NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Korban

Siang menjelang sore, Kavi tiba di komplek perumahan Savinna. Ia mengantar gadis itu sampai di depan pintu gerbang rumahnya memastikan jika kekasihnya itu tiba di rumahnya dengan selamat.

"Setelah ini langsung pulang ya, jangan keluyuran kemana-mana," ucap Savinna penuh penekanan.

Kavi pun hanya mengangguk sembari tersenyum ke arah Savinna. Savinna pun merasa aneh dengan senyuman Kavi saat itu, "Kenapa senyumnya kayak gitu, Kak?" tanyanya heran.

"Habisnya pacarku cantik banget," puji Kavi disertai senyuman yang kian merekah.

Tentu saja pujian itu berhasil membuat Savinna menjadi salah tingkah, "Kak Fazriel mau mampir dulu? Mumpung Mas Reza sama Papa belum pulang."

"Next time aja deh, takutnya Mama udah nungguin Kak Fazriel di rumah. Titip salam aja buat Mama kamu. Kak Fazriel pamit dulu ya?"

"Hati-hati ya, Kak."

Setelah berpamitan dengan Savinna, Kavi pun kembali menyalakan mesin motornya lalu pergi meninggalkan komplek perumahan itu untuk kembali ke rumahnya.

***

Setibanya di rumah, Savinna langsung mengganti pakaian lalu pergi mengerjakan tugas sekolahnya. Sore itu, Savinna sangat tidak fokus dalam mengerjakan tugasnya. Mungkin itu semua efek dari kemarahan Rami yang sempat ia lihat tadi. Sesekali, Savinna juga melirik ponselnya berharap segera mendapat pesan notifikasi dari Kavi namun sejak Kavi berpamitan untuk pulang, laki-laki itu belum juga memberinya kabar.

"Mau buat minuman dulu deh, mana tau bisa lebih rileks."

Savinna pun meninggalkan kamarnya dan pergi ke dapur untuk membuat minuman.

Mau bikin coklat panas aja ah, sekarang kita masak air dulu ya..

Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk Savinna membuat minuman yang ia inginkan. Sekarang gadis itu terlihat berjalan menuju ruang keluarga untuk mengambil salah satu toples berisikan cemilan yang ada di ruangan tersebut. Dan ternyata disana juga terdapat Mira yang tengah menunggu kepulangan suami beserta putra sulungnya sambil menonton sebuah berita di televisi.

"Ma, sagu kejunya aku bawa ke atas ya? Mau aku jadiin temen ngemil sambil ngerjain tugas," pinta Savinna pada Mamanya.

Mamanya hanya mengangguk tanpa mau mengalihkan pandangannya dari televisi sama sekali. Tampaknya berita yang disiarkan oleh penyiar berita itu sedang menguasai seluruh perhatian Mira. Savinna yang penasaran jadi ikut melirik ke televisi rumahnya yang tengah menyiarkan sebuah berita terkini.

"Seorang pria ditemukan dengan tubuh penuh luka lebam dan beberapa luka terbuka di kepalanya tergeletak tak berdaya di atas sebuah trotoar yang ada di jalan pattimura selatan. Diduga, korban diserang oleh puluhan anggota geng motor tidak dikenal—"

Setelah melihat berita itu, tubuh Savinna seketika melemas dan semua yang ada dalam genggamannya saat itu terjatuh begitu saja, termasuk secangkir coklat panas dan satu toples kue sagu keju yang akan ia bawa ke kamarnya.

Mira yang cemas bercampur kaget pun segera menanyakan kondisi anaknya yang terlihat syok saat mendengar berita tersebut, "Kamu kenapa, Dek?"

Napas Savinna tersengal menahan tangis dengan kedua mata yang masih fokus ke layar televisi, "I-itu kan motornya Kak Fazriel, Ma.."

Mata Mira pun terbelalak, "Maksud kamu korbannya Nak Fazriel? Pacarmu itu?" tanya Mira tak kalah terkejut.

