Genre: Drama, Mystery, Psychological, Romance, School, Supernatural, Time Loop
Haruto Keita hanyalah siswa SMA biasa. Tapi suatu hari, saat pulang sekolah, dia tiba-tiba kehilangan kesadaran dan mendapati dirinya kembali di kelas, satu jam sebelumnya. Sempat merasa bingung, Haruto akhirnya menyadari bahwa setiap kali dia membuat kesalahan, waktu akan mundur satu jam.
Setelah beberapa kali mengalami Time Loop, Haruto menemukan sebuah pola yang membuatnya berpikir kalau semua itu berhubungan dengan seorang gadis, namanya Fumiko Reina.
Siapa itu Fumiko Reina? Lalu, bagaimanakah nasib Haruto kedepannya?
Note:
- Cerita ini hanya fiksi, semua latar, tokoh, dan cerita murni karangan author belaka. Jika terdapat kesamaan pada karangan ini, maka itu hanya kebetulan yang tidak disengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 — Kafe Part 1
"Hah.. akhirnya terhenti."
Aku terbangun. Walaupun hanya tidur sebentar, rasanya sangat menenangkan. Di ruangan ini, udara terasa sejuk, dan matahari sudah mulai terbenam di luar jendela.
Saat aku mengumpulkan kesadaranku, aku menyadari bahwa Reina sudah tidak ada, dia mungkin sudah pulang lebih dulu. Tidak hanya Reina, keadaan di UKS benar-benar sunyi. Hanya ada suara siulan burung di langit sore.
Rasanya jauh lebih tenang sekarang, tidak ada lagi rasa pusing yang mencekam atau perasaan aneh yang menguasai tubuhku. Time Loop itu, setidaknya untuk saat ini, sepertinya telah berhenti.
Sejujurnya, aku cukup bingung. Ada apa dengan Fumiko Reina? Siapa dia? Kenapa menyelamatkannya bisa menghentikan Time Loop?
Berbagai pertanyaan muncul di dalam diriku. Tapi bolehkah jika aku berspekulasi liar tentang ini?
Takdir, jodoh, ikatan, pertemuan, atau semacamnya. Entah bagaimana, tampaknya aku terhubung dengan Fumiko Reina. Ini seperti memaksaku untuk terus memperhatikannya, bahkan menyelamatkannya dalam situasi tertentu.
Yah, sudahlah. Spekulasi ku terlalu liar, kepalaku jadi pusing jika terus memikirkannya.
"Aku ingin pulang," gumamku.
Aku lalu bangkit dari ranjang, merapikan seragamku yang kusut, dan meninggalkan ruangan UKS. Dengan niat pulang ke apartemen yang sudah lama tidak dilihat, langkahku menggemakan koridor yang sepi saat aku menuju gerbang sekolah.
Setelah sekian lama terjebak dalam Time Loop, akhirnya aku bisa kembali ke apartemen. Walaupun tidak ada seorang pun yang menunggu di sana, perasaan lega tetap mengalir dalam diriku.
Sejak dulu, saat memasuki SMA, aku memang ingin tinggal sendiri. Tujuannya agar aku bisa terus belajar dan berkembang di kehidupan sosial, hingga akhirnya menjadi seseorang yang mandiri.
Untungnya, orang tuaku memberiku izin untuk melakukan itu. Hanya saja mereka memiliki syarat penting, yaitu aku harus menjaga nilaiku agar tidak merah.
Seharusnya, aku sudah merasa tenang, bukan? Namun, saat mendekati gerbang sekolah, keraguan mulai merayap dalam pikiranku.
Aku beberapa kali mengalami pengulangan waktu di sini, dan ketakutan bahwa itu bisa terjadi lagi menghantuiku.
Kenapa aku malah ragu? Yakinlah, Fumiko Reina sudah terselamatkan!
"Maju saja!"
Dengan napas yang sedikit tertahan, aku meyakinkan diriku sendiri bahwa semua ini sudah berakhir.
"Time Loop itu sudah berhenti!"
Mengambil satu langkah tegas, aku berjalan melewati gerbang.
"Haruto-kun!"
Eh?! Aku dipanggil?
Aku tersentak dan berbalik. Suara itu, suara yang kini terasa familiar, memanggilku dari dekat gerbang.
"Reina-san?"
Aku mendapati Fumiko Reina yang sedang berdiri di sana. Wajahnya tampak ceria, dan matanya begitu bersinar. Dia lalu berjalan mendekatiku.
"Aku menunggumu cukup lama, kukira kau sudah pulang."
Menungguku? Untuk apa? Kurasa dia tidak perlu melakukannya.
Oh, benar juga. Mungkin Reina ingin membicarakan sesuatu. Atau ada hal lain? Entahlah.
"Haruto-kun?"
"Eh? Ya, aku baru saja keluar dari UKS."
Aku menjawab singkat, mencoba menutupi kebingunganku.
Ah, tidak. Tampaknya ini akan menjadi kesalahan besar. Apakah Time Loop akan terjadi lagi?
Keberadaan Reina menarik perhatian banyak orang. Mereka berbisik-bisik, dan aku bisa merasakan tatapan mereka menempel pada kami.
Karena kejadian sebelumnya, aku jadi lupa kalau Reina adalah salah satu gadis tercantik di sekolah. Sepertinya aku telah salah karena meresponnya di depan umum, dan kini aku ikut menjadi pusat perhatian.
Aku tidak terbiasa menangani situasi seperti ini, terutama dengan orang-orang di sekitar yang tampak lebih memperhatikan kami.
