NovelToon NovelToon
To Be Your Mistress

To Be Your Mistress

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: moonwul

Ketika ketertarikan yang dihiasi kebencian meledak menjadi satu malam yang tak terlupakan, sang duke mengusulkan solusi kepada seorang gadis yang pastinya tidak akan direstui untuk ia jadikan istri itu, menjadi wanita simpanannya.

Tampan, dingin, dan cerdas dalam melakukan tugasnya sebagai penerus gelar Duke of Ainsworth juga grup perusahaan keluarganya, Simon Dominic-Ainsworth belum pernah bertemu dengan seorang wanita yang tidak mengaguminya–kecuali Olivia Poetri Aditomo.

Si cantik berambut coklat itu telah menjadi duri di sisinya sejak mereka bertemu, tetapi hanya dia yang dapat mengonsumsi pikirannya, yang tidak pernah dilakukan seorang wanita pun sebelumnya.

Jika Duke Simon membuat perasaannya salah diungkapkan menjadi sebuah obsesi dan hanya membuat Olivia menderita. Apakah pada akhirnya sang duke akan belajar cara mencinta atau sebelum datangnya saat itu, akankah Olivia melarikan diri darinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonwul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03: Mau Berteman denganku?

...♧♧♧...

Simon menyesap rokoknya dan menghembuskan asap putih yang ketara di tengah remang pencahayaan taman.

Angin yang berhembus cukup membuat udara malam ini menjadi dingin. Sebuah malam di musim panas yang sempurna, pikirnya.

Gelar yang didapatkannya sebagai penerus tunggal sudah diresmikan oleh Raja Charles dan kesepakatan bisnis yang sangat menguntungkan telah berhasil ia pertahankan selama dua minggu lalu di Australia.

"Sungguh musim panas yang sempurna," gumamnya sebelum menaruh rokok telah habis separuh itu. Saat itu, bertepatan dengan ia yang sedikit mendongak untuk menghembuskan asapnya dari kedua bibir, seorang gadis berjalan keluar dari salah satu pintu di samping mansion tidak begitu jauh darinya.

Rambut panjang yang dibiarkan terurai, gaun beludru di bawah lutut dengan bahu terbuka hanya berlengan sebesar spageti. Simon memperhatikan Olivia dari ujung kepala hingga kakinya. Semesta pun seakan mendukung, gadis itu berjalan ke arah taman. Tepatnya ia berdiri tepat di depan kolam yang memiliki pancuran air bergaya klasik.

Simon terus memperhatikan, dengan sikap Olivia yang terus-menerus mengusap punggung tangannya dan menunduk menatap gaun yang dikenakannya, mudah sekali tuk membaca betapa risaunya gadis itu sekarang.

Tanpa ia sadari, Simon mengeraskan rahangnya dan membuang begitu saja sisa rokoknya. Ia mengambil langkah mendekat ke gadis itu.

Sengaja ia pastikan langkah dari boots sepatunya tidak menimbulkan bunyi yang dapat disadari Olivia. Namun, tinggal beberapa langkah di belakang, gadis itu tak kunjung menyadari kehadirannya.

Apa saja yang gadis ini pikirkan sampai tidak menyadari kehadiranku?

Jarak di antara mereka membuat Simon dapat dengan jelas mencium aroma segar dari tubuh Olivia. Aromanya seperti perpaduan apel dan limau gedang. Sebuah aroma yang menyeruak dengan nyaman di penciumannya. Namun, ketidakmampuan Olivia menyadari kehadirannya membuat dahi Simon berkerut samar.

Menghela pelan, Simon menghapus jarak di antara mereka dan menundukkan kecil badannya tuk memeluk tubuh Olivia. Kedua lengannya mengalung di sekitar bahu gadis itu untuk waktu yang sangat singkat.

Olivia yang terkejut dan segera menjauhkan diri, Simon yang menggigit singkat bibir bawahnya, keduanya menjadi berhadapan saat gadis itu membalikkan badan.