Savinna tidak menjawabnya, ia langsung berlari meninggalkan kekacauan yang telah ia buat untuk segera kembali ke kamarnya.

Setibanya di kamar, Savinna langsung meraih benda pipih yang tadinya sedang ia charger itu untuk segera menghubungi kekasihnya. Savinna berharap sekali jika Kavi tidak benar-benar menjadi korban dalam berita tersebut. Namun sayangnya, nomor Kavi tidak bisa dihubungi pada saat itu.

Namun Savinna tidak menyerah begitu saja, ia terus-terusan menghubungi nomor itu berharap Kavi sudah tiba di rumahnya sejak tadi dan langsung ketiduran hingga lupa membalas pesan dari Savinna. Tapi setelah teleponnya diangkat, Savinna malah semakin lemas saat mendapati panggilannya diangkat oleh seorang pria dewasa yang tentu saja bukan Kavi jika di dengar dari nada suaranya.

"Selamat sore, kami dari kepolisian. Apa benar anda adalah kekasih dari korban?"

Tubuh Savinna seperti dibuat merosot setelah mendengar itu, ia lemas sekali mendengar jika Kavi benar-benar menjadi korban pengeroyokan tersebut.

"Gimana kondisi Kak Fazriel, Pak?" tanya Savinna gemetar menahan isak tangis.

"Korban sedang kami bawa menuju rumah sakit dengan menggunakan ambulance, saya ingin kerja sama dengan anda untuk ikut menghubungi keluarga korban agar segera datang ke rumah sakit. Kondisi korban sudah sangat kritis, korban juga hampir kehabisan darah. Semoga anggota medis masih bisa menyelamatkan nyawanya."

Tangisan Savinna pun semakin pecah dengan ponsel yang lolos begitu saja dari genggaman tangannya, "KAK FAZRIEL!" teriaknya disertai dengan tangisan memenuhi seisi kamarnya.

Tak lama berselang, Mira datang bersama Bima sang suami yang baru saja pulang dari kantornya.

"Ada apa, Vinna?" tanya Bima khawatir.

Mira pun hanya diam, tidak bisa menjawab. Ia takut jika rahasia yang selama ini mereka simpan berdua terbongkar begitu saja.

Savinna mengusap airmatanya kasar, "Aku mau pergi ke rumah sakit sekarang."

"Rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit?" tanya Bima heran.

"Pacar aku, Pa."

Deg!

"Pacar? Jadi benar dugaan Papa dan Reza selama ini? Kamu benar-benar sudah punya pacar?"

"Gak ada waktu buat jelasin semuanya sekarang, Pa. Aku lagi buru-buru," ucap Savinna terdesak.

"Papa gak akan biarin kamu pergi. Kamu harus tetap disini atau Papa akan marah besar!" ancam Bima membuat Savinna tidak gentar sama sekali.

"Terserah Papa! Pokoknya sekarang aku mau temuin Kak Fazriel! Aku juga mau kasih tau ke orang tuanya Kak Fazriel tentang kejadian ini. Jadi aku harap Papa gak usah jadi penghalang," ucapnya sebelum berjalan menuju lemari untuk mengambil sebuah cardigan dari dalam sana lalu memakainya.

"Papa bilang jangan pergi!" tegas Bima sekali lagi namun Savinna sama sekali tidak menggubrisnya. "Savinna?!"

"Aku akan tetap pergi meskipun Papa ancam bakal ngusir aku dari rumah ini!" balas Savinna tak kalah keras dari sang Papa.

Bima benar-benar tidak menyangka jika anak gadis kesayangannya sudah bisa membangkang seperti sekarang. Padahal sejak dulu, Savinna adalah satu-satunya anak yang selalu menuruti apa kemauannya meskipun semuanya bersifat mengekang.

"Sudah berani kamu sama Papa?"

"Aku udah dewasa, udah seharusnya aku nentuin jalan hidupku sendiri. Aku bukan putri kecil Papa lagi. Aku juga mau bahagia dengan pilihanku sendiri, Pa."

