NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melecehkan Ayu

Pulang sekolah Ayu jalan kaki, ayahnya Pak Sugeng tidak bisa menjemputnya hari ini karena ada keperluan penting dengan saudaranya, sementara motor yang biasa di pakai Ayu sedang service di bengkel.

"Oh ya tuhan, hari ini panas banget!" Keluh Ayu sambil menyeka keringatnya.

Mau naek angkot males suka ngetem, jadi Ayu memilih jalan kaki saja. Jarak sekolah dari rumahnya tidak terlalu jauh, Ayu bisa ambil jalan pintas menyusuri persawahan.

Hari ini, pikiran Ayu kurang fokus mencerna pelajaran sekolahnya, efek dari tingkah mesum Devan yang begitu berani menciumnya tadi pagi di pinggir jalan.

Sumpah serapah Ayu lontarkan dalam hati, andai mampu, ia ingin tampar wajah Devan saat itu juga. Lelaki bajingan itu tak pernah menghargai wanita sedikitpun, bisanya mengobral cinta dan janji.

"Ehem!"

Langkah Ayu terhenti mendengar suara seseorang dari belakang.

Ayu menoleh ke belakang, dimana Devan sedang mengendarai motornya mengikuti laju kakinya

"Kau?" Mata Ayu membelalak, baru saja dirinya mengutuk lelaki bajingan itu.

Tiba- tiba sosoknya kini ada di dekatnya.

Sontak Ayu kaget.

"Mau ku bonceng?" Tawar Devan bernada sindiran.

Ayu membuang nafas dalam- dalam,malas meladeninya, iapun kembali berjalan mengabaikan Devan yang terus mengikutinya.

"Yu, boleh aku bicara sama kamu?"

Ayu tidak bergeming.

"Aku heran sama kamu Yu. Kenapa sih kamu benci sama aku!" Lanjut Devan.

Ayu berjalan acuh, matanya lurus ke depan mengabaikan Devan yang terus mengajaknya bicara.

"Jangan- jangan kamu suka sama aku," ledek Devan.

Reflek Ayu menghentikan laju kakinya.

Di tatapnya wajah Devan dengan tajam, kemudian Ayu berjalan mendekatinya.

Plak

Tamparan keras mendarat di pipi Devan.

Devan kaget setengah mati sambil meraba pipinya.

"Kurang ajar!" Geram Devan, gegas Devan turun dari motor.

Kesabarannya habis. Selama ini Devan sudah sabar menerima semua perilaku kasar Ayu.

Dan hari ini.

Seorang gadis berani menamparnya?

Ibunya saja tidak berani berbuat seperti ini pada dirinya.

Sikap arogan Ayu sudah kelewat batas.

Devan tidak terima.

"Mau apa k-kamu?" Bentak Ayu panik, saat Devan mendekatinya dengan wajah garang.

“Doniii, jangaaaaan,” jerit Ayu.

Wajah Devan memerah menahan amarah di dada.

“Jangan, Doniiii."

Devan membawa paksa Ayu ke tempat sepi.

"Tolong!" Ayu menjerit, tapi secepat kilat Devan membekap mulut Ayu.

Di tempat sepi, Devan lantas mendorong tubuh Ayu ke tembok rumah kosong.

Ayu memberontak, tapi tenaganya tidak cukup kuat menandingi kekuatan tenaga Devan yang sudah di gulung amarah.

Terlebih Devan membekap mulut Ayu sangat kuat.

Devan tidak mempedulikan gerakan kedua tangan Ayu yang meronta memukul mukul dadanya.

Satu tangan Devan, menyingkap rok seragam Ayu ke atas.

Mata Ayu terbuka lebar, tapi bekapan tangan Devan di mulutnya, membuatnya kesulitan berteriak untuk meminta pertolongan.

Devan tidak mau berhenti, tidak peduli gerakan tangan Ayu yang berusaha menyingkirkan kepala Devan dari lehernya.

Penuh nafsu, Devan menjilati leher mulus Ayu. Lantas Devan lepaskan tangannya dari membekap bibir Ayu, momen itu Devan gunakan dengan melumat bibir Ayu, sambil membingkai wajah Ayu kuat kuat.

Untuk sesaat Ayu tidak berdaya, saat lidah Devan memainkan lidahnya di dalam sana.

Ayu tidak berdaya, karena Devan semakin liar, menekan dirinya kuat-kuat ke tembok.

Mata Ayu memanas, ini kedua kalinya Devan melecehkan dirinya.

“Aku bisa bebas dari ocehan sampah kamu!” desis Devan sambil melepaskan pautan bibirnya.

Tangis Ayu tumpah, tubuh mungilnya luruh kebawah.

