NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32nd : Now, It's Not The Time

Di sebuah ruang kerja yang redup cahaya karena lampu yang sengaja tidak dinyalakan, seorang pria paruh baya tengah termenung di bangku kerjanya dengan mata yang menatap lurus ke luar jendela yang ada di hadapannya. Pria itu sesekali menghela napasnya yang terasa berat. Pria itu memejamkan matanya saat sepenggal peristiwa di masa lalu kembali berputar di benaknya, hingga kerutan yang begitu kentara tercetak jelas di dahinya.

"Aku sudah berani memulainya, maka dari itu aku tidak akan bisa mengakhirinya begitu saja!" seru pria itu dengan tatapan menerawang.

Flashback ON

Kala itu, pria  itu sedang membaca setiap berkas - berkas yang diberikan oleh sekretarisnya untuk didiskusikan dalam rapat. Saat pria itu tengah fokus pada setiap lembaran yang ada di tangannya, seorang wanita dengan pakaian yang cukup terbuka masuk ke ruangannya dan mulai mengganggu aktivitasnya.

"HANNA?! APA YANG KAU LAKUKAN?! HAH?!" pekiknya saat wanita itu tiba - tiba duduk di pangkuannya.

Pria itu pun mendorong wanita itu dari pangkuannya, lalu berdiri hendak meninggalkan ruangan itu beserta wanita gila itu. Namun, wanita itu menghadang jalannya.

Pria itu berusaha menghindar dari wanita itu. Namun, wanita itu seakan memiliki berbagai macam cara untuk menghentikan pergerakannya. Pria itu hanya bisa menggeram keras saat dirinya mulai merasa terpancing dengan wanita itu. Pria itu memejamkan matanya seolah ingin mengontrol sesuatu yang bergejolak dalam dirinya.

Hingga terdengar langkah kaki seseorang yang semakin dekat dengan ruangan itu, tanpa aba - aba wanita itu menarik dasi pria itu dan mendaratkan bibirnya di bibir pria itu. Sedetik kemudian pintu ruangan terbuka dan menampakkan seseorang yang menatap mereka terkejut. Orang itu berdiri disana selama beberapa saat, hingga bibir kedua orang di hadapannya terlepas. Dengan wajah  dan kedua mata yang memerah, orang itu menatap nyalang pria dan wanita itu.

"You are a fucking asshole!!!" umpat orang itu bersamaan dengan cairan bening yang menetes ke pipinya.

Flashback OFF

"Arrgghh..." teriak pria itu saat bayangan wajah seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya kembali muncul di benaknya.

"Kenapa kau harus pergi disaat aku membutuhkan seseorang untuk bersandar?! Kenapa?" ucapnya asal.

"Kenapa kau sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?!" ujarnya dengan tangan yang terkepal diatas meja. "Tidak seharusnya kau membunuh anakku, yang bahkan belum sempat terlahir ke dunia ini" sambungnya dengan air mata yang meluruh dari kedua matanya yang berkaca - kaca.

"Jika saja kau tidak membunuh anakku! Aku tidak akan pernah sekejam ini!" ketus pria itu dengan napas yang mulai memburu. "Tidak seharusnya kau membunuh anakku, atas apa yang telah aku perbuat padamu!" ceplosnya dengan dada yang naik turun.

"TIDAK SEHARUSNYA KAU MEMBUNUH ANAKKU!!! ARRGHH..." Teriaknya dengan sangat nyaring sambil menjatuhkan sebuah barang - barang yang berada di sekitarnya.

Tanpa pria itu sadari, ada seorang gadis yang sejak tadi mendengar ucapannya dari jarak yang cukup dekat namun terhalang oleh lemari di ruangan itu.

"Anak? Daddy memiliki anak dari wanita lain? Tapi, wanita itu membunuhnya?!" ujar gadis itu pada dirinya sendiri dengan suara yang nyaris tidak terdengar. "Lalu siapa wanita itu? Dan.. Apa maksud perkataan daddy barusan?!" lanjutnya dengan kebingungan yang terlihat di wajahnya.

