa." ucapnya
Awalnya sih aku tidak mau memaafkan, tapi setelah melihat dia tertawa ada perasaan aneh yang membuatku bingung. Terpaksa aku mengiyakan.
Semenjak itu aku suka melihat tawa Keenan.
---
Aku berdiri mendekat ke arah jendela, Aline sudah tidur sejak tadi. Tanganku membuka tirai jendela yang ukurannya lumayan bisa membuatku leluasa melihat suasana malam di atas sana. Malam ini mataku tertuju pada suatu benda langit yang paling indah. Bulan purnama. Aku suka itu. Sayang sekali aku belum berhasil mendapatkan buku itu, kira-kira siapa ya siswa SMANDA yang berhasil dapetin bukunya ya?
Entahlah, pikiranku malam ini campur aduk. Banyak kejadian yang membuatku menerka-nerka apa maksud dan tujuannya terjadi padaku. Tiba-tiba ada notif wa masuk, membuat hp ku bergetar, lamunanku buyar.
+628*********: Lo Alsha kan? Urusan kita blm selesai!!!
Nomor tidak diketahui, info kontaknya pun kosongan. Dapet nomerku darimana? Setahuku, aku ga pernah gampang nyebar nomor handphone.
Alshameyzea: Siapa ya?
Hening tidak ada jawaban sama sekali, aku sudah menunggunya selama 30 menit. Aku melihat jam dinding, ini sudah larut malam. Waktunya istirahat. Aku menutup kembali tirai jendelaku, berusaha tidur dengan tenang.
---
"Bentar lagi ulangan Bahasa Inggris, malesnya aku sama mapel ini." keluh cewek yang duduk dismapingku. Benar, bentar lagi ada ulangan bahasa inggris, tepat setelah jam pertama selesai. Mau tidak mau semua siswa harus menyiapkan mentalnya, Miss Keyla, guru bahasa Inggris kami, beliau terkenal dengan tegasnya, meskipun aslinya di luar kelas sangat ramah.
"All? Siap gak?" tanya Aline, wajahnya terlihat les
Aku mengangguk mantap, "Siap dong!"
Aku membuka resleting ranselku, hendak memasukkan buku paket Biologi dan mengeluarkan buku paket Bahasa Inggris. Eh?
"Kemana buku bahasa inggris ku?" lirihku, tanganku sibuk mencari-cari buku paket itu, nihil. Beneran gak ada.
"Cari apa All?" tanya Aline
"Buku paket Bahasa inggris."
"Loh? Ilang? Perasaan tadi malam aku liat kamu memasukkannya ke dalam tas."
"Itu dia, aneh kan? Apa aku taruh lagi ya? Eh gak mungkin keknya." Aku mencoba mengingat kembali kejadian semalam.
"Nih." seseorang telah menaruh buku paket Bahasa inggris di mejaku. "Pake punyaku aja kalo mau belajar." ucap cowok berwajah tegas itu
"Ceilah, sa ae pak ketu kita ini." ucap Abhi yang duduk paling belakang, entahlah, dia masih bisa melontarkan kalimat itu, padahal tangannya sibuk main handphone sejak tadi.
"Gak usah Keenan, kalo kamu ngasih ini ke aku, terus kamu belajar pake apa?"
"Aku gak perlu belajar." sahutnya dengan nada enteng
Aku menatapnya, kenapa gitu?
"Yah, neng Alsha, lupa ya? Kalo pak ketu kita itu masih keturunan orang bule?" jelas Abhi, dia teriak dari bangku belakang. Anak ini, kenapa bisa denger?
Tapi iya juga.
"Dia udah fasih dari sejak kecil, All" tambah Kafka yang duduk tepat di belakang kami berdua.
"Gak usah dengerin omongan mereka, aku ga sepandai yang mereka kira kok. Dalam bahasa inggris, aku cuma taunya satu kalimat ini." akhirnya Keenan mulai bicara
"Apa?" tanyaku penasaran
"I want to grow old with you"
"Keenan!" Aku melotot padanya, padahal aku serius sekali menanti jawabannya
"Huhuy, grow old with you ga tuh" sahut Abhi
Aku tidak menimpali ucapan Abhi. "Don't be like that, Keenan." ucapku
"Why?"
"Cowok itu yang dipegang omongannya Keenan, dan kamu gak boleh bercanda kayak itu, apalagi soal perasaan."
"Kalo aku serius? Gimana?"
"Woyy woy woy, pengumuman pengumuman!" Sebelum aku menjawab pertanyaan Keenan, tiba-tiba laki-laki berkacamata datang. Dia adalah Rifki Rizaldy, ketua kelas kami. Fokusku sudah beralih.
"Mohon perhatiannya sebentar"
"Cepetan woy! Kita udah merhatiin Lo nih!" ucap Nevan yang padahal matanya fokus dengan handphone yang ia pegang.
"Sabar sabar."