“Maaf. Saya salah mengira kamu sebagai kencan saya.” Simon mempertahankan wajah tenangnya. “Gaunmu,” ia melihat ke gaun beludru berwarna biru tua yang Olivia kenakan. “Mirip sekali dengan gaun yang dimiliki kencan saya.”

Kedua mata Olivia sedikit membelalak begitu menyadari sosok yang berdiri di hadapannya ini adalah anak satu-satunya sekaligus penerus gelar duke keluarga Ainsworth. Ia pun melangkah mundur dan menunduk kecil memberi hormat.

“Maafkan saya, Yang Mulia Duke.”

Simon tersenyum singkat, Olivia bahkan tidak menyadarinya. Gadis itu sibuk dengan perasaan tak karuan setelah apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdebar, yang ia tidak tahu bahwa ia bisa berdebar seperti itu.

Haruskah aku pamit pergi atau menunggu dia meninggalkanku lebih dulu?

Pertanyaan yang hanya dapat didengarnya, namun membuat Olivia hampir menganga lantaran kebetulan yang terjadi. Ponsel Simon bergetar, pria itu tampak mengeluarkan dan menerima panggilan.

Olivia sadar, ia tidak mungkin pergi begitu saja, jadi ia diam di tempatnya dan memperhatikan sang duke menyelesaikan panggilan itu.

“Saya ada di taman, dekat kolam.” Hanya kalimat yang dilontarkan Simon sepanjang panggilan yang cukup singkat itu. Namun, sungguh Olivia terkejut dengan bagaimana pria itu berbicara bahkan saat menelepon.

Simon sungguh memiliki kekuatan dan martabat yang dapat menguasai lawan bicaranya. Seorang duke yang sempurna, kini Olivia mengerti semua pujian yang didengarnya dari para staf selama beberapa hari ini.

Berselang beberapa saat sejak panggilan telepon berakhir, Simon hanya kembali menyimpan ponsel di kantung dalam jasnya kemudian berdiri diam menghadap ke mansion tempat kediaman keluarganya yang bersinar dan berhiasan dengan indahnya. Mengabaikan presensi Olivia, seakan ia tidak salah memeluk atau bahkan melihat gadis itu beberapa saat lalu.

Olivia mengingatkan dirinya bahwa Simon hanya salah mengira dengan kencannya, tapi perasaan hatinya yang seperti teriris tak dapat ia cegah saat melihat begitu acuhnya pria itu sekarang.

“Simon!” seru seorang wanita muda yang berada tidak begitu jauh dari taman, ia adalah kencan yang dimaksud sang duke, Charlotte Sabrina Bennings.

Perempuan itu sangat berbeda denganku. Bagaimana Tuan Duke bisa salah mengira aku adalah dia?

Simon tersenyum pada Charlotte dan wanita itu pun sama, sungguh menambah kecantikannya yang sangat paripurna.

Charlotte berjalan menghampiri Simon. Kini Olivia benar-benar terjebak, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Di hadapan Simon, cara ia tersenyum membuat sepasang mata birunya menyipit. Dari jarak ini, Olivia menyadari betapa cantiknya wanita itu.

Rambut pirang yang sangat natural digerai seperti tidak ada penataan sama sekali terlihat sangat indah, sepasang bibir tipis berwarna merah muda, dan semuanya, Olivia belum pernah melihat wanita secantik Charlotte sebelumnya.

Percakapan ringan antara keduanya tidak terdengar lagi lantaran pikiran Olivia terpusat pada kekagumannya akan kecantikan Charlotte. Namun, itu pun usai saat suara merdu wanita itu memanggilnya.

“Hei, siapa namamu?” tanya Charlotte lembut.

“Eng– Nama Saya Olivia.” Olivia menjawab dengan menunduk kecil. Charlotte berjalan ke arahnya dengan senyuman ia memperhatikannya.

“Namaku Charlotte, senang bertemu denganmu, Olivia. Aku dengar kamu bergabung menjadi baker baru. Semoga kamu betah kerja di sini, ya.”

