Lastri selalu di injak harga dirinya oleh keluarga sang suami. Lastri yang hanya seorang wanita kampung selalu menurut apa kata suami dan para saudaranya serta ibu mertuanya.
Wanita yang selalu melayani keluarga itu sudah seperti pembantu bagi mereka, dan di cerai ketika sang suami menemukan penggantinya yang jauh berbeda dari Lastri.
Namun suatu hari Lastri merasa tidak tahan lagi dan akhir mulai berontak setelah ia bercerai dengan sang suami.
Bagaimana cara Lastri membalas mereka?
Yuk simak kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
Bab 19. Rencana Menikah Lagi
POV Author
Kita tinggalkan dulu Lastri yang sedang memproses dirinya menjadi orang kaya.
Di Tempat berbeda.
Mood Hendra benar-benar baik saat ini. Sepanjang hari sikapnya ramah kepada siapa saja dan selalu tersenyum. Bahkan Hendra dengan santainya membawa Rara ke rumah orang tuanya. Tentu hal itu mengejutkan bagi Bu Ida dan dua saudarinya.
Nilam memandangi Rara yang duduk anggun berdampingan di sebelah Hendra di ruang tamu. Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala membuat Nilam takjub kepada wanita itu. Namun berbeda dengan Tatik, Tatik menatap tidak suka pada Rara. Dalam hatinya berkata, wanita yang di bawa Hendra itu pastilah nantinya akan menghabiskan uang gaji Hendra. Karena bisa di lihat penampilan Rara yang serba memukau. Mulai dari perawatan tubuh sampai barang-barang yang ia kenakan.
"Jadi maksudmu, kamu ingin menikah lagi Hendra?" Tanya Bu Ida yang kebingungan tiba-tiba Hendra datang memperkenalkan Rara sebagai calon istrinya.
"Iya Bu." Jawab Hendra sambil tersenyum. Bahkan tangannya tak pernah lepas saling menggenggam erat dengan Rara. "Rara ini satu kantor denganku. Tapi beda devisi saja. Aku sudah lama kagum padanya, tapi ternyata Rara juga punya perasaan yang sama padaku. Jadi kami pun saling jatuh cinta." Ungkap Hendra tanpa malu.
Rara terlihat senang di kenalkan kepada keluarga Hendra. Keinginan untuk membina rumah tangga dengan kekasihnya itu sudah di depan mata. Rara tersenyum dengan percaya diri. Tapi ketika matanya bertemu dengan tatapan Tatik, Tatik tampak membuang muka.
Senyum Rara sedikit memudar. Dalam hatinya sedikit kesal melihat prilaku Tatik terhadapnya. Terlihat tidak menyukainya.
Terserah kamu mau menatap ku sampai keluar api pun, aku tidak akan mengalah. Toh yang aku nikah Mas Hendra dan juga tidak akan tinggal disini, batin Rara menggerutu.
Berbeda dengan Tatik, Nilam tampak lebih semangat menyambut calon kakak ipar barunya.
"Bu, kalau satu kantor sama Mas Hendra, berarti gajinya gede dong, sama kayak Mas Hendra." Bisik Nilam di telinga Ibunya.
Mendengar bahwa sang calon mantu baru memiliki gaji yang sama dengan anaknya, pikiran Bu Ida langsung menerawang pundi-pundi uang yang akan ia dapatkan dari Hendra juga dari calon menantu barunya. Bu Ida pun langsung tersenyum.
"Bagaimana dengan Lastri?" Tanya Tatik, sengaja memancing respon Rara dan Hendra untuk sedikit menghalangi keinginan mereka.
"Mbak tenang saja. Aku sudah mendapat tanda tangan surat persetujuan dari Lastri."
"Tanda tangan? Surat persetujuan?" Tanya Tatik belum sepenuhnya paham.
"Iya. Aku mendapatkan tanda tangannya secara diam-diam. Dan aku minta, tidak ada yang memberitahukan pernikahan ke dua ku ini padanya. Karena bila Lastri sampai tahu, bisa-bisa ia tidak akan mau membantu di rumah ini."
Wajah Bu Ida, Tatik dan Nilam menegang. Jadi mereka harus berupaya menutup rapat-rapat pernikahan Hendra yang kedua. Agar tenaga mereka tidak terkuras untuk membereskan rumah. Kepergian Lastri merupakan ancaman. Karena saat ini pun mereka sudah merasakan kewalahan di tinggal Lastri pulang kampung yang baru dua hari ini.
"Lalu kamu mau tinggal dimana Hendra?" Tanya Bu Ida.
