Karena perjodohan, Rania bisa menikah dengan Adrian, pria yang menjadi cinta pertamanya. Namun sayang, pernikahan impian Rania jauh dari pernikahan yang saat ini dia jalani.
Setelah melewati dua tahun pernikahan, kekasih Adrian yang bernama Alexa kembali dari luar negeri. Itu berarti sudah tiba waktunya Rania untuk melepaskan Adrian dengan bercerai dari pria itu.
Bagaimana kehidupan Rania setelah dua tahun menikah?
Apakah dia rela melepaskan Adrian? Atau Adrian yang justru tidak rela melepaskan Rania?
Yuk ikuti ceritanya di Dua Tahun Setelah Menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Bertemu Aryan
Indra penciuman Rania terganggu dengan bau masakan. Sesuatu yang sudah lama sekali tidak Rania rasakan. Tangannya meraba nakas untuk meraih jam weker yang Rania siapkan, agar dia tidak terlambat bangun untuk menyiapkan sarapan Ardian.
Namun Rania tidak menemukan benda yang dia cari. Tidak ingin terlambat menyiapkan sarapan untuk Adrian, Rania segera membuka mata. Dan Rania baru menyadari bahwa dia tidak berada di kediamannya bersama Adrian.
Rania menarik napas lega, rutinitas selama dua tahun terakhir ini rupanya masih menghantuinya, "Kenapa aku bisa lupa?" ucapnya sambil menepuk kening.
Lalu senyum mengembang dari bibir Rania. Bau masakan yang mengganggu indra penciumannya adalah bau masakan mbok Asih. Tidak ada orang lain yang tinggal di rumah ini selain dia dan mbok Asih. Wanita tua yang merawat Rania sejak bayi. Selama ini, Rania mempercayakan mbok Asih yang menempati dan merawat rumahnya.
Rania bergegas membersihkan diri sebelum dia turun untuk sarapan. Hari ini dia sudah menyusun banyak kegiatan, salah satunya mengunjungi ayahnya. Rania akan berbagi kisah dukanya dan keputusannya meninggalkan Adrian, pada ayahnya.
"Hari yang baru untuk awal yang baru." ucap Rania sambil menatap dirinya dari pantulan cermin.
Rania sudah kembali menjadi Rania yang baru. Pagi ini kembali mengenakan pakaian formal. Setelah mengunjungi ayahnya, Rania ada jadwal untuk bertemu klien yang akan menggunakan jasanya sebagai arsitek inferior.
Berada di meja makan, Rania menatap hidangan yang tersedia. Jika biasanya setiap pagi dia yang menyiapkan sarapan untuk Ardian. Maka mulai hari ini, ada mbok Asih yang menyiapkan sarapan untuk Rania.
"Mbok, setelah ini Ara mau mengunjungi ayah." ucap Rania pada mbok Asih yang ikut menemaninya sarapan.
"Iya Non, sudah lama Non Ara tidak mengunjungi bapak." balas mbok Asih.
"Ara ingin minta maaf pada ayah, Mbok." ucap Rania sedih.
"Jangan sedih Non. Non Ara sudah berusaha memenuhi permintaan bapak. Den Adrian nya saja yang bodoh. Di kasih istri yang baik dan cantik seperti Non Ara, malah di sia-siakan." Ucap mbok Asih yang ikut kesal dengan kelakuan Adrian.
Kemarin, saat melihat anak asuhnya pulang sambil membawa koper, tanpa banyak bertanya mbok Asih sudah tahu apa yang terjadi pada putri majikannya ini. Tidak ada hal yang Rania tutup tutupi dari mbok Asih. Karena itulah, mbok Asih bisa langsung tahu apa yang terjadi.
Rania hanya tersenyum menaggapi kekesalan wanita yang sudah dia anggap seperti ibunya. Jika dia menyahuti ucapan mbok Asih, maka pembahasan mereka akan panjang kali lebar sehinga menjadi luas. Bisa-bisa Rania tidak jadi mengunjungi ayahnya dan gagal bertemu klien.