"Ahh... Kenapa jadi serumit ini?" gerutunya. "Apa ini semua adalah dampak dari kejadian di masa lalu daddy?! Tapi, apa? Dan kenapa daddy seakan tidak ingin aku mengetahuinya?!" timpalnya.

🔫🔫🔫

Alya menghentikan mobilnya di depan gerbang sebuah mansion yang pernah ia singgahi selama beberapa hari. Dan hari ini Alya kembali ke mansion itu. Alya keluar dari mobilnya lalu menatap lurus ke gerbang mansion itu. Gadis itu berusaha mencari keberadaan interkom untuk meminta seseorang membukakan gerbang itu untuknya. Belum sempat menemukan interkom yang Alya maksud, sebuah mobil yang pernah ia naiki berhenti tepat di samping mobilnya dan membunyikan klakson sebanyak tiga kali sampai membuat gadis itu tersentak.

Alya mengalihkan pandangan ke pengemudi mobil itu dengan satu tangannya mengelus dadanya. Sementara seseorang di mobil itu tak memberikan tanda - tanda akan keluar dari mobilnya. Alya pun menghampiri mobil itu tepatnya di posisi pengemudi. Alya tidak dapat melihat apapun, karena kaca mobilnya terluhat begitu gelap. Kemudian, gadis itu pun mengetuk kaca mobil itu perlahan.

Selang beberapa detik, kaca mobil itu mulai turun dan terlihat wajah seorang pria yang cukup ia kenal di depan matanya. Pria itu tak menunjukkan ekspresi apapun padanya.

"Ada yang harus aku katakan padamu!" seru Alya pada pria itu. Pria itu tak membuka mulutnya sama sekali dan hanya menaikkan sebelah alisnya untuk menanggapi ucapan Alya.

Tanpa sadar, gadis itu mendengus kesal lalu menegakkan tubuhnya dengan kedua tangan di pinggang. "Bisakah aku masuk?! Bukankah kau yang menginginkan bukti it---"

"Kita harus bicara!" tukas pria itu. Sementara, Alya hanya mengernyitkan dahinya aneh. Bagaimana tidak? Pria itu seakan mengulang kembali perkataan yang ia ucapkan.

"Dasar aneh!" gerutunya.

"Cepat masuk ke mobilmu!" titah pria itu.

Kemudian, Alya pun bergegas masuk ke dalam mobilnya dan setelahnya gerbang pun terbuka. Mobil pria itu masuk lebih dulu dan diikuti mobil Alya dari belakang.

Saat mereka sudah berada di dalam mansion, Alya pun mengikuti setiap langkah pria itu. Tanpa bertanya terlebih dahulu.

"Apa kau akan ikut denganku ke toilet?!" timpal pria itu sambil berbalik menatap gadis itu. Sontak Alya menghentikan langkah kakinya cepat dan menggelengkan kepalanya cepat.

"Tunggulah di ruang tamu! Aku akan segera kembali!" titah pria itu datar lalu berbalik dan pergi menuju kamarnya. Tanpa Alya ketahui, pria itu melangkahkan kakinya dengan senyuman tipis merekah di wajahnya.

Alya memanyunkan bibirnya saat sudah hampir tiga puluh menit, pria itu tak kunjung kembali. Alya memainkan cangkir yang ada di meja saat dirinya mulai merasa bosan.

"Astaga! Kenapa dia lama sekali?!" gerutu Alya sambil melirik ke arah dimana pria itu pergi. Namun, sayang tak ada tanda - tanda kedatangan pria itu. Alya menghembuskan napasnya kasar.

Alya pun menyandarkan punggungnya pada sofa, lalu satu tangannya terangkat dan lengan yang menutupi kedua matanya. Alya baru saja akan terlelap jika seseorang tidak datang dan mengganggu ketenangannya.

"GARY?!!!" Teriak seseorang yang baru saja masuk melalui pintu utama mansion itu. Sebenarnya Alya merasa terganggu dengan suara nyaring orang itu, tetapi ia berusaha tidak mempedulikannya dan tetap pada posisinya.