Hendra kembali tersenyum.
"Ibu tenang saja. Rumah baru ku sebentar lagi jadi. Dan rencananya kami berdua akan tinggal di situ. Rumah disebelah akan aku sewakan ke orang lain, Lastri akan tinggal di rumah Ibu, di kamar belakang. Bisa kan Bu? Aku mengatakan padanya kalau aku akan dinas keluar kota, dan dua minggu sekali akan pulang. Jadi dia tidak akan curiga aku tinggal di rumah baruku."
"Sempit dong Mas?!" Protes Nilam.
"Justru bagus kan lebih dekat. Sampai malam pun, Lastri bisa membantu kalian disini."
"Benar kata Hendra. Lagian si Lastri kan tinggal di kamar belakang yang kecil itu." Kata Bu Ida membenarkan.
"Jadi, Ibu merestuikan?"
Kesunyian sesaat melanda ruangan, menunggu suara sang Ibu yang akan manjadi landasan dua insan untuk memulai hidup baru.
"Iya Ibu setuju."
Hendra dan Rara saling tatap, tersenyum senang mendengar ucapan sang ibu.
***
"Mas maaf, aku belum bisa pulang kesana."
"Tidak apa-apa Lastri, kamu pun sudah lama tidak pulang. Tetaplah disana dua minggu lagi."
"Tapi apa tidak apa-apa Mas?"
"Tidak apa-apa Lastri. Aku pun sudah mulai dinas hari ini. "
" Baiklah Mas. Diah nanti akan aku kabari ke pihak sekolah bila masuk sekolah nanti."
"Iya. Sudah ya, aku mau kerja lagi."
"Iya Mas."
Telpon pun berakhir. Hendra tersenyum lega, karena Lastri begitu penurut. Padahal ia sedang tidak sibuk bekerja, melainkan sedang mempersiapkan pesta pernikahannya di rumah calon istri barunya.
Ya, Hendra akan menikah dan mengadakan pesta di rumah Rara. Dan untuk sementara sampai rumahnya sudah selesai dibangun, ia akan tinggal bersama istri barunya di rumah mertuanya.
Orang tua Rara tidak tinggal di sana. Papanya Rara bolak balik ke luar kota ke tempat pekerjaannya dan tinggal bersama istri mudanya di sana.
Meski demikian, Hendra tidak ingin berlama-lama tinggal di rumah mertua. Ia merasa lebih nyaman jika tinggal di rumah sendiri.
Pesta pernikahan Hendra dan Rara pun di gelar setelah mendaftar pernikahan mereka ke Kantor Urusan Agama. Di bantu Even Wedding Organizer, semua terlaksana dengan cepat dan mudah.
Tidak ada satupun tetangga yang di undang, hanya keluarganya dan keluarga Rara yang hadir serta tetangga di dekat rumah Rara saja. Beberapa teman kantor serta teman masa kulihat saja.
Hendra dan Rara sengaja meminimkan tamu undangan guna menutupi pernikahan mereka dari penciuman pengetahuan Lastri. Dan pesta itu pun berlangsung meriah dengan mengundang penyanyi lokal untuk acara hiburannya.
Hendra begitu bangga memperistri Rara yang cantik dan seprofesi. Yang menurutnya sangat berbeda jauh dengan Lastri bagai langit dan bumi.
Hendra tidak tahu saja. Disaat dirinya sedang berpesta tanpa sepengetahuan Lastri, Lastri juga sedang bahagia dengan rencana-rencana masa depannya.
Rumah dan tanah sudah terjual. Rekening Pak Rahman mendadak menggunung dan diserahkan kepada putrinya. Lastri sedang mencari tahu cara untuk menjalankan sebuah usaha, juga mencari lokasi rumah mewah serta bisnis-bisnis yang bisa menguntungkan agar uang itu bisa ia gunakan dan manfaatkan sebaik-baiknya. Semua itu berkat saran dan bantuan dari temannya di kampung yang kini sudah menjadi Kepala desa disana.
Melihat kesuksesannya di usia yang masih muda, Lastri percaya, saran-saran di berikan oleh temannya itu, tentukan baik untuk kehidupannya dan Diah di masa depan.
Rumah baru untuk orang tua Lastri segera di bangun. Lastri pun menikmati masa liburannya di kampung dengan bercengkerama bersama orang tua dan keluarganya. Begitu pula dengan Diah yang ikut menikmati masa liburannya dengan berjalan-jalan mengelilingi kampung bersama Fahri yang merupakan Kepala Desa disana.
Bersambung...