"Ingat! Kamu bukan satu satunya gadis yang pernah aku cium! Di luar sana, banyak gadis yang mengharap cintaku! Kamu siapa? Berani menghinaku, hah! Dasar kampungan!" Cecar Devan bernada sengit.

"Hiks .." Ayu menangis sesegukan, duduk melipat kedua lututnya dengan kedua tangan yang gemetaran. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.

Devan lantas berjongkok memposisikan dirinya sejajar dengan Ayu.

Ayu membuang wajahnya ke samping, menghindari tatapan mengerikan Devan.

Devan lantas mengusap puncak kepala Ayu sembari menatap Ayu penuh kebencian.

"Sekali lagi kamu kasar padaku! Aku pastikan kamu akan menyesal seumur hidupmu! Jangan kira aku diam saja di hina terus terusan sama kamu. Saya ini manusia bukan malaikat, sabar ada batasnya! Camkan itu!" Ancam Devan bernada sarkas.

Ayu mengangguk pasrah, netra matanya menatap sendu wajah Devan.

Sekilas Devan tertegun melihat mata indah milik gadis yang sedang menangis lirih itu.

Devan tergelak.

Ada getar getar aneh menjalar ke seluruh tubuhnya. Mata indah milik Ayu berhasil menerobos masuk mengenai jantungnya.

Tiba-tiba Ayu berlutut di depan Devan, menundukkan kepalanya dalam-dalam, dan memohon agar Devan melepaskannya.

“Aku mohon, Dev. Aku mohon, aku minta maaf. Mulai hari ini aku tidak akan kasar lagi sama kamu, tapi aku mohon jangan ganggu aku lagi." Ayu menangis sejadi-jadinya.

Devan menghela napas panjang, ia langsung berdiri, kedua kakinya mundur beberapa langkah.

“Sudah! Bangun!” ujar Devan kemudian.

Ayu yang merasa sangat bersalah pada Devan, perlahan bangkit dan berdiri.

Nafas Devan mendadak sesak saat Ayu menatap lekat wajahnya.

"Pergilah!" Devan melempar tatapan itu, tidak sanggup menatap mata indah itu.

Ayu mengangguk patuh, sambil mengambil tasnya yang tergeletak di bawah.

"Tunggu!" Panggil Devan saat Ayu sudah berjalan beberapa langkah.

"Ya!" Ayu menoleh, raut wajahnya berubah pucat. Takut Devan berulah.

Devan lantas mencekal tangan Ayu membawanya ke tepi jalanan.

"Lepaskan aku Dev! Aku kan udah minta maaf!" Ayu meronta.

"Diam! Aku akan antar kamu pulang!"

Tidak mau terjadi lagi hal memalukan yang barusan lelaki itu lakukan, Ayu terpaksa menuruti permintaan Devan.

"Cuaca hari ini panas." Devan merasa iba pada Ayu.

Dalam hitungan menit, Devan berhasil menenangkan Ayu setelah kejadian yang memalukan yang ia lakukan pada Ayu di rumah kosong tadi.

Mengingat ekspresi wajah penyesalan Devan. Ayu yakin, lelaki bajingan ini tidak akan melakukan perbuatan mesumnya lagi.

Ayu tersenyum tipis melihat wajah lelaki yang ia benci yang sekarang tengah menuntun lengannya.

Menurutnya, Devan sangat tampan dan parfumnya juga wangi menenangkan penciumannya hingga perasaannya. Ayu masih mengingat aroma parfum lembut itu sampai sekarang.

Ayu menepis perasaan anehnya.

"Ohya tuhan, ada apa dengan diriku ini?" Ayu menarik nafas.

"Ayo naik!"

Ayu mengangguk patuh.

Tanpa banyak bicara, Ayu duduk di atas motor. Ia sudah agak baikkan sekarang, meski hatinya masih dongkol.

Segera setelah Ayu duduk, Devan langsung menyalakan mesin motornya.

"Yu." Devan berbisik kecil pada Ayu.

"Ya, ada apa?"

"Maafkan aku ya?"

Ayu membisu, hanya helaan nafas kecil yang terdengar dari mulutnya.

"Yu!" Suara Devan meninggi, menunggu jawaban Ayu.

"I-iya," jawab Ayu gugup, entah mengapa jantung Ayu seakan meledak saat suara lembut itu menyapanya. Getar getar aneh mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, bahkan Ayu berkali kali menyusut keringat dinginnya yang sudah basah di pelipisnya.

"Aku janji, aku gak akan ganggu kamu lagi. Tapi kamu juga jangan kasar! Aku kalau di kasarin bisa hilap Yu" ucap Devan lagi.

Ayu menunduk, berusaha menahan debaran di dada yang bergejolak.

"Bagaimana kalau aku traktir kamu, sebagai bentuk permintaan maafku!" Devan menghentikan laju motornya ke tepi jalanan.

