Racun Kesesatan

Sementara itu di rumah Theo, Kinnara menggunakan pahanya Theo sebagai bantal kepalanya. Theo duduk di sofa sambil menyeruput kopi hangatnya. Sekarang Theo dan Kinnara sudah resmi jadian.

"Sayang, apa kau sudah membaca informasi di group? Katanya Gin turun tangan langsung ke barnya Yurika hanya untuk melihat CCTV. Seorang pelayan bar yang bernama Genya dikabarkan menghilang, memangnya siapa gadis itu sampai membuat Gin terlihat panik seperti itu? Bukankah kau mengenalnya?" Tanya Kinna memperlihatkan fotonya Genya ke Theo.

"Ya, dia gadis yang terikat hutang dengan Tuan. Memangnya kenapa?" Jawab Theo santai.

"Huh dia memang cantik, tapi jika di bandingkan dengan ku dia kalah jauh pastinya. Lalu kenapa Gin lebih memilih gadis itu daripada aku?" Kata Kinna mengeluh.

Seketika Theo berhenti menyeruput kopi nya, dia terdiam mendengar kata-kata pacarnya barusan.

"Apa kau menyesal telah berpacaran dengan ku?" Tanya Theo.

Kinna terdiam, dia baru sadar jika barusan dia mengatakan hal yang tentunya akan menyakiti perasaannya Theo.

"Tidak sayang! Bagaimana bisa aku menyesal? Aku punya pacar seorang pengacara yang sangat tampan! Bebb, cium aku!" Kata Kinna.

Dia terbangun dan kemudian memeluk Theo guna merayunya agar tidak marah kepadanya. Theo tidak bisa menolak rayuan gadis yang dicintainya sejak lama itu.

......................

FLASHBACK beberapa hari sebelumnya,

Saat Kinna selesai makan malam bersama Raphael, Theo mengiriminya alamat di sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga indah di malam hari.

Jarak tempat itu tidak jauh dengan rumahnya Raphael. Kinna dengan cepat menemukan tempat itu, dia melihat Theo sudah menunggunya di sebuah kursi panjang di taman itu.

Kinna keluar dari mobilnya, dia melarang supirnya untuk ikut mengantarnya. Kinna berjalan mendekati Theo yang sudah berdiri menyambut nya.

"Kau datang Kinna." Sapa Theo.

"Iya terimakasih karena telah menunggu ku" Kata Kinna, dia kemudian duduk di kursi.

"Sebenarnya ada apa? Kau tiba-tiba menghubungi dan mengajak ku untuk bertemu. Kau baik-baik saja? Apa yang telah Tuan lakukan padamu?" Tanya Theo terlihat mengkhawatirkan gadis yang di taksirnya itu.

"Tidak, aku baik-baik saja. Mana mungkin Gin berani menyakiti ku." Kata Kinna sambil tersenyum manis. Theo pura-pura tenang saat mendapatkan senyuman itu.

"Lalu ada masalah apa?" Tanya Theo yang masih belum mendapatkan jawaban dari Kinna.

"Sebenarnya... Ada yang ingin ku tanyakan padamu" Kata Kinna mulai memberanikan diri untuk memulai percakapan serius.

"Apa itu? Katakan saja" Tanya Theo penasaran.

"Theo, apa kau menyukai ku?" Tanya Kinna.

Theo terkejut mendengar pertanyaan dari orang yang dia sukai itu, dia bingung sekaligus takut jika dia mengatakannya sekarang maka dia akan ditolak oleh Kinna.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal yang seperti itu?" Tanya Theo tidak mau menjawab pertanyaan nya Kinna.

"Aku sudah di tolak olehnya, jadi sekarang maukah Theo jadi pacarnya Kinna?" Tanya Kinna dengan ekspresi serius.

"A-apa yang kau katakan? Apa kau serius?" Tanya Theo tidak percaya. Dia sudah dua kali di kejutkan oleh kata-kata yang di keluarkan oleh Kinna.

"Aku serius, apa kau mau?" Tanya Kinna mendekatkan wajahnya ke Theo, kini Theo tidak bisa menyembunyikan ekspresi malunya. Pipi dan kupingnya memerah, dia menjauhkan dirinya dari Kinna.

"Kau tidak menggunakan ku sebagai pelampiasan sakit hatimu kan?" Tanya Theo memastikan.

"Andai saja kau mengatakannya dari awal, aku tidak akan menyukai Tuan. Orang yang tidak bisa ku gapai, sudah ada yang di depan mata kenapa harus yang jauh? Aku sebenarnya menyukaimu, tapi karena hubungan kita yang dekat jadi aku menganggap diriku lebih cocok menjadi adik mu daripada pacarmu." Jelas Kinna menunduk.

