NovelToon NovelToon
Not The Main Actress

Not The Main Actress

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Riana, seorang pecinta drama, terkejut saat terbangun di tubuh Zahra, karakter utama dalam drama favoritnya yang terbunuh oleh suami dan selingkuhannya. Dengan pengetahuan tentang alur cerita, Riana bertekad mengubah nasib tragis Zahra.

Namun, Hal yang dia tidak ketahui bahwa setelah dia terlempar ke Tubuh Zahra alur cerita yang dramatis berubah menjadi menegangkan. Ini lebih dari perselingkuhan, Ini adalah petualangan besar untuk menyelamatkan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan tanpa terasa, waktu keberangkatan Reyhan ke Singapura semakin dekat. Riana, yang masih berada dalam sosok Zahra, telah menghabiskan setiap momen yang ada untuk mencari informasi lebih lanjut tentang Olivia dan hubungannya dengan Reyhan. Namun, usahanya belum membuahkan hasil yang signifikan.

Pagi itu, Riana terbangun lebih awal dari biasanya. Dia menatap wajah tidur Reyhan yang damai, bertanya-tanya bagaimana pria yang tampak begitu lembut ini bisa berubah menjadi seorang pembunuh. Dengan hati-hati, dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon.

Udara pagi yang sejuk menyapa wajahnya, membawa aroma embun dan bunga-bunga dari taman di bawah. Riana menghela napas panjang, pikirannya berkecamuk. Dia tahu bahwa dia harus bertindak cepat jika ingin menggagalkan rencana perjalanan Reyhan ke Singapura.

"Apa yang harus kulakukan?" gumamnya pada diri sendiri.

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya. Ide yang berisiko, tapi mungkin bisa berhasil. Dengan tekad baru, Riana kembali ke kamar dan mulai bersiap-siap.

Saat Reyhan terbangun, dia mendapati Riana sudah rapi dan cantik, duduk di tepi tempat tidur dengan senyum misterius.

"Selamat pagi, sayang," sapa Riana lembut. "Aku punya kejutan untukmu."

Reyhan mengerjapkan mata, masih setengah mengantuk. "Kejutan apa?"

Riana mengeluarkan dua lembar tiket dari tasnya. "Ta-da! Aku sudah memesan tiket untuk kita berdua ke Singapura. Aku akan menemanimu dalam perjalanan bisnismu!"

Ekspresi Reyhan berubah dari terkejut menjadi... panik? Tapi hanya sekilas, sebelum dia kembali tersenyum. "Wow, Zahra... ini... sangat thoughtful darimu. Tapi, apa tidak apa-apa? Maksudku, aku akan sangat sibuk di sana."

Riana berusaha menyembunyikan kecurigaannya. "Tentu saja tidak apa-apa! Aku bisa jalan-jalan sendiri saat kau bekerja. Yang penting kita bisa menghabiskan waktu bersama di malam hari."

Reyhan tampak ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, kalau begitu. Terima kasih, sayang. Kau memang istri yang pengertian."

Sepanjang hari itu, Riana mengamati Reyhan dengan seksama. Dia menangkap beberapa kali Reyhan tampak gelisah, sering mengecek ponselnya dengan wajah cemas. Riana yakin, Reyhan pasti sedang berusaha menghubungi Olivia, memberitahu perubahan rencana mereka.

Malam harinya, saat mereka sedang berkemas, Riana sengaja meninggalkan Reyhan sendirian di kamar sementara dia pergi ke dapur untuk mengambil air. Dengan langkah tanpa suara, dia kembali dan berhenti di depan pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Ya, maafkan aku Olivia," dia mendengar suara Reyhan berbisik di telepon. "Zahra tiba-tiba ingin ikut. Kita harus menunda rencana kita... Ya, aku tahu ini penting. Aku akan mencari cara lain."

Jantung Riana berdegup kencang. Inilah bukti yang dia cari selama ini. Namun, alih-alih merasa puas, dia justru merasa takut. Rencana apa yang mereka bicarakan? Apakah ini rencana untuk membunuhnya?

Dengan tangan gemetar, Riana kembali ke dapur. Dia harus menenangkan diri sebelum menghadapi Reyhan lagi. Saat dia kembali ke kamar beberapa menit kemudian, Reyhan sudah selesai menelepon dan tampak normal kembali.

"Kau lama sekali, sayang," kata Reyhan, mencium pipi Riana lembut.