"Gak ah! Rumahku udah dekat, aku mau pulang saja!" Tolak Ayu.

Ayu sebenarnya, tidak mau berlama-lama dekat dengan Devan, pria bajingan ini sedang mencoba melancarkan rayuan mautnya seperti yang biasa dia lakukan pada gadis lain, dan Ayu tidak mau jadi korban cinta palsu Devan selanjutnya.

"Kenapa?" Devan tidak puas dengan jawaban Ayu.

"Pokoknya aku tidak mau! Aku mau pulang saja!" Rengek Ayu, bibirnya cemberut.

Devan bereaksi dengan tersenyum kecil melihat wajah lucu yang di tampilkan Ayu dari kaca spion motornya, tingkah kekanakan Ayu bikin Devan gemes.

"Di ujung jalan sana, ada tukang bakso enak. Mau aku traktir bakso?" Devan memaksa.

"Tidak! Kenapa sih kamu maksa banget! Aku jalan kaki saja!" Bentak Ayu, sikap arogannya kembali muncul.

"Ok, ok, kalau kamu gak mau." Devan mengalah.

Ia pun kembali menyalakan mesin motornya.

Beberapa menit kemudian, Devan menghentikan laju motornya tepat di depan rumah Ayu.

Tanpa mengucapkan terima kasih pada Devan, Ayu cepat turun dari motor dan berlari kecil masuk ke rumahnya.

Hati Devan mencelos mendapati sikap acuh gadis manis yang awalnya ia benci, tapi kebencian Devan siang itu berubah jadi rasa penasaran, dia ingin mengenal Ayu lebih jauh lagi. Tapi apalah mau di kata, sikap Ayu terkesan biasa saja, mungkin Ayu masih marah dengan kejadian tadi.

Tapi tidak apa, yang penting Devan sudah merasakan bibir ranumnya.

"Hah?!" Devan melirik jam tangannya.

Dia baru ingat, tadi dirinya menghubungi Ivo, kalau dia akan datang siang ini ke rumahnya.

Segera Devan tancap gas menuju rumah gadis berparas melayu yang baru di kenalnya seminggu yang lalu.

Biar nanti sore pulang dari rumah Ivo, Devan akan luangkan waktunya menemui Ranti. Kekasih Devan yang lainnya.

Gadis itu lumayan liar kalau sedang bercumbu. Membuat Devan sedikit kecanduan dengan permainan Ranti di atas ranjang.

*****

Pulang sekolah, Ayu langsung mendaratkan bokongnya di atas ranjang. Setelah ia lempar tas sekolahnya ke sembarang arah.

Helaan nafas panjang Ayu hembuskan berkali-kali mengingat kejadian memalukan tadi.

Devan lelaki brengsek, tidak menghargai perasaannya. Dengan mudahnya berbuat dosa dan dengan mudah pula bajingan itu meminta maaf.

"Ayu!" Ibunya masuk ke kamar.

Ayu langsung beranjak.

"Ya Bu."

"Barusan ibu lihat, kamu pulang sekolah di antar si Devan! Ibu tidak suka!" Bentaknya.

"Ohhh, itu tadi A_"

"Pokoknya ibu tidak suka kamu dekat- dekat dia! Kamu tahu sendiri kan siapa itu si Devan?" Potong ibunya cemas.

Ayu mengangguk gugup.

"Kamu tidak di apa-apain kan, sama dia?" Ibunya langsung mendekat dan memegang dagu putri kesayangannya.

Ayu menunduk.

"Jawab Yu!"

"Tidak Bu! Memangnya Ayu cewek apaan! Ayu kebetulan tadi ketemu Devan, terus dia nawarin tumpangan sama Ayu, ya karena cuaca panas. Jadi apa salahnya Ayu ikut dia, rumah kita kan searah dengannya." Dusta Ayu agar ibunya tidak khawatir.

Bu Salma, ibunda dari Ayu langsung mengelus dada lega mendengar pengakuan putri tercintanya.

Bukan tanpa alasan Bu Salma tidak menyukai Devan, satu RT sudah pada tahu, bagaimana perangai Devan. Lelaki bajingan itu suka merusak anak gadis orang.

Itulah mengapa, Bu Salma was-was saat putrinya di antar pulang oleh Devan.

"Baiklah, sekarang kamu makan dulu ya Nak, ibu sudah masak ayam serundeng kesukaan kamu."

"Nanti saja Bu, Ayu belum lapar. Ayu ngantuk mau bobo."

"Eh, ganti dulu baju seragamnya. Main tidur aja!"

"Nanti saja Bu."

"Ya sudah."

Bu Salma lalu menyelimuti putri si mata wayangnya, Ayu. Setelah itu ia pergi dari sana.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!