Awan menyingsing berdendang di langit senja yang muram. Desir angin menusuk hangat dingin di malam yang membeku. Debur ombak memecah keheningan malam. Seorang gadis berusia 18 tahun tergeletak di lantai sebuah ruangan kosong tepi pantai. Wajahnya membengkak bekas dipukuli, tangan dan kakinya penuh dengan luka darah yang mengering.
Dinginnya angin malam menusuk sampai ke tulang membuat Chika membuka matanya. Chika memegang kepalanya yang terasa berat. Chika merintih menahan sakit. Chika sungguh tidak mengerti, apa kesalahan yang dia perbuat sehingga disiksa seperti ini.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana nasib Chika? Dosa apa yang diperbuat Chika?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Salah Orang
DOR!
DOR!
Salah seorang pengawal mencoba menembak petugas polisi, tapi kalah cepat gerakannya terbaca dengan jelas dan petugas polisi menyarangkan peluru ke tangannya.
"Aaaaghh," pistol pengawal itu terlepas.
"Ampun Pak," Wanita itu mengangkat kedua tangannya.
Wanita itu dan kedua pengawalnya dimasukkan ke dalam mobil patroli begitu juga beberapa pengawal yang masih berada di dalam gudang. Mereka semua berhasil dilumpuhkan oleh petugas kepolisian walaupun dengan sedikit perlawanan.
Sebuah mobil ambulans berhenti di area gudang. Mereka berlari masuk ke dalam gudang membawa brankar pasien. Mereka mengangkat tubuh Chika ke atas brankar dan memasukkan Chika ke dalam mobil ambulans.
"Apa yang terjadi?" Roy ikut masuk ke dalam mobil ambulans.
"Apa Anda keluarganya?" tanya perawat.
"Saya kenalannya," jawab Roy.
"Pasien terluka sangat parah, semoga saja ada keajaiban," perawat dan temannya memasangkan oksigen dan infus ke tangan Chika
WIU! WIU! WIU!
Suara sirine ambulans dan mobil patroli polisi meraung-raung bersahutan di jalan raya. Semua pengendara jalan satu persatu membuka jalan untuk mereka. Tibalah mobil ambulans di rumah sakit yang sebelumnya Chika dirawat. Chika kembali dimasukkan ke ruangan UGD.
"Lho, ini kan Chika?" Ibu Dokter baik hati yang ternyata bernama Dokter Gita menghampiri Roy.
"Maaf Dok, setelah keluar dari rumah sakit Chika diculik sopir taxi dan beginilah keadaannya. Untung saya mengikutinya dan dengan cepat melaporkan ke polisi." Jawab Roy.
"Saya perlu persetujuan dari pihak keluarga untuk melakukan operasi. Luka dikepalanya sangat parah dan saya lihat ada kayu yang menancap di atas kepalanya. Saya takut akan terjadi pendarahan."
"Maaf Dok, bisakah Dokter menghubungi orang tuanya? Sebelumnya saya menyimpan kontak orang tua Chika," Roy memberikan ponselnya kepada Dokter Gita.
Dokter Gita menghubungi kontak orang tua Chika. Dokter Gita memberitahu keadaan Chika. Dan Dokter Gita meminta persetujuan keluarga untuk menandatangani pernyataan persetujuan operasi. Karena keadaan Chika darurat, Dokter Gita meminta bantuan Roy untuk mewakili mama Chika. Roy dan mama Chika berbicara lewat telepon dan akhirnya Roy yang menandatangani surat pernyataan itu.
Dokter Gita segera menyiapkan operasi untuk Chika. Dan tepat di saat itu Bos Roy menemuinya di depan ruang UGD. Roy menceritakan semuanya.
"Apa kamu bilang? Seorang Wanita mengaku korban Calista Amani?"
"Iya Bos Keenan. Dia bilang seluruh harta Suaminya digerogoti Calista Amani sampai bangkrut." Jawab Roy.
"Permisi Sus, saya mencari pasien yang bernama Chika," seorang Ibu dengan wajah pucat dan gemetar berdiri di depan ruang UGD.
"Apa Ibu Mamanya Chika?" tanya Roy.
"Iya saya Mamanya Chika,"
"Nah itu Chika Bu," tunjuk Roy.
Chika keluar dari ruangan UGD masih di atas brankar dalam keadaan tidak sadarkan diri. Mama Chika syok melihat kondisi Chika yang terluka parah tangan, kaki lebam bekas pukulan. Dan kepalanya penuh dengan darah.
"Chika, apa yang terjadi!" Ibu menangis.
"Permisi pasien akan segera masuk ke ruang operasi," para Perawat membawa Chika ke ruangan operasi.