Olivia membalas senyuman itu dengan canggung. “Iya, Nona.”

“Charlotte, bukankah kamu juga punya gaun biru itu?” tanya Simon.

Charlotte menoleh ke arah Simon sebelum melihat gaun Olivia. Ia menyadarinya sekarang, gaun itu adalah produk tiruan dari merek mewah Gucci, salah satu merek favoritnya.

“Iya, aku juga memilikinya, tapi kudengar gaun ini hanya ada tiga potong di Inggris dan aku mengenal semua yang juga membelinya.” Charlotte berhenti dan memerhatikan gaun kemudian wajah memerah Olivia. “Kamu membelinya tidak di Inggris tapi di negara lain, ya?” tanyanya antusias.

Olivia mengerjap, entah hanya dirinya atau memang benar kedua orang yang lebih dalam banyak hal darinya ini sengaja membuatnya terpojok.

“Ini pemberian seseorang, saya tidak tahu. Eng–saya izin undur diri.”

Simon menatap malas kepergian Olivia. Lagi, tanpa ia sadari rahangnya mengeras. Sebagaimana ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang berada tidak di tempat seharusnya.

Perasaan sialan ini.

♧♧♧

Paul Song menggantikan undangan yang seharusnya dihadiri pria yang beberapa hari lalu dihajar oleh Simon. Ia adalah salah satu penyanyi yang berada di bawah label rekaman Joe Johnson.

Adalah perasaan tidak terima yang mendorong Paul datang ke pesta Simon. Pria berusia 23 tahun itu mencari tempat duduk yang strategis supaya kehadirannya dapat dengan mudah disadari Simon yang nanti akan membuka acara.

Paul memiliki wajah blasteran Korea dan Amerika. Ia jelas tampan, tingginya pun pas. Sungguh seseorang yang mudah disukai, baik karena visual maupun kepribadiannya.

Musik yang dimainkan oleh orkestra secara langsung membawakan lagu-lagu modern yang terkenal membuat Paul menutup kedua matanya dan tersenyum menikmati suara indah yang menyenangkan telinga.

Pria brengsek itu memiliki telinga yang bagus rupanya.

Seseorang menempati kursi tepat di sampingnya, Paul membuka matanya untuk melihat sekilas siapa orang itu. Namun, ia terkejut dan tidak menyangka dengan wajah Olivia yang duduk di sampingnya. Ia yakin jika permen kapas adalah seseorang, maka gadis ini adalah salah satunya.

Olivia tampak memegang sebuah piring kecil berisi beberapa potong buah-buahan. Saat jemari mungil dan lentik gadis itu memegang sepotong stroberi dan menggigitnya, Paul tidak dapat melepaskan pandangannya pada kecantikan dan kelembutan gadis itu.

Paul berdeham, wajahnya menoleh penuh ke sosok Olivia.

“Hei,” panggilnya dengan intonasi ringan dan ramah.

Olivia sedikit terkejut dengan itu, ia menaruh piringnya ke atas paha dan membalas sapaan Paul.

“Iya?”

Paul berdeham, raut wajahnya seakan tengah membicarakan hal yang begitu penting dan serius. “Katanya sih tidak kenal maka tidak sayang.” Olivia tertegun dan refleks bergumam kebingungan.

“Loh, betul. Itu pepatah dari negara ayahku, Korea Selatan,” sambung Paul. Kini Olivia tertawa ringan. Ia familier dengan pepatah yang juga ada di negaranya, bahkan sangat populer di Indonesia.

“Di negaraku juga ada pepatah itu.” Akhirnya Olivia bersuara. Seperti dugaan Paul, bahkan suara gadis itu juga sangat manis dan lembut.

Raut terkejut Paul sengaja dibuatnya berlebihan. “Iya? Wah, kebetulan sekali.”

Olivia mengernyit kemudian kembali tertawa. Pria ini sungguh unik, pikirnya.