"Buruan atau gue bogem Lo!" sahut Nevan tanpa menoleh sedikitpun
"Miss Keyla gak masuk hari ini, jadi kita.. jamkos!" ada penekanan di kata 'jamkos' dari kalimatnya, menunjukkan kalau dia juga senang
Teriakan hore menyelimuti kelas kami. Termasuk aku. Kali ini, aku ada waktu buat nyari buku bahasa inggris ku yang entah ada dimana sekarang.
TING!
suara notif wa dari handphone ku bunyi.
+628*********: Gue tnggu Lo di taman blkg.
Aku menelan ludah kasar. Sebenarnya dia siapa sih? Aku penasaran. Oke, aku mencoba bersikap tenang, aku harus menemui orang itu, dan aku harus tau apa alasan orang itu ngancem-ngancem aku.
"Lo kenapa All?" ucap Aline
Aku menggeleng, "Gapapa."
"Ada sesuatu? Wajah kamu berubah setelah buka handphone." tanya Keenan
"E-eh--"
+628*********: buruan kesini! 5 mnt!
Aku segera beranjak pergi, tanpa memberi tau apa-apa ke mereka.
"Alsha! mau kemanaa?" teriak Aline sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan kelas
Sepi. Hening. Ini beneran taman belakang kan? monologku. Di jam segini emang sepi, karena masih ada jam pelajaran kedua, belum bel istirahat. Siswa masih di kelas.
Balik aja kali ya?
Ekhem. Tiba-tiba ada seseorang di belakangku. Aku berbalik arah. Ngapain laki-laki pemilik wajah tegas ini, kesini? Perasaan tadi masih di kelas.
"Bunganya indah, seindah wajah gadis yang di depanku sekarang." Dia menyodorkan setangkai bunga mawar. Bunga mawar biru. Tiba-tiba banget?
Tapi tetep aja mataku membesar, "Ini asli?" Selain bunga tulip, aku juga suka sekali dengan bunga mawar biru.
Keenan mengangguk. Beberapa detik kemudian ada keheningan di antara kami.
"Sheena, aku boleh nanya sesuatu gak?" dia memecah keheningan itu, aku mendongak, apa?
"Coba kasih aku alasan kenapa kamu selalu bikin aku tidak ingin jauh darimu."
Deg!
"M-maksudnya?" jawabku sedikit gugup
Dia melangkah ke arahku, jarak kita semakin dekat. Aku bisa melihat dengan jelas wajah tegasnya itu. Dia menatapku dalam.
"Bolehkah aku mengenalmu, Sheena?"
Aku masih tidak mengerti maksud Keenan, aku berpikir keras, mencoba memaknai kalimat nya dengan hati-hati. Gak mungkin kan cuma sekedar kenalan? Kita sudah kenal sejak SMP.
"Bolehkah aku mengenalmu, Sheena?" ulang Keenan
"Kenapa aku?" Entah apa yang terjadi pada diriku, aku malah melontarkan pertanyaan yang aku sendiri gak tau kalo itu akan membuatku terjebak dengan situasi ini.
"Apakah cinta harus punya alasan pada siapa dia akan berlabuh?"
Deg!
Kan! sudah kubilang.
"Apa kamu serius?"
"I mean it"
"I can't forget you even for a second, Sheena. Kamu terus memenuhi pikiranku. Dan aku udah lelah dengan itu semua." ucapnya lagi
Atmosfer di sekitarku langsung berubah drastis. Aku terpaku sejak tadi setelah mendengar ucapan-ucapan Keenan. Tolong, siapapun, bantu aku keluar dari sini.
"I want to have you. Would you be mine, Sheena?"
Aku bingung mau jawab apa. Aku gak mau menyakiti perasaannya. Keenan, dia adalah temanku sejak SMP. Tapi aku juga gak mau mengingkari janji seseorang.
"Maaf Keenan, tapi aku gak mau pacaran."
"I want to get to know you better. Dan semua itu gak harus lewat pacaran."
"Tapi-- "
"Why don't we give it the try? Cinta butuh waktu, Sheena. And I waited for you." ucap Keenan yang diakhiri dengan senyum manisnya.
You set me up, Keenan!
"Ayo kembali ke kelas, jangan di sini lama-lama." tangan keenan telah menarik ku, aku tidak bisa menolaknya, tubuhku seperti pasrah dengan keadaan. Kami pun jalan beriringan dengan suasana yang sedikit berbeda. Saat ini pikiranku dipenuhi oleh kalimat-kalimat Keenan. Membuat aku lupa, apa tujuanku datang ke taman belakang tadi.
...BERSAMBUNG...
#alshameyzea
#alsha
#keenan
#aboutme
#fiksiremaja
#arshaka
------
Assalamu'alaikum, Hellow guys!! Bantu support yaa dengan follow, Like ❤️ dan komen di setiap paragraf nya!! Makasiiii!🌷💖
Mari kepoin cerita kami di ig: @_flowvtry
Salam kenal dan selamat membacaa. Semoga betah sampai akhir kisah Alsha! Aamiin.💖
Komen sebanyak-banyaknya yaaa!!!
Eh? Kalian mau kasih saran dan kritikan? Boleh banget!!
Thanks udah mau bacaa bab iniii sampe akhir!!💐
jd pengen baca terus menerus.
ditunggu updatenya kaak