"GARY?! KAU DIMANA? ADA YANG INGIN AKU BICARAKAN PADAMU!" teriak orang itu sangat nyaring hingga Alya menutup telinganya dengan kedua tangan. Karena orang itu kini berdiri tepat di belakangnya.

"GARY?!!!" teriak orang itu lagi dan berhasil membuat Alya geram dan membalikkan tubuhnya menghadap orang itu.

Alya mengerutkan dahinya saat ia kembali bertemh dengan wanita itu. Tanpa sadar Alya menatap tajam wanita itu dengan rahang yang mulai mengeras. Tetapi, tidak bertahan lama. Alya seakan mengendalikan ekspresi dan emosinya. Kemudian, dengan wajah setenang mungkin ia mulai membuka mulutnya.

"Bisakah kau tidak berteriak seperti itu di rumah orang?!" ketus Alya dengan mata yang memincing. Sementara wanita itu, menatapnya sengit.

"KAU?!" pekik wanita itu dengan mata yang membulat. "Untuk apa kau ada disini?!" ceplosnya dengan tangan terangkat menunjuk pada Alya.

"Itu bukan urusanmu!" tukas Alya sedikit angkuh.

"Tentu. Itu urusanku karena---"

"Karena dia sekutumu! Iya kan?!" sindir Alya lalu bangkit dari posisinya dengan tangan terlipat di depan dada.

"Beraninya kau---"

"Aku tidak datang untuk mencari masalah denganmu! Jadi, bersikaplah baik pada tamu di rumah ini!" sergah Alya.

"KAU?!!--"

"Ingatlah! Ini bukan rumahmu! Jadi, kau tidak berhak mengusirku!" timpal Alya tak suka. Lalu, kembali mendudukan bokongnya pada sofa yang sebelumnya ia duduki.

"Alya?!" panggil wanita itu yang tak dihiraukan oleh sang pemilik nama.

"Apapun rencanamu saat ini, kau tetaplah musuh kami. Apapun yang kau lakukan, tidak akan membuat kami berdamai dengan kalian.." ucap wanita itu yang sontak membuat Alya mengeraskan rahangnya berusaha meredam amarah yang bisa meledak kapan saja.

"Kau mungkin cerdas, tapi kami tidaklah bodoh! Kami tidak akan membiarkan mu mengacaukan apa yang selama ini sudah kami lindungi!" Alya pun berdiri dan menghampiri wanita itu dengan wajah datarnya dan menatap dingin wanita di hadapannya itu.

"Aku tidak datang untuk meladeni omong kosong mu! Berhenti atau kau akan merasakan aku kehilangan kendali!" pinta Alya menginterupsi dengan aura dingin yang mulai menyeruak dari diri Alya.

"Untuk apa kau datang kesini?!" tiba - tiba terdengar suara bariton dari arah belakang Alya.

"Gary?! Ada---"

"Pergilah! Aku tidak ada urusan denganmu!" tukas Gary.

"Tapi, ada yang perlu aku bicarakan padamu!" protes wanita itu. Melihat itu, Alya tampak tak suka. Alya pun berbalik menghadap Gary dengan menampakkan wajah marahnya.

"Sepertinya hari ini bukan waktu yang tepat. Jadi, nanti saja.." tandas Alya lalu beranjak dari tempatnya dan menyambar kunci mobilnya yang berada di meja. Alya hendak meninggalkan kedua orang itu, tetapi sebuah tangan menahannya.

"Aku tidak ingin menundanya lagi!" ceplosnya lagi.

"Tapi, keinginan ku telah berubah! Aku tidak akan memberitahukannya hari ini" timpal Alya lalu menepis tangan Gary dari tangannya.

Alya pun beranjak dari tempatnya, namun beberapa langkah ia hampir melewati pintu. Alya kembali bersuara. "Sebaiknya kau singkirkan semua yang mungkin mengusik kehidupan mu! Karena mereka hanya benalu yang bergantung padamu!" ceplosnya sarkastik tanpa berbalik. Sementara, pria itu hanya terdiam mencoba mencermati setiap kata yang Alya lontarkan.

💢💢💢

1
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
Nanaia
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!