Theo terdiam, dia melangkah ke depan. Tangannya mengelus pipi gadis itu dan kemudian mengangkatnya hingga membuat Kinna menengadah sambil menjinjit.

Theo mencium bibir gadis itu dengan lembut, dia sangat bahagia karena penantiannya membuahkan hasil. Dia memeluk erat gadis itu, dia benar-benar bahagia.

"Jadi apa kita sudah jadian sekarang?" Tanya Kinna.

"Iya, kamu milikku sekarang" Kata Theo yang mulai berani mengatakan apa yang ingin dia katakan sejak dulu.

"Kalau begitu malam ini aku akan tidur di rumahmu." Kata Kinna blak-blakan sekali.

"A-apa? Apa kau mau aku di marahi ayahmu?" Kata Theo terkejut saat Kinna ingin tidur di rumahnya, padahal mereka baru saja jadian beberapa detik yang lalu.

"Apa kau takut dengan ayahku? Bukankah kita sudah sering tidur bersama?" Tanya Kinna sangat jujur.

Theo tidak bisa berkata-kata, Kinna sangat jujur dan blak-blakan, dia bahkan tidak malu mengatakan hal-hal seperti itu.

Kinna kini terus menempel dengan Theo, sampai di parkiran Kinna mendekati pak supir yang tadi mengantarnya.

"Kau kembalilah sekarang, aku akan pulang dengan Theo" Kata Kinna dengan bangga memperlihatkan kedekatannya dengan Theo kepada supir milik Raphael itu.

"Haruskah saya melaporkan apa yang saya lihat hari ini?" Tanya si supir.

"Lakukan sesukamu" kata Kinna yang kemudian pergi bersama dengan Theo.

......................

Kembali ke waktu sekarang, di pagi itu Kinna dan Theo asyik bermesraan di rumahnya Theo.

"Sayang, apa kau tidak pergi ke hotel? Segeralah bersiap, biar aku mengantarmu sebelum ke kantor." Kata Theo yang sudah bersiap pergi ke kantornya.

"Aku tidak ingin pergi ke hotel. Aku ingin terus bersama mu" Rayu Kinna, tapi Theo tidak termakan rayuan itu.

"Kau tau kan bagaimana jika Tuan mengetahui kemalasan mu itu." Ancam Theo, gadis itu menggembung kan pipinya. Dia benar-benar terlihat sangat imut, membuat Theo tidak bisa berhenti memandangi pacar barunya itu.

......................

Sementara itu, kini Genya sudah berada di kafe. Dia langsung pergi bekerja diantar oleh supir suruhan Eden. Genya tidak ingin pulang ke rumah Sofu Baba karena waktu sudah sangat mepet.

Genya memakai bajunya yang kemarin, dia tidak perduli karena bajunya sudah di bersihkan oleh pelayannya Eden. Dan di kafe dia akan mengganti pakaiannya dengan baju yang sudah di sediakan oleh kafe.

"Genya? Hei kemana saja kau? Apa kau tau? Seseorang tadi menelpon kemari untuk menanyakan mu. Katanya kau menghilang tadi malam? Kemana?" Tanya Yuumei yang langsung memberikan pertanyaan bertubi begitu melihat Genya datang ke kafe.

"Ah itu, aku tidak menghilang. Ada sedikit kesalahan, aku pergi untuk menyelesaikan nya terlebih dahulu." Kata Genya membuat alasan untuk ngeles.

"Bohong! Katakan yang sejujurnya! Apa kau tau, betapa cemasnya aku kepadamu?" Kata Yuumei yang terlihat tulus mengatakannya.

Genya terdiam, dia tidak bisa menceritakan apa yang sudah terjadi dengannya kemarin malam. Tentu saja dia harus menutupi nya sebisa mungkin agar tidak ketahuan oleh temannya itu.

"Aku mengatakan yang sebenarnya kak, aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu." Kata Genya yang kemudian pergi ke ruangan staff pekerja kafe itu.

Yuumei memandangi Genya hingga menghilang dibalik pintu. Tak lama kemudian Martha datang mendekati Yuumei.

"Genya datang?" Tanya nya.

"Iya, dia sedang berganti pakaian sekarang. Entah apa yang telah ia lakukan, dia tidak pernah menceritakan nya kepada kita." Jawab Yuumei kecewa.

"Baiklah, aku akan mencarinya" Kata Martha yang kemudian pergi mencari Genya di ruangan ganti.