"Hei, lihat, itu Fumiko Reina! Dia cantik sekali!" terdengar bisikan dari sekelompok siswa di dekat gerbang.
"Siapa lelaki yang disapanya?" tanya yang lain dengan suara pelan, namun jelas terdengar.
"Dia bahkan tersenyum pada lelaki itu," celetuk yang lainnya, tampak tidak percaya.
"Apa ada yang terjadi?" suara lain menambahkan, sepertinya penuh rasa ingin tahu.
Time Loop, terjadilah! Aku tidak keberatan jika terjadi sekarang, karena akan sangat merepotkan jika sudah seperti ini. Aku melakukan kesalahan, bukan? Jadi, cepatlah!
"Haruto-kun, kau baik-baik saja?"
"Ah, ya, mungkin."
Dalam situasi yang cukup aneh ini, Reina hanya bertanya padaku. Kurasa dia tidak mengerti situasinya.
Tentu saja, aku jadi semakin tidak nyaman. Suasana ini tidak menguntungkan. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengajak Reina ke tempat yang lebih tenang.
"Umm.. Reina-san," panggilku.
"Ada apa?"
"Bagaimana kalau kita bicara di tempat lain? Mungkin di kafe?"
Mendengar ajakanku, Reina langsung tersenyum dan mengangguk.
"Tentu, ayo kita pergi!"
Dengan langkah cepat, kami berjalan beriringan, meninggalkan gerbang sekolah dan berjalan menuju sebuah kafe di dekat sana.
Aku berusaha untuk mengabaikan semua tatapan dan bisikan di sekitar yang tak kunjung berhenti.
Sangat disayangkan, Time Loop tidak terjadi. Mungkin aku memang diharuskan untuk siap dengan rumor aneh yang muncul besok.
Setelah berjalan cukup lama, kami sampai di kafe yang tidak terlalu ramai. Suasananya nyaman dengan alunan musik lembut yang mengisi ruangan.
"Bagaimana jika duduk di sana?"
"Ya, tidak masalah."
Reina setuju dengan aku yang memilih meja di sudut ruangan, karena aku berharap untuk bisa mendapatkan sedikit privasi.
Kami lalu duduk berhadapan, dan sekarang aku merasa sedikit lebih tenang. Tak lama kemudian, ada seorang pelayan mendatangi kami.
"Selamat datang, mau pesan apa?"
"Aku ingin Coffee Latte! Bagaimana denganmu, Haruto-kun?"
"Samakan saja."
"Baiklah, dua Coffee Latte, segera datang!"
Pelayan mengambil pesanan kami, dan setelah memesan minuman, Reina menatapku dengan penuh perhatian.
"Maaf, Haruto-kun. Tadi kau kesulitan, ya?"
Oh, ternyata dia mengerti. Kupikir Reina adalah orang yang tidak bisa membaca situasi, tapi tampaknya aku salah.
Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk berbicara normal pada Reina. Jujur saja, karena tidak memiliki satu pun teman di sekolah, aku jadi bingung tentang cara berbicara dengan seorang gadis. Terlebih lagi, dengan gadis yang selalu menjadi pusat perhatian.
Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menatap matanya, karena dari beberapa referensi, kebanyakan perempuan tidak suka jika seorang lelaki menatap selain dari wajahnya.
"A-anu, Reina-san. Jadi, kau ingin membicarakan apa?"
Sial, kenapa sesulit ini?! Padahal aku hanya berbicara dengan seorang gadis.
"Fumiko."
"Eh? Apa maksudmu?"
Pandangan Reina tidak lurus ke arahku, dan dia juga tidak menatap mataku. Tentu saja, aku jadi bingung karenanya.
"Panggil aku Fumiko," katanya dengan sangat pelan, bahkan hampir tidak terdengar.
"Maaf, kau bilang apa?"
Secara terpaksa, aku meminta penegasan walaupun aku sudah mendengarnya. Alasannya hanya satu, karena dia tidak terdengar yakin.
"Fumiko, panggil aku seperti itu."
Barulah setelah ditegaskan, mata kami benar-benar bertemu. Meskipun aku tidak mengerti kenapa dia ingin dipanggil dengan nama depannya, aku tetap mengikutinya.
"Baiklah, Fumiko-san."
"Jangan pakai san, panggil Fumiko saja!"
"Hmm... Ya, aku mengerti, Fumiko."
Rasanya memang agak aneh ketika ada seorang gadis cantik meminta nama depannya untuk dipanggil, tapi aku merasa lebih aneh jika tidak melakukannya.
Fumiko, ya? Nama yang agak familiar. Maksudku, rasanya aku pernah mendengar nama itu jauh hari sebelum memasuki SMA.
Yah, sudahlah. Untuk apa aku memikirkannya, lagipula itu tidak ada hubungannya dengan Time Loop.
"Ini.. ternyata memalukan!"
"Apa maksudmu?"
Aku tidak mengerti, kenapa Fumiko menutupi wajahnya dengan kedua tangannya? Dia berkata kalau itu memalukan, tapi apa maksudnya?
Ah, semuanya benar-benar membingungkan. Baik itu Time Loop yang kualami, hingga hubungannya dengan gadis ini.
"Fumiko, kau kenapa?"
"Ti-tidak ada!"
Momennya jadi canggung, apalagi aku tidak bisa menatap mata Fumiko karena kedua tangannya menghalangi.
"Maaf menunggu, pesanan dua Coffee Latte sudah datang!"
Ditengah momen canggung ini, pelayan datang di saat yang tepat, dengan membawakan pesanan kami.