NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3 : Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Kondisi Felisa semakin parah. Arina terus membujuk Felisa untuk menggugurkan kandungannya saja, namun Felisa masih terus ingin mempertahankannya, sampai bayi itu bisa dilahirkan meski harus lahir prematur. Sekarang bayi yang ada di dalam kandungan Felisa baru masuk bulan keenam, tidak mungkin bayi itu akan dilahirkan, karena belum saatnya lahir. Mungkin kalau tujuh atau delapan bulan, Felisa terpaksa mau melahirkan anaknya meski lahir prematur.

Sebetulnya bisa dilahirkan di bulan keenam, tapi keadaan bayi Felisa saat ini keadaannya tidak memungkinkan untuk dilahirkan, dan peluang untuk selamat juga sedikit, itu kenapa Felisa menolak untuk melakukan operasi pengangkatan rahim sekaligus melahirkan bayinya. Namun, melihat kondisi Felisa yang semakin lemah, tidak mungkin juga harus menunggu sampai usia kandungan Felisa tujuh atau delapan bulan, bahkan tidak mungkin sampai sembilan bulan, karena akan banyak resikonya.

“Fe, aku mohon, aku tidak peduli aku tidak akan memiliki anak, yang penting kamu sembuh, Fe ... Jangan siksa dirimu. Felisa, aku mohon kamu dengarkan saran dokter,” pinta Rafif.

“Aku akan mempertahankan anakku, Mas. Sampai dia bisa dilahirkan dengan baik, aku tidak mau sampai gagal untuk memberikan keturunan untukmu,” jawab Felisa.

“Sayang ... aku  mohon, jangan begini. Aku takut, Fe ....”

“Mas, semua yang hidup pasti akan mati, mas jangan takut. Aku ini sedang memperjuangkan buah hati kita yang sudah lama kita nantikan, Mas. Kita sudah menantikannya hampir sepuluh tahun. Apa mas tega melihatku menjadi perempuan yang tidak bisa memberikan keturunan? Aku ingin anak ini selamat, Mas. Anakku laki-laki, dia yang dinantikan eyangnya, cucu laki-laki,”ucp Felisa.

“Aku tidak peduli. Lebih baik aku tidak memiliki anak, daripada melihatmu kesakitan begini, Fe!”

“Jangan seperti itu, Mas. Aku melakukan ini demi trah keluargamu. Ummik selalu menantikan cucu, apa aku harus memupus keinginan beliau, Mas? Tidak, kan? Aku berdosa sekali jika aku tidak bisa memberikan ummik dan abah cucu, untuk penerus di pesantren,” ucap Felisa.

“Ummik dan abah ingin kamu sembuh, Fe? Bukan ingin anak ini selamat juga. Tolong, mau ya Fe? Menuruti apa perintah Dokter Arina?”

“Enggak, Mas. Aku tetap pada pendirianku, kenapa Arin juga meminta seperti itu? Dia kan tahu aku ingin seperti apa?”

“Kondisimu yang tidak memungkinkan, Fe?” jelas Rafif.

“Aku akan bertahan demi anak ini, Mas.”

Felisa tetap dengan pendiriannya. Meski Rafif, orang tuanya, dan orang tau Rafif membujuk Felisa untuk melakukan operasi sekarang, Felisa tetap tidak mau. Dia ingin anaknya lahir dengan normal dan selamat. Pun dengan Arina, dari tadi dia juga membujuk sahatanya itu untuk mau melakukan operasi sekarang, sebelum semuanya bertambah parah, apalagi melihat kondisi Felisa yang tidak memungkinkan sekali.

“Fe, mau ya? Demi kondisimu, Fe?” bujuk Arina.

“Untuk apa memikirkan kondisiku, Rin? Kalau setelah operasi aku tidak bisa lagi memiliki anak? Tolong Rin, tolong aku untuk mempertahankan kandunganku sampai batas waktu melahirkan yang sesuai,” pinta Felisa.

“Felisa ... anakmu bisa diselamatkan jika melakukan operasi sekarang, meski memang butuh perawatan penuh untuk anakmu yang lahir di usia sekarang,” ujar Arina.

“Aku tetap menunggu sampai anakku lahir di usia kandungan yang pas, Rin. Aku yakin anakku kuat untuk bertahan, Rin,” ucap Felisa.