Riana memaksakan senyum. "Maaf, aku tadi sekalian minum teh untuk menenangkan diri. Kau tahu kan aku sedikit takut naik pesawat."

Reyhan memeluknya erat. "Jangan khawatir. Aku akan selalu ada di sampingmu."

Kata-kata itu, yang seharusnya menenangkan, justru membuat bulu kuduk Riana berdiri. Dia tahu bahwa mulai sekarang, dia harus lebih waspada dari sebelumnya.

Keesokan harinya, mereka berangkat ke bandara. Sepanjang perjalanan, Riana berusaha keras untuk terlihat normal dan antusias. Dia bahkan membuat beberapa rencana palsu tentang tempat-tempat yang ingin dikunjunginya di Singapura.

Di pesawat, Riana pura-pura tertidur, sementara otaknya terus bekerja menyusun rencana. Dia tahu bahwa begitu mereka tiba di Singapura, permainan yang sesungguhnya akan dimulai.

Setibanya di hotel di Singapura, Reyhan langsung sibuk dengan telepon dan laptopnya, mengatur jadwal meeting. Riana memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelinap keluar, beralasan ingin membeli beberapa keperluan di minimarket terdekat.

Namun, alih-alih ke minimarket, Riana pergi ke sebuah toko elektronik. Di sana, dia membeli beberapa perangkat penyadap kecil dan kamera tersembunyi. Dia tahu bahwa tindakannya ini illegal dan berbahaya, tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia harus tahu apa yang direncanakan Reyhan dan Olivia.

Malam itu, saat Reyhan sedang mandi, Riana dengan cepat memasang perangkat penyadap di beberapa tempat strategis di kamar hotel mereka. Dia juga berhasil menginstal aplikasi pelacak di ponsel Reyhan tanpa sepengetahuannya.

"Zahra? Kau mau makan malam di mana malam ini?" tanya Reyhan setelah selesai mandi.

Riana, yang baru saja selesai menyembunyikan peralatan penyadapnya, tersentak kaget. "Oh, um... bagaimana kalau kita coba restoran di lantai atas hotel? Kudengar pemandangannya indah."

Reyhan tersenyum dan mengangguk setuju. Selama makan malam, mereka mengobrol ringan, seolah-olah tidak ada yang aneh di antara mereka. Namun, Riana bisa merasakan ketegangan di balik senyum Reyhan.

Keesokan harinya, Reyhan berangkat pagi-pagi untuk meeting. Riana, yang berpura-pura masih mengantuk, sebenarnya sudah terjaga sejak subuh. Begitu Reyhan pergi, dia langsung bangkit dan mulai memeriksa hasil rekaman penyadapnya.

Apa yang didengarnya membuat darahnya membeku. Semalam, setelah dia tertidur, Reyhan menelepon seseorang - yang dia yakini adalah Olivia.

"Ya, semuanya sudah siap," suara Reyhan terdengar dalam rekaman. "Pastikan kau sampai di sini lusa. Kita akan melakukannya malam itu juga. Zahra tidak akan curiga..."

Riana menghentikan rekaman, tangannya gemetar hebat. Mereka berencana untuk membunuhnya di sini, di Singapura. Jauh dari rumah, di negara asing di mana dia tidak punya siapa-siapa.

Untuk sesaat, Riana merasa panik. Bagaimana dia bisa lolos dari situasi ini? Tapi kemudian, dia teringat bahwa dia bukan Zahra yang lemah dalam drama itu. Dia adalah Riana, dan dia tidak akan menyerah begitu saja.

Dengan tekad baru, Riana mulai menyusun rencana balas dendam. Dia akan menggunakan semua informasi yang dia dapatkan untuk menjebak Reyhan dan Olivia. Dia akan memastikan bahwa merekalah yang akan berakhir di penjara, bukan dia yang berakhir sebagai korban.

Saat matahari mulai tenggelam di ufuk Singapura, Riana berdiri di depan jendela kamar hotelnya, menatap kota yang berkilauan di bawah. Dia tahu bahwa dalam dua hari, nasibnya akan ditentukan. Akan ada darah yang tumpah, tapi kali ini, dia bertekad bahwa itu tidak akan menjadi darahnya.

"Bersiaplah, Reyhan," bisiknya pada bayangan kota. "Permainan baru saja dimulai."

1
martina melati
atoma vanila y bukan aroma bunga melati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!