Di depan ruangan operasi Ibu, Roy dan Keenan duduk di kursi yang sudah disediakan. Ibu Soraya bercerita kepada mereka hari ini ada beberapa orang yang datang ke rumahnya mencari Calista Amani. Ibu sudah beberapa kali mengatakan Ibu tidak mengenal Calista Amani dan di rumah tidak ada yang bernama Calista Amani.
Mereka tidak percaya dan dengan paksa masuk ke dalam rumah. Mereka melihat foto Ibu dan Chika yang terpajang di dinding rumah. Mereka menunjuk foto Chika. Ibu bilang itu anaknya yang bernama Chika. Mereka tetap beranggapan Chika adalah Calista Amani. Ibu yang penasaran bertanya siapa Calista Amani. Mereka bilang dia Pelakor.
Keenan dan Roy saling berpandangan. Sebelumnya Keenan adalah orang yang di lihat Chika di perusahaan tempatnya mengantarkan pesanan ayam goreng. Keenan bekerja di kantor milik keluarganya. Sewaktu Chika menumpahkan air di jasnya, Keenan langsung mengenalinya sebagai Calista Amani. Orang yang selama ini dicarinya.
Keenan beranggapan Calista Amani adalah orang ketiga yang menghancurkan rumah tangga Kak Alya Kakak kandungnya. Karena sebelum koma, Kak Alya pernah curhat ke Keenan bahwa suaminya selingkuh dan tidak lagi mencintainya. Dan sewaktu Kak Alya ditemukan koma di rumah sakit, di dalam tasnya ada identitas Calista Amani beserta fotonya.
Tidak ada bukti yang cukup kuat untuk membuktikan Calista Amani adalah pelakor. Tapi Keenan lah yang beranggapan demikian dan selama ini Keenan menyebar orang-orang kepercayaannya untuk mencari keberadaan Calista Amani.
Setelah mendengar cerita Roy dan Ibu Soraya, Keenan kembali beranggapan bahwa Chika adalah Calista. Keenan akhirnya ingin menyelidiki Chika dan tidak ingin melepaskan Chika. Keenan penasaran dengan Chika. Jika benar dia adalah Calista, dia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Tapi jika dia bukan Calista, Keenan masih belum memikirkan tindakan selanjutnya. Pasti Keenan akan sangat menyesali perbuatannya karena dialah orang yang telah menyerempet motor Chika dan memukulinya dengan sadis di jalan raya.
Keenan mendapatkan panggilan dari seseorang. Keenan meninggalkan rumah sakit untuk menemui orang yang telah meneleponnya. Keenan tiba di kantor polisi. Dari kantor polisi Keenan mendapatkan informasi dan sidik jari bahwa Chika bukan Calista Amani yang selama ini dicari Keenan. Kemungkinan orang yang berbeda dengan wajah yang sama. Dan petugas polisi juga akan membantu Keenan mencari Calista Amani.
Petugas polisi juga telah mengorek informasi dari wanita yang suaminya korban Calista. Menurut informasi, wanita itu sempat melihat suaminya selingkuh bersama wanita tapi sampai sekarang dia tidak bisa memastikan apakah wanita yang bersama suaminya saat itu adalah Calista. Wanita itu menemukan foto Calista di dalam mobilnya di belakang foto itu bertuliskan 'Calista Amani'.
Petugas kepolisian menunjukkan foto Calista kepada Keenan. Dan foto itu juga yang ditemukan Keenan di dalam tas Kak Alya tapi dengan identitas diri Callista. Keenan menunjukkan identitas diri Calista lewat ponselnya. Setelah petugas polisi mencek identitas Calista, petugas itu mendapat informasi Calista juga menghilang di kota asalnya.
Keenan diam di dalam mobilnya. Jika benar Chika bukan Calista, Keenan sudah melakukan Kejahatan. Dan juga Keenan harus bertindak hati-hati kali ini. Keenan juga harus menyelidiki Calista, dia tidak ingin kesalahan yang kedua kali terulang lagi.
"Kak Alya, apa yang sebenarnya terjadi? Kamu harus sadar Kak. Aku sudah melukai seseorang. Siapa Calista Amani? Mengapa semua orang mencarinya? Apakah benar dia itu pelakor? Kak Alya," Keenan mengacak-acak rambutnya dan memukul setir mobilnya.
- Di kota lain, di sebuah rumah sakit -
"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya seorang Pria menatap sedih gadis yang belum sadarkan diri di atas hospital bed dengan berbagai alat medis di tubuhnya.
"Dia sangat lemah, benturan di kepalanya bisa menyebabkan dia amnesia. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkannya," kata Dokter. Dokter kemudian meninggalkan pria itu di ruangan VIP.
"Calista apa yang sebenarnya terjadi? Sekarang semua orang sedang mencarimu. Aku tidak percaya kamu seorang Pelakor. Tapi aku tidak akan tinggal diam. Aku akan melindungimu,"
Calista yang terbaring lemah mendengar suara dari pria itu. Calista meneteskan air mata.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...