Bima mengepalkan tangannya emosi, ia sangat tidak suka ditentang seperti sekarang, "Tau apa kamu soal kebahagiaan?!"

"Aku pamit, assalamualaikum."

"SAVINNA?!"

***

Sementara itu di tempat yang berbeda, Anton baru saja pulang dan langsung mendapat sebuah aduan dari Rami mengenai perilaku buruk anaknya di sekolah sampai-sampai membuatnya di skors selama tiga hari.

"Pokoknya Papa harus marahin dia setelah ini,"

"Kenapa harus di marahin? Wajar kok, Kavi itu kan anak laki. Toh, selama ini dia juga gak pernah terlibat masalah kan?"

"Tapi Mama gak suka, Pa. Mama gak suka lihat Kavi jadi anak nakal."

"Ini baru peringatan pertama kan? Nanti kalo sampai kejadian seperti ini terulang lagi, baru deh Papa tegur anak itu. Kalo untuk sekarang, lebih baik jangan. Mama kan tau hubungan Papa dan Kavi baru membaik akhir-akhir ini. Papa gak mau anak kita itu jadi semakin menjauh dari Papa setelah Papa tegur."

Rami pun menghela napas pasrah, "Yaudah lah."

"Terus, sekarang Kavinya kemana?"

"Tadi sih dia izin mau nganterin Savinna sebentar. Tapi gak tau nih belum balik-balik juga. Padahal tadi janjinya cuma sebentar."

"Udah, Mama jangan marah-marah terus. Siapa tau Kavi emang lagi ada urusan di luar sebentar," ucap Anton menenangkan Rami.

"Mama lagi kepingin sesuatu nih, Pa."

"Mau apa, Sayangku?"

"Eum ... Mama kepingin liburan ke—."

Ding dong!

Perkataan Anton terpotong karena seseorang membunyikan bel rumahnya dari luar sana.

"Itu pasti anak kita," tebak Anton percaya diri.

"Jarang banget Kavi pencet bel kayak gini? Kayaknya itu tamu deh, Pa."

"Oh, iya juga. Kalo gitu biar Papa bukain dulu pintunya."

"Mama mau ikut deh, kok perasaan Mama gak enak ya?"

"Gak ada sejarahnya penjahat pencet bel rumah dulu, Ma."

"Bukan soal itu, Pa. Firasat Mama emang lagi gak enak banget dari semenjak Kavi pergi."

Anton sama sekali tidak menanggapi ucapan Rami barusan karena Rami memang hobi sekali memikirkan hal-hal yang belum tentu akan terjadi.

Ceklek..

"Savinna?" sapa keduanya bingung saat mendapati kedatangan Savinna dengan kedua mata yang sembab dan memerah.

"Om ... Tante ..." panggil Savinna dengan nada lirih.

"Ada apa, Sayang? Kenapa kamu nangis kayak gini? Apa Kavi udah berbuat macam-macam sama kamu?" tanya Rami sambil mengusap lembut kedua pundak Savinna untuk menenangkannya.

Namun bukannya tenang, Savinna malah semakin menangis karena tak kuasa untuk menceritakan semuanya pada kedua orang tua Kavi, "K-kak Fazriel jadi korban pengeroyokan."

Sama seperti Savinna, Rami pun seketika lemas mendengar kabar itu.

"Dikeroyok sama siapa?" tanya Anton panik.

"Aku juga gak tau, Om. Tadi aku lihat di berita terkini ada korban pengeroyokan di jalan pattimura selatan. Dan aku lihat ada motor Kak Fazriel dalam berita itu. Dan setelah aku hubungi nomornya Kak Fazriel, polisi yang angkat teleponnya bilang kalo Kak Fazriel beneran jadi korban dan lagi kritis di rumah sakit."

Tangisan Rami sudah tidak terbendung lagi. Wanita paruh baya itu histeris dan langsung meminta suaminya untuk segera membawanya menuju rumah sakit tempat Kavi ditangani.

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!