Felisa tersenyum pada Arina. Dia menggenggam tangan Arina. Ia sebutulnya ingin menanyakan sesuatu pada Arina soal hubungannya dengan suaminya. Seminggu yang lalu, saat dia tertidur, dia samar mendengar Arina dan Rafif bercakap. Felisa mendengarkan semua, padahal dia pura-pura tidur saat mendengarnya.

Arina dan Rafif yang tadinya hanya membahas keadaan Felisa, ujungnya malah membahas soal masalah pribadi mereka dulu. Felisa menemukan jawabannya sekarang, kenapa Arina dan Rafif selalu gugup kalau berhadapan, kalau bicara mereka selalu gugup dan kagok. Jika menerangkan keadaannya dengan Rafif pun Arina terlihat begitu gugup sekali.

“Mas ... sini,” pinta Felisa.

“Ada apa, Fe? Mas sedang ngurus pekerjaan mas dulu,” jawab Rafif.

“Sebentar, aku mau bicara dengan mas saja,” ucap Felisa.

“Fe, aku balik ke ruanganku, ya?”

“Sebentar, sini saja dulu, aku mau bicara dengan kamu dan Mas Rafif,” ucap Felisa.

“Bicara apa, Fe?” tanya Arina. “Bukannya kita sudah bahas tadi soal kamu?” imbuhnya.

“Iya, Fe, bicara apa lagi?” tanya Rafif.

“Sini makanya, aku ingin bicara dengan kalian,” jawab Felisa.

Rafif bingung, kenapa istrinya ingin bicara dengan dirinya dan Arina juga. Padahal tadi sudah selesai membicarakan soal keadaannya, dan sekarang memang tugas Arina untuk membujuk Felisa agar mau menjalani operasi dalam waktu dekat ini.

“Ada apa sih, Fe?” tanya Rafif, lalu duduk di bangku yang ada di sebelah Arina.

Felisa tersenyum dengan bergantian menatap Arina dan Rafif yang duduk bersisian.

“Menikahlah dengan Mas Rafif, Rin,” pinta Felisa pada Arina. “Mas, menikahlah dengan Arina,” pinta Felisa pada suaminya.

“Kamu ini bicara apa, Fe?” ucap Rafif.

“Iya, kamu ini ada-ada saja, masa aku disuruh menikah dengan suamimu?” ujar Arina.

“Aku tahu hubungan kalian, masa lalu kalian, aku tahu semua. Maafkan aku, yang sudah hadir di tengah-tengah hubungan kalian dulu. Sekarang sudah saatnya aku memberikan kesempatan untuk kalian. Kalian harus menikah,” ucap Felisa.

“Fea, aku tidak mau! Jangan bercanda gini, Fe! Oke, aku akui Arina mantan kekasihku, tapi itu dulu. Sekarang sudah tidak ada lagi apa-apa, hanya kamu milikku, tidak ada yang lain, aku tidak bisa, Fe!” tegas Rafif.

“Fe ... maaf, memang dulu kami pernah memiliki hubungan yang sangat dekat, tapi tidak begini juga, Fe? Semua sudah selesai ketika Rafif memilih kamu, dan menikahi kamu,” ucap Arina.

“Aku tahu itu, tapi kalian lihat, keadaan aku ini seperti apa sekarang? Aku ingin mas memiliki istri yang sempurna, tidak sepertiku sekarang. Mas butuh istri yang sehat, aku pilihkan Arina untukmu, Mas. Nikahi dia, aku mohon demi aku, kabulkan permintaanku ini, Mas,” pinta Felisa.

“Enggak, Fe! Sekali tidak, tetap tidak! Semua sudah berbeda, aku hanya mencintaimu, Felisa!”

Arina hanya diam. Arina memang tahu begitu besar cinta Rafif pada Felisa sekarang. Meski masih memendam cintanya pada Rafif, ia tetap tidak ingin masuk ke dalam kehidupan Rafif dan Felisa.

Arina tidak ingin menyakiti sahabatnya, ia tidak mau merusak kebahagiaan sahabatanya meskipun semua ini adalah keinginan Felisa sendiri yang memintanya untuk menjadi istri Rafif. Namun, ia tidak ingin menjadi pengganti, apalagi Rafif sudah tidak mencintainya.

“Mas, Rin, aku mohon,” pinta Felisa.

“Ndak, Fe!” ucap Arina dan Rafif bersamaan.

Tangan kiri Felisa menggenggam tangan Arina, dan tangan kanannya menggenggam tangan Rafif, lalu ia menyatukan tangan mereka.

“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..

"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.

"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif dengan tegas, dan menarik tangannya dari genggaman Felisa.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!