“Karena sama-sama akrab dengan pepatah itu, jadi tidak ada salahnya kalah kita kenalan, kan?” Paul menjulurkan tangannya. “Namaku Paul Song. Namamu?”

Olivia memandangi tangan yang memiliki jemari panjang itu. Ia kemudian tersenyum dan membalas jabatan tangannya. “Namaku Olivia Poetri Aditomo.”

Kali ini raut bingung yang murni dan tidak berlebihan tercetak jelas di wajah Paul.

“Namaku sangat jarang didengar, ya?” Olivia tersenyum. “Aku aslinya dari Indonesia.”

“Indonesia? Ah, Bali! Aku suka suasana pantainya.” Paul tersenyum lebar seakan berhasil menjawab pertanyaan penting yang akan membuatnya memenangkan hadiah.

“Bali hanya salah satunya. Masih banyak wisata alam yang tak kalah indah loh.”

“Boleh banget nanti aku berkunjung ke sana. Kamu bisa menjadi pemandu wisataku.” Paul tertawa dengan candanya dan Olivia pun sama.

“Sekarang sudah kenal aku, kan?" tanya Paul tiba-tiba.

Olivia mengangguk. "Iya."

Paul mencondongkan tubuhnya mendekat ke Olivia. "Terus sayang akunya kapan?"

Olivia membelalak. "Apa?"

Paul tersenyum. Ia menjauhkan tubuhnya dan membalas tatapan bingung Olivia. "Tak kenal maka tak sayang, kan? Kita sudah saling kenal, sekarang tinggal saling sayangnya lagi."

"Ha?" Olivia sampai mengaga kecil saking tercengan dengan selera humor pria itu.

"Ya sudah kalau begitu, kita berteman saja. Mau berteman denganku, Olivia?" Paul tersenyum menatap kedua mata Olivia.

Olivia juga ikut tersenyum. "Tentu."

Sebuah hubungan pertemanan sepasang manusia baru saja dimulai, dan pesta akbar sang duke pun akan segera dimulai.

Oleh karena itu, Simon berdiri di atas panggung kecil tepat di tengah ballroom mansion ini.

Mik yang dipegangnya, lampu yang menyorotinya, dan perhatian semua orang yang terpusat padanya, namun ia tak dapat melepaskan pandangan ke arah Olivia dan Paul yang saling melempar senyuman.

Tidak satu hal pun berada tidak di tempat seharusnya. Begitu pun denganmu, Olivia Poetri Aditomo.

...♧♧♧...

^^^** the picture belongs to the rightful owner, I do not own it except for the editing.^^^

1
agnesia brigerton
Jadi duke nih lagi nunggu sampe Olivia lebih dewasa aja?? Setidaknya dia gak pedofil deh :)
agnesia brigerton
Gilakkkkk
agnesia brigerton
Udah manggil ayah mertua ajaa
agnesia brigerton
Aku padamu Olivia 😭😭😭
agnesia brigerton
😭😭😭
agnesia brigerton
Duh pulang kampung nih??😥
agnesia brigerton
Hubungan mereka kerasa sensual banget tapi menegangkan juga duh panas dingin jadinya 🙃
agnesia brigerton
Iya iya pergi aja dari duke obses ituu
agnesia brigerton
Gue tereak terus woiii
agnesia brigerton
What?????? Merk gaunnya terus lagu yang diputar????
agnesia brigerton
Tunangan asli kayak nyadar deh
agnesia brigerton
Benedict selama kerja sama duke gak kepikiran buat resign kah??
agnesia brigerton
Oke... oke... si duke obses nih parah
agnesia brigerton
Kamu kuat bangettt
agnesia brigerton
S-SIAP YANG MULIA!!
agnesia brigerton
UPSS 🤭🤭
agnesia brigerton
Lo kayaknya masih bingung deh sama perasaan sendiri 🙃🙃
agnesia brigerton
AAAA 😚😚😚
agnesia brigerton
Apa? Mau ngapain emangnya🤭
agnesia brigerton
AAAA GUE DUGUN DUGUN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!