"Mbok, Ara pergi dulu." ucap Ara sambil mengecup pipi mbok Asih. Sedekat itu hubungan Rania dan pengasuhnya.
"Hati-hati Non! Jangan lupa bunganya dibawa!" sahut mbok Asih. Rania mengangguk lalu berlalu dari hadapan wanita tua yang baik hati itu. Tanpa mbok Asih, Rania mungkin tidak akan sekuat ini menghadapi Adrian.
Rania duduk di hadapan makam sang ayah, dia mengirimkan doa untuk pria yang selalu memberikan cintanya tanpa pamrih. Sayang, kecelakaan satu tahun yang lalu merenggut nyawa sang ayah, membuat Rania sangat kehilangan. Rania merasa sangat terpuruk saat itu. Kepergian ayahnya sangat tiba-tiba. Rania sangat kehilangan dan itu menjadikan dia tidak memiliki orang tua lagi.
Untungnya Rania masih memiliki mbok Asih yang tulus menyayanginya seperti anak sendiri. Selain itu ada Saras yang Rania panggil ibu. Sayangnya Rania tidak begitu dekat dengan ibu sambungnya itu.
Hubungan Rania dan ibu Saras seperti roller coaster, naik turun dan penuh drama. Ibu Saras terlalu banyak mengatur hidup Rania, meskipun niat wanita paruh baya itu baik. Akan tetapi, ibu Saras sering tidak memahami situasi dan kondisi yang tengah Rania hadapi. Salah satunya meminta Rania segera hamil anak dari Adrian.
Rania tengah khusuk berdoa untuk sang ayah, kala sesesorang memanggilnya dengan lantang.
"Rania Dewi Baskoro!" panggil orang tersebut.
Rania menoleh pada sumber suara yang memanggil namanya dengan lengkap, "Kakak!" seru Rania begitu melihat orang yang memanggilnya adalah Aryan, kakak sepupunya.
"Apa kabar Ara?" sapa Aryan sambil mengusap pucuk kepala Rania.
"Seperti yang Kakak lihat, Ara baik-baik saja." Rania berputar di hadapan Aryan, menunjukkan bahwa dirinya baik dan sehat.
Untuk fisik, Rania memang baik-baik saja. Dia memiliki berat dan tinggi badan yang ideal. Memiliki tinggi seratus enam puluh tiga. Untuk ukuran wanita, Rania sudah terbilang tinggi. Tapi tidak dengan hatinya. Rania masih berjuang untuk menyembuhkan lukanya.
Aryan tersenyum, meski sudah menikah, tingkah Rania masih saja kekanak kanakan bila bersamanya. Tapi itulah Rania yang Aryan kenal, gadis pintar yang selalu ceria.
"Kakak senang melihat kamu baik-baik saja." ucap Aryan.
Rania tersenyum. Hingga saat ini, dia masih menutupi bagaimana kehidupannya yang sebenarnya bersama Adrian. Rania tidak ingin orang-orang yang menyayanginya cemas dan membenci Adrian.
"Kakak kah yang sering mengunjungi ayah?" tanya Rania. Aryan mengangguk.
"Entahlah, akhir-akhir ini Kakak sering merindukan paman." balas Aryan. Bahkan beberapa kali ayah Rania itu hadir ke dalam mimpinya. Seolah ingin memberitahu sesuatu pada Aryan, tapi sepupu Rania itu tidak bisa memahaminya.
"Sudah berapa lama Kakak kembali?" tanya Rania mengalihkan pembicaraan. Aryan sangat dekat dengan ayahnya. Ayah Rahadi juga sangat menyayangi Aryan. Mungkin karena ibu Aryan adalah saudara satu-satunya ayah Rahadi.
"Kenapa tidak menghubungi Ara? Apa Kakak tidak merindukan adikmu ini?" tanya Rania lagi.
Aryan terkekeh, "Tentu saja rindu. Apa Adrian tidak memberi tahu kamu?" jawab Aryan lalu balik bertanya.
