NovelToon NovelToon
Mencintai Dosen Beristri

Mencintai Dosen Beristri

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Harumi Akari

Sekar mengalami dilema karena didekati oleh Pak Faisal, yang merupakan dosennya sendiri. Hal itu membuat Sekar ketakutan, namun lama-kelamaan Sekar makin menyukai Pak Faisal karena beliau sering membantu Sekar saat ia sedang dibully di kampus.

Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, keseriusan mereka terhalang oleh Pak Faisal yang sudah memiliki istri dan tidak mudah untuk menceraikannya karena istrinya yang merupakan selebgram.

Akankah Sekar mendapatkan cintanya? Atau justru cinta mereka berdua akan kandas dan Sekar dicap sebagai pelakor?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harumi Akari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Punya Rumah

"Rena, kamu baru balik?" tanya Sekar yang berada di depan pintu kamar Rena.

"Hm." Jawaban singkat itu membuat Sekar sedikit sedih.

"Kok malem banget? Belum ganti juga seragamnya. Kamu ke mana?" Sekar menjatuhi beberapa pertanyaan kepada Rena.

"Aduuhh, kenapa sih mbak? Kepo banget! Mbak iri sama aku karena aku bisa keluar lama daripada mbak?" Rena langsung sewot dan nampak kesal dengan pertanyaan kakaknya itu.

"Bukan gitu, Rena. Mbak khawatir aja sama kamu, karena kamu pulangnya sampai malem gini. Kamu nggak aneh-aneh kan?" tanya Sekar kepada adiknya.

"Bukan urusan mbak."

Sekar tahu betul jika wanita itu tidak ingin diganggu sama sekali oleh Sekar. Alhasil Sekar mengalah dan memutuskan untuk memberitahu beberapa hal yang penting saja.

"Rena, apapun itu, pokoknya kamu harus namatin sekolah terus masuk ke universitas favorit kamu ya? Kamu udah kelas 3 dan bentar lagi lulus, mbak saranin jangan berbuat yang aneh-aneh, apalagi keluyuran sama cowok gitu." Sekar mengutarakan pendapatnya. Pernyataan Sekar mendapatkan respon dari Rena.

"Maksudnya? Andra sama aku pacarannya aneh-aneh gitu?! Mbak jangan terlalu percaya diri gitu deh! Mbak tu belum pernah pacaran! Ya wajar aja sih kalau nggak ada yang mau jadi pacar kamu, Mbak. Orang kamu aja kaya gitu, mana ada cowok yang mau!" ledek Rena sembari berdiri dan melipat kedua tangannya.

"Mbak cuma ngingetin kamu, Rena. Kadang bisa aja kalian kelewat batas dengan salih udah direstui mama. Kalau terjadi apa-apa sama kamu, yang bakal tanggung jawab itu mbak sama mama," ujar Sekar.

"Mending mbak urusin urusan mbak sendiri sana! Kenapa sih suka banget ikut campur urusan orang? Gara-gara kamu, mama sama papa jadi cerai! Aku nggak mau ya gara-gara kamu aku sama Anda jadi putus!!" geram Rena.

"Astaga, Rena. Mbak salah apa sih sama kamu? Mbak cuma pengen yang terbaik buat kamu." Sekar nampak memelas.

"Udah ya, Mbak! Cukup! Keluar sekarang dari kamarku!!"

BRAK!!

Rena langsung mendorong Sekar ke luar kamar dan menutup pintu kamarnya sendiri agar Sekar tidak bisa lagi bicara. Karena tidak berhasil menanyakan kepada Rena, Sekar merasa sedih dan bingung ia harus bagaimana lagi agar Rena mau mendengarkan.

Sekar kembali ke kamarnya dengan raut wajah sedih. Namun, saat akan kembali ke kamar, tiba-tiba ibunya berada di depan kamar Sekar.

"Kamu bilang apa sama Rena?" tanya mamanya Sekar.

"Emm, nggakpapa kok, Ma. Nggak penting," jawab Sekar yang. Berusaha ingin masuk ke kamar, namun kembali di cegah dan di dorong menjauhi kamar.

"Kamu jangan sok deket sama adik kamu. Kamu pikir siapa yang bikin dia kaya gitu? Kamu, Sekar!" hardik wanita itu. Apa salah Sekar? Padahal ia hanya mengutarakan apa yang ia lihat, dan yang dilakukan mamanya adalah sebuah kesalahan. Bukannya memperbaiki malah justru makin parah.

"Ma, seenggaknya tolong jangan terlalu kasih Rena kelonggaran waktu buat bermain. Apalagi main sama cowok, mama nggak takut dia diapa-apain sama si Andra itu?" tanya Sekar yang berusaha bicara kepada mamanya.

"Kenapa kamu jadi ikut campur urusan Rena? Suka-suka dia lah mau jalan sama siapa! Mau main sama siapa! Kamu cemburu? Iri?!" Sekar harusnya tahu, jika mamanya akan bicara seperti itu.