Aryan pikir Rania pasti sudah tahu tentang kepulangannya dari luar negeri dari Adrian. Tidak mungkin Adrian yang tinggal satu rumah dengan Rania tidak memberitahu adiknya ini.
"Adrian?" beo Rania, lalu menggeleng.
"Kakak bertemu dia di perusahaan." Jelas Aryan ucapanya.
Rania hanya tersenyum menanggapi penjelasan Aryan. Jangan berharap lebih pada Adrian. Berbicara yang penting saja bisa di hitung, apalagi hanya sekedar memberi informasi tentang kepulangan Aryan.
"Apa Adrian memperlakukan kamu dengan buruk?" tanya Aryan menyelidik.
Aryan sering mendengar cerita dari ibunya, bagaimana keluarga Pradipta memperlakukan Rania. Terkecuali, tuan Widodo dan ayahnya. Hal yang sama yang dulu ibunya dapatkan dari keluarga tersebut. Yang berbeda, ibunya menikah dengan ayahnya bukan karena perjodohan. Ayah Aryan, tuan Haikal Pradipta memang mencintai ibu Aryan.
Rania tersenyum menjawab pertanyaan Aryan. Dia tidak tahu apakah harus menceritakan masalahnya pada Aryan atau tidak? Aryan bukan hanya kakak sepupunya. Tapi dia juga kakak sepupu Adrian. Rania tidak ingin, hubungan baik Aryan dengan Adrian menjadi buruk karena dirinya.
"Ayo Kak, mampir ke tempat Ara." ucap Rania kembali mengalihkan pembicaraan.
"Terlalu jauh dari sini Araaa. Kakak masih ada pekerjaan. Lain kali saja. Kakak akan datang bersama kakak iparmu." balas Aryan. Rania mengangguk.
Aryan tidak tahu jika tempat yang Rania maksud adalah kediaman Rania sendiri, bukan rumah yang dia tempati bersama Adrian. Dan sebuah kebetulan, jarak antara tempat pemakaman ini tidak terlalu jauh dari rumah Rania. Tidak harus menggunakan kendraan karena bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
"Ara masih ingin di sini Kak. Kalau Kakak ada pekerjaan, Kakak duluan saja. Terima kasih sudah mengunjungi ayah." ucap Rania setelah mereka mengirim doa bersama untuk ayah Rania.
Aryan tersenyum sambil mengusap pipi Rania, "Sampai ketemu lagi." ucapnya lalu, mengecup kening Rania.
"Sampai ketemu lagi Kak. Sampaikan salam Ara untuk kak Cinta." balas Rania.
Di kediaman Adrian dan Rania, Adrian tampak terburu-buru pergi ke perusahaan. Ada pertemuan penting hari ini dengan para pemegang saham. Tuan Widodo juga hadir, Adrian tidak boleh sampai terlambat.
Ceo perusahaan Pradipta itu merutuki kebodohannya sendiri yang lupa ada pertemuan penting pagi ini. Dia terlalu lama berada di kamar yang dia tempati bersama Rania.
Perut Adrian juga terasa perih. Baru hari ini dia melewatkan sarapan selama menikah dengan Rania. Adrian baru merasakan betapa pentingnya peran Rania selama ini dalam hidupnya. Baru satu hari saja Rania tidak ada, hidupnya sudah sekacau ini.
"Ada apa Bos?" tanya Dito, asisten Adrian, begitu melihat bos yang juga teman baiknya itu melamun selama perjalanan ke perusahaan.
"Rania pergi dari rumah." ucap Adrian.
...☆☆☆...
sebab bab atas ada bagi salam
tidur satu bilik???
walaupun sakit itu bukan alasan tidur berduaan dgn lelaki
d tnggu crta slnjtnya.....ttp smngtttt.....
sehat selalu author
btw,rena ush mlai brubah kya'ny... jd lbih baik lnjutin aja prnikahan klian,sma2 bljr dr kslhan msa lalu....
bkannya bhgia,tp mlah mkan ati tiap hri....
adrian ko bs sih pnya istri ky gt????
Btw....slmt y rania....yg ni pst baby gir....