"Aku itu sayang sama Rena, Ma! Aku masih peduli sama dia makannya khawatir dan memikirkan apa yang terbaik buat dia!" jawab Sekar dengan nada yang mulai meninggi.

"Sayang? Kalau sayang harusnya kamu nggak bikin mama sama papa pisah!! Itu yang Rena mau!" Nada bicara mamanya lebih tinggi ketimbang Sekar.

"Mama harusnya berhenti menjalani bisnis haram itu. Nyatanya? Mama masih lanjut kan? Papa nggak mau dia terlibat penipuan karena papa sedang dipromosikan, Ma. Tidak bisakah mama mengerti?" ujar Sekar dengan air mata yang terbendung.

Mamanya Sekar langsung tediam mendengar hal itu, ia tidak bisa bicara lagi. Alhasil Sekar meninggalkan mamanya untuk pergi ke kamar dan menutup pintu, lalu mengunci pintu kamarnya. Mamanya langsung berusaha membuka pintu dan menggedor-gedor pintu kamar Sekar dengan cukup keras.

"Heh anak durhaka! Kamu malah nyalahin mama! Kalau bukan karena kamu nggak lapor ke papa juga semuanya nggak bakal kaya gini!!! Dasar nggak tahu diuntung! Nyesel mama ngelahirin kamu, Sekar! Keluar kamu sini! Biar mama hukum!!" Wanita itu terus mengamuk dan membuat air mata Sekar menetes.

"AKU JUGA NGGAK MAU LAHIR DARI RAHIMNYA MAMA!!!!" teriak Sekar sembari berteriak dan menutup telinganya.

Hal itu jelas membuat dobrakan pintu kamar Sekar makin kencang, namun, Sekar tidak mendengar apapun, ia berusaha menutup pendengarannya dan menangis sejadi-jadinya.

Sebenarnya, Sekar salah apa? Mengapa hidupnya begitu sulit dan tidak pernah tenang? Seumur hidup, Sekar merasa jika ia tidak pernah melukai siapapun mengapa ia selalu mendapati takdir yang sulit?

Mamanya Sekar pun pergi dari kamar Sekar setelah menendang pintu kamar Sekar cukup keras hingga membuat tubuh kecil Sekar yang berada di balik pintu terguncang hebat.

Setelah tak mendengar apa-apa, Sekar menghela nafas panjang dan masih berusaha menahan tangisnya karena rasanya sangat sakit sekali. Padahal Sekar adalah anak kandung, mengapa ia diperlakukan berbeda oleh mamanya?

Setelah malam yang cukup panjang itu berlalu, Sekar merangkak ke kasur dan berusaha meraih ponselnya yang ada di kasur. Ada banyak pesan masuk dari Pak Faisal dan juga beberapa panggilan tak terjawab. Sekar merasa lebih baik saat melihat notifikasi itu. Hanya Pak Faisal yang bisa mengerti dirinya saat ini.

Beberapa menit kemudian, papanya menelpon Sekar. Sekar langsung mengambil headsetnya dan mengobrol dengan papanya dengan nada berbisik.

"Halo, Pa?" jawab Sekar sembari menahan air mata yang kembali akan terjatuh.

["Sekar? Kamu baik-baik aja, Kan? Maaf papa belum bisa ke situ sekarang karena ada banyak hal yang harus papa urus. Sementara papa hanya bisa suruh Mbak Yanti buat bantu ngurusin kamu, kamu nggakpapa kan? Mama kamu nggak jahat sama kamu, kan?"] tanya pria tua itu dengan nada bicara cemas.

"I–iya, Pa. Sekar baik-baik saja. Papa juga jaga kesehatan ya. Asal Sekar nurut, semua baik-baik aja kok, Pa." Sekar berusaha tersenyum dan mengusap air matanya.

["Syukurlah kalau gitu, papa cemas banget sama kamu, Sekar."]

Mereka terdiam sejenak, namun tiba-tiba Sekar kepikiran sesuatu.

"Pa, boleh Sekar bertanya sesuatu?" tanya Sekar.

["Oh? Kenapa Sayang?"] tanya beliau di telpon.

"Kalau Sekar bisa keluar dari sini, dan papa sama mama udah bercerai, apa Sekar bisa ikut papa?" tanya Sekar.

Namun, tidak seperti yang dibayangkan Sekar, papanya terdiam sejenak dan bahkan terdiam cukup lama, seperti sedang berpikir. Ia seperti berat akan mengatakan sesuatu.

"Kamu papa kost in dulu ya, Nak. Sampai semua berhasil papa urus," jawab papanya.

Mendengar jawaban itu, Sekar langsung paham dengan apa yang terjadi.

"Ya udah, Pa. Sekar tutup ya, mau istirahat."

Sekar langsung mematikan ponselnya meskipun saat itu papanya berulangkali memanggil Sekar.

Setelah telpon di tutup, Sekar langsung menangis sejadi-jadinya. Mendengar jawaban papanya, Sekar jadi tahu. Ia tidak punya "rumah" lagi untuk bernaung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!